Satu

6.2K 268 10
                                    

"Kira, kau mau kemana?"

Pertanyaan ini membuat gadis bersurai biru langit sepinggul yang selalu disanggul cepol dengan lilitan kepang disekeliling sanggulnya itu, yang saat ini sudah membawa tas selempang berukuran besar berisikan semua pakaiannya dan baru saja sampai di ambang pintu bangunan yang telah ia tempati selama beberapa hari belakangan pun kemudian menoleh ke arah gadis yang se usia dengannya yang saat ini sedang berdiri sembari berkacak pinggang, dan kedua mata berwarna abu-abu silvernya yang terlihat langka pun berputar sedikit jengah.

"Bukannya sudah ku bilang? Aku akan meninggalkan panti asuhan ini setelah sekitar dua minggu paling lama begitu aku mulai menetap disini sejak hari pertama aku tiba, dan aku akan pergi ke markas Pasukan Pengintai yang sekarang sudah resmi jadi pasukan utama di Tembok ini bukan semenjak Historia Reiss menjadi Ratu setelah beberapa hari berlalu?"

Sahabatnya itu mengangguk sembari menatap Kira yang sedang merapikan sedikit poni pagarnya, sebenarnya Kira bukan anak yang dibesarkan di salah satu panti asuhan di area Tembok yang telah bangun selama lebih dari satu abad ini. Gadis ini berasal dari luar tembok dan dibesarkan oleh keluarga angkatnya sejak baru lahir sebelum dia datang kemari.

Kira merupakan sosok gadis yatim piatu yang mempunyai dua kakak angkat lelaki dan mereka sama seperti Kira, ketiganya berasal dari masing-masing orang tua yang berbeda dan mereka juga sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing yang membuat dua nama keduanya tenar, sebenarnya begitupun dengan Kira yang saat ini sudah terkenal didunia luar tembok tanpa diketahui oleh semua warga didalam tembok.

"Iya aku tau, tapi apa hubungannya? Kau mau bergabung dengan mereka?"

Pertanyaan itu langsung disambut anggukan oleh Kira, membuat sahabatnya tercengang bukan main dengan jawaban singkat, padat dan jelas dari sosok Kira yang dimana fisiknya terlihat seperti sosok bocah empat belas tahun biarpun umurnya sekarang sudah menginjak usia sembilan belas tahun.

"Kau itu cuma gadis biasa, Kira! Kau datang kesini cuma mau nyari mati begitu kau berhasil selamat dari keadaan di luar tembok bahkan sampai masuk kemari diam-diam begitu setelah aku dan Suster Alison berhasil menyelamatkan, lalu menyeretmu kedalam sini diam-diam tanpa sepengetahuan tiga regu ternama itu! Apalagi regu Pasukan Pengintai! Kau gila!?"

Pekikkan gadis yang langsung dekat dengan Kira dan langsung menjadi sahabatnya dalam sekejap itu membuat ia menutup mata sembari tersenyum kecut akibat pekikkannya yang mirip toa, karena gadis itu kalau mulai sebal ia mulai menaikkan volume suaranya, apalagi begitu tau kelakuan Kira seperti apa.

"Aku tau, Allena. Apa yang aku lakukan ini memang aneh bahkan nggak bisa dijelaskan serta dipikir dengan kata-kata. Tapi aku sudah memutuskan untuk bergabung ke regu itu sebagai tenaga tambahan tiap kali berperang melawan Titan. Dan aku tidak main-main dengan keputusanku! Tekadku sudah bulat agar seluruh pasukan tidak ada yang terbantai lagi untuk misi berikutnya dengan jumlah mereka yang sudah tersisa saat ini! Dan kau mau populasi manusia yang tersisa dibalik tembok ini musnah sia-sia? Nggak kan!?"

Allena yang mendengar itu benar-benar tertegun bukan main. Ia paham betul bagaimana Kira begitu memutuskan sesuatu dan itu benar-benar tak bisa diganggu gugat sama sekali bagaimanapun bentuknya, biarpun mereka baru kenal dua minggu lamanya namun sosok Kira itu mudah sekali dipahami jika sosok gadis itu terbuka dengan orang yang dapat ia percaya.

Kira membenarkan posisi tasnya kemudian membuka pintu panti, sebelum langkah berikutnya berlanjut, ia memilih untuk berhenti sebentar dan menghela nafas sesaat. Ia tau jika Allena sama sekali tak mengizinkannya namun ia sendiri juga tak mau dibangkang dengan alasan apapun.

Alasan ia kemari itu adalah satu, ia ingin membantu regu penyelamat yang ada disini untuk menyelamatkan populasi umat manusia yang saat ini sudah tersisa dibalik tembok raksasa yang melindungi generasi ke generasi setiap umat yang tumbuh di balik dinding pelindung yang tinggi dan kokoh itu.

Sebenarnya didunia luar tembok masih ada berkali-kali lipat jumlah populasi manusia ketimbang secara keseluruhan mereka yang terlindung dibalik tembok, Kira sudah mampu mengetahuinya dengan menghitung jumlah mereka secara menyeluruh dalam sekejap dengan kekuatan yang ada didalam dirinya karena gadis itu memang memiliki garis keturunan darah genetika terlangka didunia sesuai dengan sejarah keturunan nya yang sudah nyaris punah.

Keadaan langka seperti dirinya pun juga dimiliki oleh beberapa anak seusia dan beberapa tahun lebih tua, dan juga ada yang lebih muda darinya yang memiliki keadaan yang sama seperti Kira dibeberapa penjuru dunia namun mereka tidak menggunakan kekuatan itu untuk publik seperti Kira.

"Maafkan aku, aku janji padamu kalau aku akan baik-baik saja mulai sekarang seperti keadaan waktu aku sendirian diluar tembok menuju kemari. Kau bisa mengirimkan surat untukku jika ada berita tentangku nanti di tim regu Pasukan Pengintai. Mungkin awalnya memang sulit untuk bergabung dengan mereka karena harus melewati banyak proses. Tapi aku janji akan baik-baik saja. Sampaikan salamku pada Suster Alison dan yang lainnya. Maaf tidak pamit secara langsung disaat jam makan siang nanti karena aku memang harus pergi diam-diam dari sini."

Ia menatap Allena yang saat ini menatapnya cemas bukan main dari sudut pandangnya, gadis itu tersenyum menenangkan.

"Sampai jumpa lain waktu, Allena!"

Allena hanya mampu melambaikan tangannya begitu Kira langsung berlarian keluar panti tanpa menoleh kearah belakang setelah ia melambaikan tangannya sesaat ke Allena begitu ia melangkahkan kaki keluar panti beberapa saat yang lalu.

Perasaan cemas tak karuan pun membuat Allena hanya bisa menelan salivanya. Gadis itu menghela nafas dan memilih untuk diam, serta mengatakan ketidaktahuannya kemana Kira pergi jika ia ditanya keberadaan gadis itu nanti, biarpun sebenarnya ia tau kemana gadis itu pergi meninggalkan panti sembari membawa semua barangnya tanpa tersisa.

Dasar Kira sialan!

***

Kira berjalan seorang diri ditengah kerumunan kota seperti biasa saja sembari membawa tasnya biarpun ia sedikit bingung mencari pusat markas utama tim regu pengaman area Tembok, ia menatap kesana kemari sembari membeli beberapa makanan, dan lebih tepatnya ia lebih dominan membeli minum ditengah cerahnya hari ini.

Dengan langkah tenang, ia tetap berjalan sembari bertanya kebeberapa orang yang bisa memberikan ia sedikit informasi perihal markas utama dan untunglah orang-orang yang ia tanya dengan baik hati memberitahu Kira arah menuju markas utama pihak pengaman area Tembok setelah lebih dari satu abad.

Kira pun menemukan tempat yang ia tuju, kemudian ia memejamkan mata sesaat dan mulai menjelajahi struktur bangunan tersebut, lalu menemukan jalan yang bisa ia tembus diam-diam untuk saat ini karena sedang lengah dari penjagaan tim regu, lalu melancarkan aksi menyelinapnya.

Aksi kita mulai!

* * *

Bengkulu, 25 Mei 2019

The Captain's Chosen Girl [Levi x Alkira] - [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang