Akhirnya Feo tau rumah Galen
Disaat hati ini dengan sendirinya mulai berlabuh, disana ada hati yang sedang bertaruh.
****
Galen menatap ke arah sepeda bututnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Feola sungguh gadis yang aneh dan misterius. "Lo kesini naik ini ?"tanya Galen seraya menunjuk si butut.
"Iya dong, keren kan aku ? Galen mau cobain naik ini ?" tanya Feo penuh percaya diri. Galen menatap ngeri si butut seraya membayangkan dirinya menaiki benda tua itu. Bisa hancur harga dirinya.
"Gue naik sepeda butut lo ini ? Gila aja lo," ujar Galen kesal seraya menaiki motor besarnya.
"Mau kemana Gal ? Nggak mau pamit sama orang tua kamu dulu kalau kamu mau pergi ?" ternyata Feo masih mengira jika rumah Galen berada di balik pemakaman ini.
Galen menghela napas kesal. Dirinya tadi hampir menyalakan mesin motornya namun urung karena ucapan bodoh Feo barusan.
"Maksud lo orang tua gue udah mati ?"tanya Galen nyolot. Feo menggeleng karena dia tidak bermaksud seperti itu.
"Galen,maksud aku orang tuanya Galen pasti ada di dalem rumah. Nanti takutnya khawatir kalau Galen nggak pamit dulu sebelum pergi,"jawab Feola pelan tidak mau menyinggung perasaan Galen lagi.
Galen mendengus. Sudah berapa kali sih dia bilang sama gadis gila di depannya ini kalau Galen tidak tinggal disini ? "Lo mau tau rumah gue nggak ?" Galen kembali turun dari motornya.
Feola mengangguk antusias. Dirinya hampir masuk kembali ke dalam pemakaman jika Galen tidak berhasil menahannya. "Bukan didalem oneng,"ujar Galen kehilangan kesabarannya.
"Terus ?"
Galen menyuruh Feo mengikutinya dari belakang dengan sepeda. Sedangkan Galen menggunakan motor. Galen benar-benar mengatur kecepatan motornya sepelan mungkin agar Feo tidak kesusahan saat mengikuti dirinya dari belakang. Dari spion, Galen terus memantau gadis gila itu. Sedari tadi Feo tersenyum lebar memperlihatkan gigi putihnya. Sepertinya gadis itu gila sungguhan.
Untung saja sekarang keadaan komplek sedang sepi karena semua orang berada di rumahnya masing-masing. Kalau tidak, bisa-bisa Galen dibunuh massal karena membiarkan gadis gila seperti Feo masuk ke dalam komplek. Galen memutuskan untuk menepi. Feo juga menepi.
"Woi, majuan dikit," panggil Galen seraya menoleh ke belakang supaya Feo maju lebih dekat.
"Kenapa Gal, udah sampe ya ?" jelas saja gadis itu bingung. Bukannya suruh masuk ke dalam rumah tapi cowok itu malah memanggilnya.
"Mulut lo bisa nutup nggak ? Entar gue dikira bawa orang gila masuk," Galen sungguh tidak mengerti dengan pemikiran gadis gila di depannya ini.
"Bisa kok," Feola langsung menutup mulutnya rapat tapi senyumnya masih terbingkai indah di wajahnya. Galen menghela napas. Setidaknya, ini lebih baik dari yang tadi.
***
Kini mereka telah sampai di kediaman Galen. Rumah bercat putih yang begitu besar memang berhasil membuat Feo berdecak kagum. Rumah Feo juga besar tapi tidak sekeren ini. Apalagi di rumah Galen begitu terang. Tidak seperti rumahnya yang gelap. Jika ada penerangan pun hanya remang-remang.
Galen sudah memanggil nama Feo berkali-kali tapi gadis itu terlalu sibuk melamunkan hal yang tidak Galen tau.
"Nggak usah norak," cibir Galen pelan tepat di telinga Feo.
"Rumah kedua lo bagus juga Gal,"balas Feo tulus. Galen yang kali ini tidak mau berdebat menghiyakan saja ucapan Feo. Tapi kagumnya Feo lagi-lagi berbeda dengan gadis lainnya.
"Rumah kedua lo lebih terang dari pada yang tadi ya ?" Feo masih sibuk membandingkan rumah Galen dengan pemakaman tadi.
"Hmm," Galen malas menjawab ocehan Feo.
Pintu utama rumah terbuka. Menampilkan sosok gadis yang lebih muda dari usia Galen.
"Siapa Kak ?"tanya gadis itu ramah.
"Temen,"jawab Galen datar langsung masuk ke dalam rumah.
"Ayo masuk Kak," ucap gadis itu mempersilahkan Feo masuk.
Feo dan Gisel mengobrol banyak hal. Gisel adalah adik Galen satu-satunya. Umur mereka selisih 3 tahun. Feo juga menceritakan banyak hal tentang dirinya kepada Gisel.
"Mr. Aileen kemana ? Kok nggak kelihatan,"
Mendengar pertanyaan Feo, raut wajah gisel berubah sedih. "Papa tinggal dirumahnya Kak, hubungan Kak Galen sama Papa kurang baik makanya kita saat ini pisah rumah. Ini aja rumahnya Bunda,"
Pasti Mr.Aileen tinggal di belakang kuburan tadi. Pikir Feo mulai ngaco.
"Denim kakak keren banget deh. Beli dimana ?" Gisel sejak tadi meneliti penampilan Feo tapi Feo berusaha bersikap biasa saja. Karena Feo tau apa yang Gisel pikirkan tentang dirinya.
"Cuman di pasar loak kok," jawab Feo. Feo juga tidak tau mengapa dirinya berbohong dengan Gisel. Tapi sejak pertemuan pertama mereka tadi, Gisel sempat melihat ke arah si butut dengan pandangan yang sulit diartikan. Jika Feo jujur dengan mengatakan denim ini di beli oleh Papanya di situs lelang online dunia, pasti Gisel tidak akan percaya.
"Kok Gisel baru tau ya ada orang yang rela jual jaket sebagus ini,"Gisel menatap bingung ke arah Feo. Jelas saja Feo gelagapan. Gisel bukan gadis dari keluarga sembarangan. Makanya tidak heran jika Gisel mengenali merk jaket denim milik Feo.
"Mungkin dia lagi butuh uang,"balas Feo membuat Gisel mengangguk setuju.
"Terus hp kakak ini beli baru ?" Gisel kembali berkomentar dengan barang-barang Feo.
"Oh ini, ini dikasih sama orang gara-gara Kakak menang olimpiade,"Feo lebih bangga memamerkan kepintarannya dari pada kekayaan yang orang tuanya punya. Padahal yang sebenarnya, ponsel milik Feo adalah pemberian orang tuanya.
Feo memang selalu mendapat barang-barang mewah tetapi tidak dengan kasih sayang mereka.
Gisel menatap takjub ke arah Feo. "Terus sepatu kakak juga beli di pasar loak ?" tiba-tiba saja Gisel membahas sepatu yang Feo kenakan. Sial memang, Gisel benar-benar meneliti apa yang Feo kenakan.
"Dikasih sama tetangga," jawab Feo ngaco. Gisel mengangguk lagi seolah percaya dengan ucapan Feo.
"Kalau.." belum selesai Gisel ngomong, Feo langsung memotongnya. "Kakak kamu kemana ya ?"
"Oh iya lupa, Gisel panggilin bentar ya kak ?" Gisel langsung berlari menaiki tangga untuk mencari keberadaan Galen di kamarnya. Tidak menunggu lama, Gisel datang lagi menghampiri Feo dengan uang di tangannya.
"Ini buat bayaran Kakak hari ini. Kakak bisa pergi sekarang," ujar Gisel seraya memberikan uang itu kepada Feo. Feo jelas saja bingung dengan maksud Gisel. Bayaran apa ? Bahkan Feo tidak melakukan apapun.
"Gisel, Kakak kan tadi nanya Kak Galen kemana. Bukannya mau minta uang," ucap Feo lembut.
"Maaf Kak bukan maksud Gisel gimana-gimana. Kak Galen bilang, uang ini hak Kakak. Makanya Gisel kasih ke Kakak. Terus Kak Galen juga bilang kalau dia mau istirahat. Kakak berani kan pulang sendiri ?"
Feo tersenyum lebar tidak menyangka Galen seperhatian ini menanyakan apakah dirinya berani pulang sendiri. "Kak Galen masih capek ya ? Kalo gitu bilangin ya sama Kak Galen kalau besok Kakak bakal mampir kesini lagi. Soal uang ini, bukan hak Kakak kok. Uangnya buat kamu aja," ucap Feo riang lalu pamit pergi.
Gisel menatap kepergian Feo heran. Sepertinya ada yang salah dengan Kakak itu. Barusan Galen menolak Feo dengan perantara Gisel. Galen juga menyuruh Gisel untuk mengusir gadis itu. Tapi bukannya sedih, Feo malah tersenyum bahagia.
Benar-benar cewek yang aneh. Feo bukan gadis pertama yang Galen ajak kerumahnya. Ada Berta yang selalu mengunjungi rumah Galen. Waktu ada Berta, Galen juga ikut duduk sekedar ikut mengobrol atau menemani Gisel dan Berta yang asyik berbincang.
Tapi dengan Feo ? Kakaknya itu malah pergi ke kamarnya. Sebenarnya Feo itu siapa ? Dan apa hubungan Feo dengan Galen ?Gisel sungguh bingung dibuatnya.
T B C
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVISOR
Fiksi Remaja"LEPASIN!" "Nggak akan! Apa yang udah jadi milik gue, nggak akan pernah gue lepas Fe." Galen menjawab dengan penuh penekanan. "Ayo pulang!" Wajah Galen mendekat dengan tatapannya yang menakutkan. Napasnya naik turun seolah sedangmeredam emosi yang...