Kesepakatan
Karena apa yang sudah semesta tuliskan, kita hanya tinggal bermain peran sebagaimana mestinya
__________"Seminggu tiga kali kalau gitu," nego Feo saat dia mengejar langkah kaki Galen yang panjang. Galen terus menolak keputusan Aileen yang tiba-tiba. Bego nggak harus ngerendahin diri dengan cara seperti ini. Dikira ini masalah sepele dengan menyuruh Feo menjadi guru pembimbingnya. Feo cewek, sedangkan dirinya cowok dengan harga diri yang menjulang tinggi. Ya kali cewek ngajarin cowok.
"Urus aja sana hidup lo," Galen kesal antusias cewek ini malah melebihi bokapnya sendiri.
"Kalau gitu tiap hari ?"
Feo benar-benar gila. Dengusan napas geram Galen terdengar semakin keras.
"Okay fine. 3 kali seminggu. Lo bisa pergi sekarang," ucap Galen mengusir Feo secara terang-terangan. Langkah cowok itu sudah berhenti tatapannya mengarah ke arah Feo tajam.
"Oke. Jum'at,Sabtu, Minggu gue pulang bareng lo" Feo berucap riang.
Galen berusaha mengatur emosinya. Untung saja sosok di depannya adalah cewek kalau tidak, Galen tidak tau apa yang terjadi selanjutnya.
"Nggak," Galen menolak ide gila itu tanpa berpikir panjang.
Pulang bareng ? Ngarep aja nih cewek."Nggak mau tau. Nih tulis nomer lo biar gue gampang urusannya," perintah Feo sambil menyodorkan ponselnya ke arah Galen. Ponsel Feo itu model keluaran terbaru. Bagaimana mungkin Feo bisa memilikinya, sedangkan cewek itu.. ah sudahlah kenapa Galen jadi memikirkan cewek sarap ini ?
Galen tidak pernah membagikan nomer ponselnya ke sembarang orang. Jadi banyak yang tidak tau nomer ponsel cowok itu. Sekarang Feo malah meminta hal yang jelas dia tidak akan kasih.
"Gue nggak punya nomer ponsel," dusta Galen karena bingung harus menolak dengan cara apa.
"NGGAK MUNGKIN.Buruan, keburu masuk!!" Feo tetap ngotot dan terus menyodorkan ponselnya.
Akhirnya dengan terpaksa Galen mengambil alih ponsel Feo dan menulis nomer acak. Yang tentu saja bukan nomer ponselnya.
"PUAS ?" Galen langsung melengos pergi karena sudah tidak tahan dengan kegilaan cewek itu.
***
"AYANNNNN," teriak Feo histeris saat kakinya telah sampai di kelas.
"Apasih ?" Jelas Ayana kesal. Karena teriakan Feo yang melengking, game yang dia mainkan jadi game over.
"Boleh cerita nggak ?"
"NGGAK," jawab seisi kelas kompak. Males saja mendengar cerita Feo yang panjang lebar tidak ada ujungnya itu.Feo menatap ke arah mereka sensi. Kalau nggak suka nggak usah denger.
"Tapi lo janji jangan ember ?"
Siapa juga yang mau denger cerita lo ?
"JADIII TADI TUH GUE KETEMU GALEN. TERUS-TERUS YA AMPUN GUE DISURUH JADI PEMBIMBINGNYA GALEN SAMA BOKAPNYA LANGSUNG YAN. YA AMPUN GILA BANGET KAN ?"
Terkadang otak Feo bisa segila ini. Awalnya bilang jangan ember tapi suaranya bisa di dengar dalam jarak puluhan kilo meter. Astaga.
Ayana mengangguk-angguk tidak peduli. Game di ponselnya lebih menarik di banding cerita Feo."AYANA LO DENGERIN GUE NGGAK SIH ?"
Apa kalian tau tangan Ayana sudah gatel ingin menyumpal mulut Feo sekarang juga. Dia lagi berperang ini dan suara toa Feo berhasil mengganggu konsentrasinya.
"Tau ah besok-besok nggak ada contekan gratis lagi," Feo terlihat dongkol.Semua orang yang ada di dalam kelas itu langsung menoleh ke arah Feo. Mendekat hingga Feo berada di tengah-tengah mereka.
"Eh-eh gimana tadi ? Lo jadi pembimbing Galen ? Ya ampun Feo beruntung banget sih hidup lo,"
"Iya nih jadi iri gue dengernya,"
Semua seolah terlihat antusias dengan cerita Feo. Padahal aslinya enggak sama sekali, dan Feo tau itu."Bodo amat. Besok-besok jangan harap gue kasih contekan lagi," Feo menerobos kerumunan dan langsung duduk di bangkunya. Tidak peduli dengan tatapan memelas mereka.
"Google berjalan gue," ucap Leo lebay.
***
"Jadi, bokap lo datang cuman mau nemuin Feo ?" Bais bersuara. Argo dan Haikal juga menunggu jawaban Galen.
"Nggak usah bahas tuh cewek,"jawab Galen seraya mengeluarkan sebuah rokok dari sakunya.
"Benci sama cinta itu beda tipis. Hati-hati lo Gal," Argo ikut menimpali.
"Eh dia kan miskin, minta bayaran berapa ?" Mulut nyinyir Bais kumat lagi.
"Apasih ? Dia Feo loh, lo nggak bisa ngomong seenaknya gitu," Argo mulai sewot. Meski Argo tau persis watak Bais tapi cowok itu tidak bisa berpikir seenaknya. Mereka,juga sering beradu argumen karena pemikiran keduanya selalu bertolak belakang.
Galen hanya diam tidak mau ikut menimpali. Buat apa membahas cewek gila itu ? Saat Argo dan Bais mulai berselisih parah, Haikal baru angkat suara.
"Feo mau miskin atau enggak bukan urusan kalian juga. Is mending lu urusin hidup lo yang belum bener dari pada ngurusin hidup orang lain,"
Bais melotot tidak terima mendengar komentar Haikal.
"Sialan lo,"
***
Feo yang tadinya asyik melahap semangkok mie ayam seketika merubah arah pandangnya ke arah pintu masuk kantin. Tatapan Feo terus mengikuti sosok yang baru masuk. Merasa ada yang aneh, sosok itu menatap ke arah Feo sekilas. Sungguh dia malas bertemu Feo lagi. Galen, sosok yang sedari tadi menarik perhatian Feo. Tapi yang membuat Feo kesal, adanya Berta di samping Galen.
Berta Amanda. Primadona Neptunus yang bisa membuat semua cowok terpesona saat menatapnya. Semua cewek jelas iri melihatnya. Apalagi setelah tau bahwa Berta satu-satunya cewek yang dekat dengan Galen. Selama ini Feo terlalu fokus dengan olimpiadenya hingga mengabaikan berita di sekitarnya.
Berta yang terkenal, ditambah anak pengusaha yang kaya raya membuat gadis itu bersikap sok kuasa. Jika ada Berta maka Feo adalah kebalikannya.
"Sok cantik banget sih,"ucap Feo sewot setelah menelan mie ayamnya.
Ayana sudah biasa mendengar Feo mendumel tentang Berta. Tidak lagi peduli, gadis itu melanjutkan kegiatan makannya yang sempat tertunda.
"Bentar lagi gue juga bakal deket sama Galen. Bakalan hempas lo nenek sihir sialan," Feo masih emosi tapi Ayana tetap acuh.
~~~~
Salammmm..
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVISOR
Teen Fiction"LEPASIN!" "Nggak akan! Apa yang udah jadi milik gue, nggak akan pernah gue lepas Fe." Galen menjawab dengan penuh penekanan. "Ayo pulang!" Wajah Galen mendekat dengan tatapannya yang menakutkan. Napasnya naik turun seolah sedangmeredam emosi yang...