Hai Sabtu, kita akhirnya berjumpa lagi :)
Absen kehadiran dulu Gaess. Kang Cilok dan permaisuri mengucapkan, maaf tentang keterlambatannya.
Aku menolak sebab takut dirimu terluka.
***
Galen menatap sekilas ke arah Feo yang sedang memakan sarapannya. Tidak seharusnya dia bersikap bodo amat dengan gadis itu. Sedari tadi Feo terus-terusan mencuri pandang dan Galen tentu saja menyadarinya.
"Kak Feo, habis pulang sekolah kita masak lagi yuk," ajak Gisel bersemangat. Feo hendak menjawab, namun terpotong oleh suara Galen.
"Nggak,"
"Apaan sih Kak? Orang aku nanya sama Kak Feo," balas Gisel kesal.
"Nggak papa kok Gal," jawab Feo membela Gisel. Galen diam tidak berkomentar. Biar saja Feo mengira jika dirinya sedang marah, atau dugaan buruk lainnya. Yang terpenting hubungan mereka sekarang masih baik-baik saja.
"Waah asyik, aku seneng deh ada Kak Feo disini. Kak Galen juga pasti seneng kan?" tanya Gisel yang mempu menghentikan perhatian Feo detik itu juga. Feo menatap ke arah Galen yang kali ini juga menatap ke arahnya.
"Hmm." Hanya itu jawaban yang keluar dari mulut Galen. Feo terlihat kecewa dengan mengalihkan pandangan ke arah makanannya.
Galen mati-matian menahan diri untuk tidak menghampiri Feo. "Tumben Kak Galen diem aja," ujar Gisel seraya menyuapkan makanannya.
"Lagi sariawan," dusta Galen seraya melirik ke arah Feo lagi.
"Oh pantesan, biasanya kalau ada Kak Feo juga nggak pernah diem," goda Gisel lantas mendapat tatapan tajam oleh Galen.
Feo sama sekali tidak menggubris obrolan mereka. Dia masih memikirkan tentang perubahan sikap Galen saat ini. Tentang keputusannya tadi malam, jujur saja Feo tidak sepenuhnya yakin bisa hidup tanpa Galen. Karena saat ini, hanya Galen yang Feo punya.
"Kak Feo masih sakit ya? kan Kak Galen bisa jagain Kak Feo di sekolah," tanya Gisel langsung mendapat teguran dari Galen.
"Aku udah nggak sekolah lagi, nggak ngerti harus ngapain sekarang Sel," jawab Feo santai namun Galen bisa mengerti dengan jelas perasaan gadis itu. Tatapan Feo terlihat sayu. Gadis itu seakan sudah kehilangan semua harapannya.
"Besok kamu berangkat bareng aku," putus Galen karena sudah tidak tahan lagi.
"Nggak bisa Gal, semua keperluan sekolah aku ada di rumah,"
"Nanti siang, kita beli semua keperluan kamu,"
"Gal, aku nggak mau repotin kamu terus,"
"Nggak ada yang direpotin disini Fe, harus berapa kali lagi gue perjelas itu?"
Uhhuk, uhhuk. Gisel pura-pura batuk, untuk menghentikan perdebatan sengit diantara mereka. "Kak Feo, Kakak itu udah aku anggep seperti kakak kedua aku. Dan Kak Galen seneng kok bisa bantu Kak Feo, ya kan Kak?"
"Iya," ucap Galen ala kadarnya.
"Okelah kalau begitu, aku mau berangkat dulu ya Kak. Udah dijemput soalnya," pamit Gisel dijawab anggukan oleh Feo.
"Dijemput siapa?" Suara tegas Galen berhasil menghentikan niat Gisel yang beranjak pergi.
"Temen Kak Galen, gitu banget sih mukanya,"
"Nggak percaya. Pasti pacar kamu kan?" sengit Galen tajam.
"Sok tau banget sih, yaudah ya aku pergi dulu. Bye Kak," ujar Gisel langsung berlari dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVISOR
Teen Fiction"LEPASIN!" "Nggak akan! Apa yang udah jadi milik gue, nggak akan pernah gue lepas Fe." Galen menjawab dengan penuh penekanan. "Ayo pulang!" Wajah Galen mendekat dengan tatapannya yang menakutkan. Napasnya naik turun seolah sedangmeredam emosi yang...