YUHUU UPDATE
Terima kasih buat kalian yang masih nungguin aku yang gaje ini. Pokoknya, sayang kaliannnnn.
Jangan lupa ajak teman-teman kalian buat baca cerita paling absurd ini. Oh iya, Jangan lupa juga buat tekan tombol vote dan komennya.
Untuk apa kamu terus berpura-pura? Jika senyummu bisa menipu, hal itu tidak akan berlaku untuk aku. Karena aku tau, ada sebab dirimu membisu.
***
Sarapan kali ini, Galen tidak ikut serta. Cowok itu bilang, hari ini Feo tidak perlu membuatkan dirinya sarapan. Karena adeknya berulang tahun, Galen harus merayakan dengan memberi sarapan yang berkesan untuk Gisel.
"Non, Den Faiz terus nanyain Non Feo dari kemarin," ujar Bi Shelli mampu mendiamkan Feo hingga beberapa detik.
"Biarin aja Bi," jawab Feo singkat.
"Kalau Non nggak mau angkat telponnya Den Faiz, dia mau balik ke Indonesia Non," ucap Bi Shelli mengejutkan.
"Terserah dia, aku nggak peduli,"
"Tapi Non.." ujar Bi Shelli terpotong dengan ekspresi wajah khawatir.
"Aku nggak papa, dia kakak aku Bi," jawab Feo meyakinkan. Sebenarnya dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Feo sangat khawatir dengan Faiz yang terus-terusan mencarinya. Bahkan kakaknya itu sampai rela pulang hanya untuk menemuinya. Hal besar pasti akan terjadi jika kakaknya itu berhasil pulang ke Indonesia.
Telpon rumah kembali berdering. Jika bukan orang tuanya, pasti Faiz yang menelpon. Wajah Feo bahkan sudah menegang takut jika Faiz tidak main-main dengan ancamannya.
"Bibi aja yang angkat," perintah Feo tenang. Bi Shelli pun lantas menjawab panggilan itu.
"Oh Den Faiz, Non Feonya udah berangkat sekolah Den," bohong Bi Shelli dengan tatapan mengarah ke arah Feo.
"Saya nggak percaya Bi," balas Faiz tajam dari seberang sana.
"Beneran Den, Bibi nggak bohong," lirih Bi Shelli takut. Bi Shelli tidak mau terjadi keributan hingga mempengaruhi kejiwaan Feo. Maka dari itu dia berbohong, sebab Faiz tidak mungkin mencari Feo jika cowok itu tidak ingin mencari masalah.
"Bilang sama dia, saya bakal pulang ke Indonesia secepatnya," ulang Faiz mempertegas ancamannya lagi.
"Baik Den," jawab Bi Shelli pelan lalu menutup telponnya. Feo langsung mendekat dengan ekspresi sulit terbaca.
"Telpon ulang Bi!" perintah Feo tegas. "Aku mau kasih peringatan sama dia,"
"Tapi Non, Bibi kan udah bilang kalau Non..."
"Biar aku yang telpon," ucap Feo berapi-api. Matanya menyilang marah entah karena apa. Hanya karena melihat Faiz menelponnya, emosinya sudah meledak tak terkendali.
"Ngapain lo nyari gue?" tanya Feo tak santai.
"Nggak ada sopan-sopannya lo," cibir Faiz membuat tawa Feo pecah detik itu juga.
"Gue sopan sama lo? Dalam mimpi," desis Feo sinis.
"Kurang ajar. Udah hidup lo nggak guna, masih ngelawan lagi,"
"Masalah lo apa sih? Gabut? Heran gue, anak kesayangan bisa gabut juga ya," sindir Feo terang-terangan.
"Bangsat, anak nggak guna kayak lo nggak pantes hidup, mati aja sana lo. Bisanya cuman ngabisin duit orang tua," timpal Faiz emosi. Feo meringis mendengarnya. Dalam satu tarikan napas, dia berusaha mengendalikan jiwanya yang hampir memberontak.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVISOR
Teen Fiction"LEPASIN!" "Nggak akan! Apa yang udah jadi milik gue, nggak akan pernah gue lepas Fe." Galen menjawab dengan penuh penekanan. "Ayo pulang!" Wajah Galen mendekat dengan tatapannya yang menakutkan. Napasnya naik turun seolah sedangmeredam emosi yang...