[33] Aku yang gagal

2.2K 135 164
                                    

Sebelum menguras emosi, alangkah baiknya untuk menyiapkan selembar tissue. Oh IYA, Kang cilok dan permaisuri, udah bosen makan opor. Pindah haluan jadi ngabisin nastar.. 

Mencintaimu itu sama halnya dengan lomba lari. Kamu seperti garis finish, sedangkan aku adalah salah satu sosok diantara banyaknya mereka yang ingin menggapaimu.

***

"Kamu bercanda ya?" kekeh Feo berusaha menghibur dirinya.

Dengan emosi, Galen langsung melepaskan gelang pemberian Feo. "Gue bukan gembok lo lagi," sinis Galen seraya meletakkan gelang itu di telapak tangan Feo lalu melengos pergi begitu saja.

Feo menatap gelang Galen dengan senyum miris. Kali ini, ucapan Galen berhasil mengiris hatinya dengan sempurna. Dulu, saat Galen bersikap kasar padanya, selalu acuh, dan tidak pernah absen membentak Feo rasanya tidak sesakit saat ini. Ucapan Galen terus terngiang-ngiang di kepalanya. Gue bukan gembok lo lagi.

Apa kalimat itu bermaksud Galen memutuskan Feo dalam hubungan fana mereka?

***

Bodohnya Feo tidak menyerah, sepulang sekolah gadis itu menunggu Galen di parkiran. Seperti hal yang selalu dia lakukan akhir-akhir ini. Gadis itu masih menyimpan gelang yang Galen kembalikan dengan baik. Pikiran cowok itu mungkin saja sedang lelah, dan Feo yang menjadi pelampiasannya. Mungkin detik ini, Galen sudah berubah baik lagi. Cowok itu sedari dulu sering berubah-ubah bukan?

Langkah kaki Galen melambat saat melihat keberadaan Feo di samping mobilnya. Dia kira, Feo akan berhenti mengganggunya lagi. Atau lebih tepatnya berhenti memberinya harapan bodoh. Galen lantas melanjutkan langkahnya tanpa mau menggubris Feo.

"Gal," panggil Feo dengan nada ceria. Jika ada nominasi artis paling hebat dalam bermain peran, Feolah pemenangnya.

Galen tidak merespon. Cowok itu hampir memasuki mobilnya jika Feo tidak membuatnya terkejut dengan memeluknya dari belakang. "Kamu kenapa sih Gal?" tanya Feo putus asa. "Bilang, kalau aku ada salah sama kamu," imbuhnya lagi tanpa berniat melepaskan pelukan mereka. Galen risih dalam hatinya yang terselimuti ribuan api. Cowok itu terus mendorong tubuh Feo agar menjauh darinya.

"LEPAS!" bentak Galen, dan Feo malah mengeratkan pelukannya.

"Aku minta maaf Gal," ucap Feo tidak menyerah. "Aku tau kamu kecewa sama aku,"

Dengan satu gerakan, Galen sontak membalikkan tubuhnya. "Lo budeg? Gue bilang lepas, nggak denger? Apa kurang jelas?" tanya Galen begitu dingin. Feo sampai membeku dengan nada bicara cowok itu.

"Salah aku besar banget ya sama kamu? Maaf ya Gal," ulang Feo entah sudah berapa kali gadis itu terus mengucapkan kata maaf. Bagi Galen, maaf saja tidaklah cukup. Hatinya sudah terlanjur kecewa dengan gadis dihadapannya ini.

"Mau tau apa salah lo?" tanya Galen dengan tatapan menusuk. Feo langsung mengangguk menjawab.

"Lo hadir di dalam hidup gue," tandas Galen sarkas. "Mulai sekarang, kalau lo mau nebus kesalahan lo itu, jangan lagi muncul di hidup gue. Ngerti?"

Feo tersenyum tipis mendengar perkataan Galen. Gadis itu sontak mengangguk pelan. "Maaf ya Gal," ujarnya tanpa menghilangkan senyum termanisnya. "Aku janji, nggak bakal muncul lagi di hidup kamu," imbuhnya tanpa melepaskan tatapannya dari Galen. "Tapi, kalau kamu butuh aku, bilang ya Gal. Karena aku akan selalu ada buat kamu,"

Karena sadar diri, Feo lantas berbalik pergi. Galen sontak mengalihkan tatapannya. Dirinya mana sanggup melihat kepergian gadis itu yang semakin jauh. Semua orang yang berpapasan dengan Feo menatap ke arahnya aneh. Gadis itu berjalan dengan senyum yang mengembang tetapi tatapan matanya sayu. Feo yang mereka lihat, seperti gadis yang sedang memiliki gangguan kejiwaan.

DIVISORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang