"Dia nyebelin sih, tapi gue sayang."
Bagi Alena, Ethan itu laki-laki yang paling menyebalkan yang pernah ia temui.
Sedangkan bagi Ethan, Alena adalah perempuan teraneh yang pernah ia kenal di dunia ini.
Bagaimana jika Ethan mulai menyukai dan tertar...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alena Adya Christy.
Nama yang sering muncul di papan prestasi sekolah, terdengar di sela-sela obrolan para guru, dan enggak jarang juga disebut-sebut dalam percakapan iseng para siswa laki-laki yang duduk di bangku belakang kelas. Gadis yang satu ini bukan cuma cerdas, tapi juga cantik—jenis kecantikan yang enggak dibuat-buat, yang justru terlihat menonjol karena kesederhanaannya.
Kulitnya putih dan bersih seperti porselen, alisnya tebal alami membingkai mata yang selalu tampak tajam namun lembut, dan rambut hitamnya jatuh lurus melewati bahu, seringkali terikat asal-asalan tapi tetap aja bikin iri sebagian besar teman perempuannya.
Sebagai anak sulung dari dua bersaudara, Alena punya hubungan yang cukup dinamis dengan adiknya, Alano. Cowok satu itu kayaknya memang diciptakan Tuhan khusus buat nguji kesabaran Alena tiap hari. Mulai dari suara musik yang terlalu keras, rebutan remot TV, sampai komentar-komentar sarkas khas anak laki-laki yang menyebalkan tapi entah kenapa selalu berhasil bikin Alena ketawa kalau lagi enggak marah.
Walau sering ribut kecil, semua orang di rumah tahu kalau dua bersaudara ini sebenarnya saling sayang. Tapi ya gitu, sayangnya kasih sayang mereka lebih sering muncul dalam bentuk saling sindir dan lempar bantal daripada pelukan hangat atau ucapan manis.
Pagi itu, langit Jakarta cerah banget seolah tahu bahwa hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang. Alena berjalan menuju sekolahnya, Zevirt International School—sebuah sekolah bergengsi yang lebih mirip kampus universitas daripada sekolah menengah.
Seragamnya rapi, wajahnya fresh, dan di telinganya terpasang earphone yang nyetel playlist favoritnya. Dia udah siap mental buat kembali ke rutinitas: belajar, nugas, dan drama sekolah yang belakangan ini malah lebih capek daripada pelajarannya sendiri.
Tapi rencana buat menikmati pagi dengan tenang langsung hancur ketika suara familiar memanggil dari kejauhan.
"Hai, Alena!"
Dia noleh dan mendapati Vino Alexandro berlari kecil ke arahnya. Cowok itu... ya, bisa dibilang pusat semesta Alena sejak SMP.
Vino itu tipe cowok yang charming tanpa usaha, ramah ke semua orang, dan punya senyum yang cukup buat bikin orang mikir dua kali sebelum bilang "gue gak suka dia."
Rambutnya agak berantakan karena angin pagi, dan waktu dia makin dekat, Alena bisa cium aroma parfumnya yang khas—aroma yang entah kenapa selalu sama dan selalu berhasil bikin jantungnya berdebar sedikit lebih cepat.
"Hai, Vino," jawab Alena sambil senyum. "Tumben banget lo enggak telat. Ada keajaiban apa pagi ini?"
"Hehe, lagi rajin aja," jawab Vino sambil garuk kepala. "Eh, denger-denger hari ini bakal ada anak baru masuk kelas lo."
Alena ngedenger itu langsung penasaran. "Anak baru? Siapa?"
"Ngg... enggak tau pasti sih. Gue juga cuma denger dari anak-anak. Tapi katanya, ganteng banget," Vino ngedip iseng. "Siapa tau lo naksir."
Alena langsung muter bola mata. Ya Tuhan, Vino... gue sukanya lo, tahu enggak sih?! Tapi tentu aja, yang keluar dari mulutnya cuma, "Naksir? Idih, gue tuh fokus belajar. Jangan cinta-cintaan!"
Dia langsung jalan lebih cepat, pura-pura cuek. Tapi Vino tetap aja ngejar, seperti biasa. Cowok itu akhirnya narik pelan tangan Alena, nyegat langkahnya, bikin mereka berdiri saling berhadapan. Mata mereka ketemu. Hening beberapa detik, dan rasanya... deg-degan. Sampai akhirnya Alena memalingkan wajah karena sadar ada banyak pasang mata yang memperhatikan mereka.
Mereka lanjut jalan bareng ke lantai dua, tempat kelas mereka. Pas akhirnya harus berpisah karena Vino anak IPS dan Alena anak IPA, ada rasa berat yang sempat mampir sebentar di hati Alena. Tapi dia tetap senyum, lambaikan tangan, dan lanjut jalan ke kelas barunya: 11 IPA 1.
Kelas itu masih sepi waktu Alena masuk. Dengan sigap, dia langsung ambil tempat duduk favoritnya: pojok dekat jendela. Dari situ, dia bisa lihat halaman sekolah, langit biru, dan pohon besar yang mulai menguning daunnya. Dia duduk, buka tas, dan pasang earphone lagi. Dunia luar perlahan menghilang, digantikan suara musik dan pikirannya sendiri yang mulai melayang ke mana-mana.
Waktu terus berjalan. Murid-murid mulai berdatangan. Suara langkah kaki, tawa-tawa kecil, sapaan, dan derit kursi mulai isi ruangan. Sampai akhirnya bel berbunyi. Pelajaran pertama dimulai. Bu Nita, guru PPKN yang dikenal tegas masuk kelas dengan wajah datarnya. Setelah kasih pengantar pelajaran, dia langsung ngasih tugas.
"Kerjakan halaman lima. Jawaban ditulis di buku tulis," katanya tanpa basa-basi.
Terdengar desahan napas berat dari berbagai sudut kelas. Tapi buat Alena, ini mah biasa. Dia buka tas, cari buku tulisnya, dan—panik. Bukunya enggak ada. Dia bongkar isi tas, buka semua resleting, angkat bekal makan siang, semua dilakukan cuma buat cari satu buku yang enggak ketemu.
Lalu—
Tok tok tok.
Ketukan pintu kelas terdengar. Semua orang noleh. Bu Nita jalan ke pintu, dan waktu pintu itu dibuka, kelas langsung sunyi. Cewek-cewek pada kaget, bahkan ada yang langsung duduk lebih tegak dan benerin rambut.
Sosok cowok tinggi berdiri di depan pintu. Wajah blasteran, rambut cokelat keemasan, mata tajam yang kayak bisa baca isi hati, dan aura cool yang bikin seluruh kelas langsung kena serangan jantung kecil-kecilan.
Sementara teman-teman sekelasnya sibuk salting dan terpesona, Alena masih nyungsep di dalam tas, ngomel dalam hati, Buku gue ke mana sih?!
—Bersambung—
Haii, panda disinii!!
Akhirnya kita sampai juga di akhir Chapter 1! Gimana? Udah bisa kebayang belum dunia Alena dan lika-liku hidupnya yang kadang bikin senyum-senyum sendiri, tapi juga bisa bikin kesel?
Kalau kamu suka sama karakter Vino—tenang, dia bakal sering muncul kok (meskipun bikin gemes karena gak peka-peka juga).
Dan buat kamu yang udah penasaran sama si anak baru misterius yang bikin heboh satu kelas, sabar ya... dia bakal punya peran penting banget ke depannya.
Terima kasih banget udah baca sampai sini. Jangan lupa kasih komentar, reaksi, atau sekadar teriak "PENGEN JADI ALENAA!!" di kolom bawah. Aku baca satu-satu, dan itu bikin aku semangat banget buat lanjut nulis.
See you di Chapter 2 yang (spoiler dikit) bakal bikin jantung kamu... deg-degan!
Love, Panda aka penulis yang ngetik sambil ngemil dan baper sendiri.
Follow instagram @adelia.story untuk info mengenai cast dan haluan wattpad.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.