“Kehilangan adalah milik mereka yang merasa pernah memiliki.”
-Undefinable-
Suasana kelas XI IPS 2 dibuat heboh dengan penampakan lucu di depan papan tulis. Slide powerpoint yang seharusnya menampilkan materi presentasi per-orang, malah menampilkan foto anak laki-laki sedang menungging dengan lidah memelet.
"WTF, ITU ELO SEN? HAHAHA!" tawa Caca menggelegar.
"Mukanya ancur banget astaga."
"Ya Tuhan, ini presentasi apa ajang nunjukin foto aib sih?"
"Sen, lu oplas ya? Ngaku lo! Itu jelek banget astaga, kenapa pas gede malah putih. Gue curiga!"
"Ngaku lo Sen! Oplas kan?"
Arsen si pemilik laptop sekaligus anak yang ada di foto itu dengan tampang watadosnya berdiri sambil menyunggingkan senyum lebar, mengabaikan ocehan teman-teman sekelasnya. Saat ini Arsen berada di depan kelas untuk melakukan presentasi, tapi Arsen yang jail sengaja mengalihkan perhatian dengan menunjukkan foto aibnya sendiri. Setidaknya, ini dapat mengulur waktu belajar kan?
Belajar itu membosankan.
"Bu Sukmawati Ernawati Mirnawati yang asalnya dari Korea cabang Karawaci, izinkan Arsen menjelaskan sejarah di balik foto legend yang tertera di sini." izin Arsen pada Bu Sukma.
"Tidak boleh. Lanjutkan presentasi." tolak BuSuk.
"Nggak bisa gitu, Bu." sela Arsen. "Ibu ngajar pelajaran Sejarah kan?" tanyanya.
BuSuk mengangguk.
"Maka dari itu, Bu. Karena Arsen yang ganteng ini sangat mencintai pelajaran Sejarah. Jadi, sejarah di balik foto Arsen yang lagi nungging ini juga bagian dari presentasi."
"Ada-ada aja. Lanjutkan presentasi dengan baik. Jangan macam-macam." sahut BuSuk.
Arsen memutar bola matanya malas, "Tujuh menit aja, Bu."
"Tidak boleh."
"Yaaaah, Bu. Kali ini aja, Bu. Arsen ingin mengekspos kehidupan masa kecil Arsen di depan publik figur." Arsen memelas.
"Alah, sok ngartis lu anjir!" celetuk salah satu siswa.
"Gue emang artis kali." timpal Arsen, "Bu, izinin ya."
Ini baru Arsen seorang, belum lagi jika Arsen duet dengan Fabian, presentasi bisa lebih kacau karena ulah brandalan kelas itu.
BuSuk memijit pelipis beliau yang terasa berdenyut, "Yasudah, terserah kamu."
"Yes!" seru Arsen, ia menunjuk barisan siswi yang tadi mengatainya oplas, "Lo semua yang tadi bilang gue oplas. Gue mau minta tujuh menit buat jelasin ini."
"Bacot ah." Shafa mendengus.
"Palingan juga lo ngawur lagi, Sen." Caca menimpali.
"Sabar dong, Ca. Ini foto bersejarah gue yang harus lo terima kalo lo jadi istri gue." cengir Arsen.
Caca bergidik, "Amit-amit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Undefinable
Roman pour AdolescentsShafa, gadis dengan peringkat lima dari bawah itu adalah gadis yang periang, namun menjadi pendiam ketika berada di rumah. Merasa dibedakan, membuat Shafa menjadi pribadi yang berbeda dengan Shafa yang sebelumnya. Fabian, tetangga Shafa yang mengaku...