Kebutuhan pokok umumnya adalah sandang, pangan, papan. Kalau aku, kamu kamu kamu.
-Undefinable-
19.55 WIB
Backsound khas film horror menggema di ruangan itu. Bukannya merasa takut atau terbawa suasana film, dua makhluk itu malah saling melempar tatapan sinis. "Jelasin sama gue, tujuan lo beli alat kontrasepsi itu apa?"
"Heh? Grasak grusuk aja lo, Fa. Belepotan nih!" protes Fabian ketika cewek itu menggerak-gerakkan kakinya di atas pangkuan Fabian. Padahal Fabian sedang fokus mengolesi kuku-kuku jari kaki cewek itu dengan kutek berwarna merah pekat. "Udah gue bilang, gue kira itu permen karet. Langsung ambil dari raknya, nggak liat-liat dulu,"
"Ya terus sekarang gimana? Benda itu diapain?"
"Ya dibuang, lah!" sahut Fabian, "Yakali gue pake terus praktekin cara manusia melakukan reproduksi sama lo,"
"Ide bagus, tuh. Ayo praktekin, Bian."
"Heh!" Fabian mencubit kaki Shafa, "Praktekin-praktekin pale lo!"
"Bian jangan kasar!" Shafa mengelus-elus bagian kakinya yang tadi dicubit Fabian, "Nggak boleh gitu, ya, sama mamah. Kalo tetep gitu, malem ini papah sayang tidur diluar!"
Up to you, Shafa.
"Serah lo dah, Fa." pasrah Fabian, "Eh, lo belom selesai cerita. Clue kayak gimana yang dikirim sama Student A?"
"Oh ... bentar-bentar," tangan cewek itu terulur mengambil ponselnya yang terletak di atas meja, "Isinya tuh kayak gini,"
Fabian menatap layar ponsel yang disodorkan Shafa kepadanya, cowok itu segera membaca pesan yang dikirim Student A pada Shafa, "Hanya karena Farel memilih Luna, bukan berarti Rachel tidak akan menemukan Farel-Farel yang lainnya. Namun, perlu di ingat, rasa dendam itu masih ada."
Fabian mengernyitkan dahinya, kemudian melanjutkan aktivitasnya mengolesi kuku Shafa. Ia menanggapi pesan itu dengan cuek. "Clue apaan. Nggak jelas banget. Gak usah dipeduliin, Fa. Kan udah jelas siapa pelakunya,"
Iya. Pelakunya Ghea, kan? Mengingat kondisi Ghea yang sangat rapuh sekarang, bisa disimpulkan, sepertinya yang bertugas mengirim pesan-pesan itu adalah Gerald.
Shafa mematikan ponselnya kemudian menaruh benda itu ke tempat awal. Ia jadi teringat Ghea. Teringat masalah yang sedang di alami cewek itu. Ralat, sepertinya kata 'sedang di alami' bukan kata yang tepat. Karena kata Ghea, ia sudah menyimpan rahasia itu cukup lama, sejak ia masih kelas sembilan.
Masalahnya memang fatal.
Terkadang, ada sebagian dari kaum hawa yang rela menyerahkan segalanya, bahkan 'kehormatan' sekalipun, untuk laki-laki yang katanya rela berkorban apapun untuk mereka. Dan salah satu dari mereka adalah Ghea.
Ghea terlalu percaya pada seseorang sampai ia lupa bahwa seseorang itu bisa membuatnya kecewa, kapan saja. Setelah semuanya sudah Ghea berikan, orang itu menghilang, tanpa kabar. Semua akun sosial media milik Ghea di block oleh orang itu. Ghea sendiri yang bercerita pada Shafa, katanya ia sudah mencari orang itu ke rumahnya. Namun nihil, rumahnya kosong tak berpenghuni. Seolah-olah semuanya sudah di atur sedemikian rupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Undefinable
Fiksi RemajaShafa, gadis dengan peringkat lima dari bawah itu adalah gadis yang periang, namun menjadi pendiam ketika berada di rumah. Merasa dibedakan, membuat Shafa menjadi pribadi yang berbeda dengan Shafa yang sebelumnya. Fabian, tetangga Shafa yang mengaku...