Haii, sabtuku :)
Jangan lupa komen dan votenya yak ;
Ajak mereka teman terdekatmu buat ketemu sama aku wkwk.
Apa yang udah jadi milik gue nggak akan pernah gue lepas.
***
Galen terus mencoba menghubungi nomer Feo. Namun hasilnya tetap sama, nomer gadis itu masih tidak aktif. Diambilnya jaket diatas kursi dengan cepat, Galen lantas pergi dengan kunci motor di tangannya.
Dirinya tidak perlu menyuruh Feo bersiap. Yang dia pikirkan saat ini, alasan Feo tidak mengaktifkan ponselnya sedari tadi. "GOOD LUCK BOS," teriak Argo mengiringi kepergian Galen.
Pikirannya sungguh tidak tenang. Dari awal dia mencoba menghubungi nomer Feo, Galen sudah bisa merasakan kejanggalan yang terjadi.
Kemampuan Galen dalam berkendara memang tidak diragukan lagi. Dalam waktu 30 menit, cowok itu sudah tiba di depan rumah Feo. Bergegas turun dengan perasaan cemas, Galen lantas berlari ke arah pintu.
Tok tok tok sudah hampir 1 menit, pintu tidak kunjung dibuka juga. Galen kembali mencoba. Diketuknya sekali lagi pintu putih di depannya.
Hari sudah gelap, dan Galen semakin khawatir.
Tidak menunggu lama, akhirnya pintu itu terbuka. Sosok Bi Shelli muncul dengan wajahnya yang sendu. "Belopved, pasti nyariin Non Feo ya?" tanya Bi Shelli dengan nada yang tidak seperti biasanya.
"Iya Bi, tolong panggilin Feo," jawab Galen cepat, tanpa bisa menyembunyikan raut khawatir di wajahnya.
"Non Feo udah pergi, dia udah tau semuanya," ucap Bi Shelli lirih.
"Tau apa?" desak Galen tak sabar. Ini sudah malam, pergi kemana gadisnya itu?
"Non Feo udah tau kalau dia bukan anak kandung dari keluarga ini, dia marah sama Bibi," isak Bi Shelli terdengar begitu menyedihkan. Jelas saja Galen kaget bukan main. "Bibi nggak tau dia sekarang pergi kemana, padahal seharian ini Non Feo belum makan sama sekali," imbuh Bi Shelli lagi. "Belopved tolong cari Non Feo, suruh dia pulang,"
"Bibi tenang aja, aku bakal cari dia sampai ketemu," ujar Galen yakin, lantas pamit pergi.
***
Galen harus berterima kasih dengan Bi Mai, karena lagi-lagi wanita itu membantunya menemukan sosok Feo. Galen sudah menyerah karena dia tidak kunjung menemukan keberadaan gadisnya.
Pikirannya sudah buntu. Dugaan buruk terus memenuhi perasaannya yang cemas.
"Dia hampir pergi Galen, kamu harus cepat sebelum semuanya terlambat,"
"Dia dimana Bi?"
"Tempat dimana kamu pernah memeluknya erat, setelah kamu paksa dia buat cerita semuanya. Dia ada disana, hampir menenggelamkan diri persis seperti apa yang pernah kamu katakan kepadanya,"
Galen sampai melajukan motornya dengan kecepatan 2 kali lebih cepat dari biasanya. Perkataan Bi Mai, terus terngiang-ngiang di pikirannya. Kamu harus cepat sebelum semuanya terlambat.
Cahaya remang-remang dari bulan, cukup membantu Galen melihat keadaan di sekitar danau.
Sampai saat ini, Galen belum juga menemukan keberadaan Feo.
Dugaan negatif pun langsung menghantui pikirannya. Cowok itu lantas turun dan memilih menyusuri langsung area danau dengan berjalan kaki.
"Arghhh, KENAPA SIH GUE HARUS LAHIR DI DUNIA INI?" suara teriakan seorang perempuan mampu mengalihkan perhatian Galen.
"Mama, Papa, pantes mereka nggak pernah peduli sama gue. Gue bukan anak mereka. GUE CUMAN ANAK PUNGUT. Manusia yang bisanya nyusahin orang, emang harusnya udah pergi dari dulu,"
"Kenapa sih Tuhan? Kenapa gue harus ada di dunia ini? Kenapa gue nggak mati dari dulu aja, kenapa? Kenapa gue harus ngerasain sakitnya dicampakin semua orang? Kenapa nggak ada yang sayang sama gue? Termasuk diri gue sendiri, Tuhan. Gue benci diri gue sendiri. GUE BENCI,"
"ARGHHHH, KENAPA HIDUP GUE HARUS SEKACAU INI?"
Sosok yang tertutup gelapnya malam itu, semakin berjalan mendekat ke arah danau. Tidak menunggu lama, Galen langsung berlari ke arahnya.
"BERHENTI FE!" teriak Galen namun tidak gadis itu gubris.
"Feolla? Dia udah mati," tawa Feo pecah detik itu juga. Alam sadarnya sudah menguap entah kemana. "FEO UDAH MATI," ulangnya dengan suara lantang.
Akhirnya Galen berhasil merengkuh tubuh Feo sebelum gadis itu menerjunkan dirinya ke arah danau. "Apa yang lo lakuin?" sengak Galen dengan emosinya yang memuncak.
"Mati. Gue pengen mati, Gal," balas Feo tak mau kalah.
"Nggak, ayo pulang," putus Galen namun langsung Feo tepis dengan kasar.
"Lepasin!" bentakan Feo, tidak mampu membuat Galen lengah. Cowok itu langsung memegang kedua bahu Feo dengan erat.
"Apa yang udah jadi milik gue, nggak akan pernah gue lepas Fe," jawab Galen penuh penekanan. "Ayo pulang!"
"GUE NGGAK MAU PULANG!"
"FEOLLA,"
"Jangan nyebut nama itu lagi Gal," ujar Feo seraya menyumpal telinganya dengan telapak tangan. "Gue buka Feolla, dan gue harap, lo pergi sekarang. Kita nggak ada hubungan apa-apa lagi,"
Galen menggeram. Kesabarannya benar-benar diuji malam ini. "Denger baik-baik. Apapun yang terjadi saat ini, bagi gue lo tetep Feolla yang gue kenal. Gue nggak peduli dengan identitas lo, masa lalu lo, apa pun itu, karena yang gue peduliin cuman satu Fe. Buat lo terus ada disamping gue,"
Feo terisak hebat
"Nggak ada yang perlu disesali, termasuk dengan lahirnya kamu di dunia ini," ujar Galen seraya mengusap rambut gadis itu. "Aku sendiri Gal, aku nggak punya siapa-siapa lagi," lirih Feo terdengar pilu. "Hidup aku udah hancur, nggak ada lagi yang bisa diharepin, aku pingin mati Gal, aku udah nggak sanggup hidup lagi,"
"Kamu nggak boleh ngomong kayak gitu," tandas Galen tegas. "Semua orang bisa nyerah sama keadaan, tapi mereka nggak bisa menghindar dari takdir Fe. Orang tua kamu pasti lagi nyariin kamu saat ini. Kamu tega mau ninggalin mereka?"
"MEREKA UDAH BUANG AKU,"
"Denger aku, apapun bisa terjadi. Nggak semuanya seperti apa yang kamu pikirin sekarang. Kasih mereka kesempatan buat ngejelasin semuanya," bujuk Galen seraya memegang kedua pipi Feo.
"ENGGAK. Nggak ada yang perlu dijelasin Gal. Semua udah jelas. Mereka buang aku, dan aku diasuh oleh keluarga yang sebenarnya nggak ada hubungan darah sama aku. KAMU NGGAK NGERTI," Feo menarik rambutnya kuat supaya dia bisa meluapkan amarahnya yang tak terkendali.
"Kamu nggak ngerti perasaan aku Gal, harusnya kamu nggak perlu peduliin mereka. NGGAK PERLU..." ucapan Feo terpotong, karena Galen tiba-tiba menciumnya.
Rotasi waktu seakan berhenti. Dunia Feo yang runtuh dengan perlahan tiba-tiba menghilang begitu saja. Perasaan ini terasa fana, namun Feo yakin bahwa ini semua adalah nyata.
Dan Galen, benar-benar menciumnya.
T B C
Hai SEMUA :)
Oh iya, buat yg komen part kemarin dan blm aku jawab, tolong ampuni hayati ini..🙇♀️
Aku buka wattpad 1 minggu sekali😭 oh syedih syekali
Oke jangan lupa komen yak, aku bakal bales deh. Sebanyak2nya, ramaikan gaess..
Salam Manusia Halu
clarisacndr
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVISOR
Novela Juvenil"LEPASIN!" "Nggak akan! Apa yang udah jadi milik gue, nggak akan pernah gue lepas Fe." Galen menjawab dengan penuh penekanan. "Ayo pulang!" Wajah Galen mendekat dengan tatapannya yang menakutkan. Napasnya naik turun seolah sedangmeredam emosi yang...