[18] PRASANGKA

2.3K 148 119
                                    

Hallo Kang Cilok update wkwk. Kangen nggak? Kayaknya nggak ada yang kangen nih. Kang Cilok kemarin mumet nggak dapet ide. Cla juga ikut mumet. Aku nulis berbelit-belit gini sekarang malah jadi mumet. Kayaknya butuh refreshing nih haha.

Jangan mudah menyimpulkan sesuatu tanpa mau cari tau faktanya lebih dulu

***

"Woi anjing, lo nggak usah modus," tandas Galen emosi. Seketika keadaan langsung berubah mencekam. Feo yang tidak tau apa-apa, menatap ke arah Galen bingung. Artha langsung menggeser tubuhnya sejauh mungkin. Bukan hanya itu, Galen nyatanya masih memberi tatapan intens ke arah Artha.

"Tha, jangan jauh-jauh," ucap Feo dengan tampang tak berdosa. Artha menghela napasnya berat. Galen sontak beranjak dari duduknya dan mendekat ke arah Artha.

"Gue kasih lo peringatan terakhir, lo sentuh dia, abis lo sama gue," bisik Galen penuh penekanan sebelum cowok itu benar-benar pergi. Feo langsung menyusul kepergian Galen.

"Gal tunggu," teriak Feo seraya menyeimbangkan langkahnya dengan Galen. "Kamu kenapa pergi? Bukannya biasanya juga pulang sore?" tanya Feo sambil menarik lengan cowok itu agar mau berhenti.

"Bukan urusan lo," tepis Galen kasar.

"Gal, aku belum selesai belajarnya sama Artha,"

"Terus, ada hubungannya sama gue?" tanya Galen dengan tawa remeh.

"Aku mau pulang bareng kamu, tungguin bentar ya Gal," pinta Feo penuh harap. Galen mendesis tak percaya dengan apa yang gadis itu ucapkan.

"Nggak," tolak Galen mentah-mentah.

"Aku pulangnya jalan kaki kayaknya gara-gara sepeda aku ilang. Padahal kan ya, jarak rumah aku tuh jauhhhhh banget. Oh iya, belum lagi aku nginjek paku dijalan. Eh parahnya, aku bisa-bisa sampai rumah besok Gal," ucap Feo mendramatisir.

"Pulang sana sama cowok lo itu," balas Galen sinis.

"Oh Artha? Dia arah rumahnya beda Gal, rumahnya Artha lebih jauh lagi. Kalau dia nganterin aku kasihan harus lawan arah," ujar Feo lirih berharap Galen mau mengantarnya pulang. "Lagian Artha kan bukan siapa-siapanya aku," imbuh gadis itu dengan senyum lebar.

"Gue nggak peduli," balas Galen datar.

"Tapi aku peduli. Aku bilang Artha bukan siapa-siapa aku, biar kamu ngerti nggak salah paham kayak tadi. Kamu pergi gara-gara marah sama aku ya?" tebak Feo mampu membulatkan mata Galen.

"Lo nggak usah kepedean. Gue pergi karena jengah liat muka jelek lo," tandas Galen tajam.

"Oh itu, aku sekarang udah belajar dandan kok buat kamu," ucap Feo terlampau jujur. Galen sampai melongo dibuatnya. Gadis macam apa yang ada dihadapannya saat ini?

"Muka lo makin jelek yang ada," maki Galen sarkas.

Feo malah tertawa mendengarnya. Sial, tawa itu mampu membuat Galen membeku seketika. Kenapa gadis itu bisa semanis ini? Apa lagi penampilan Feo akhir-akhir ini memang agak berbeda.

"Galen bohong ya, orang Bi Shelli aja bilang aku cantik kok,"

"Bi Shelli?" tanya Galen dengan kening berkerut. Feo sontak membekap mulutnya dengan tangan.

"Bi Shelli, Tante aku. Aku emang dari kecil udah nyaman panggil Tante aku Bi Shelli. Soalnya muka-mukanya Tante aku, pembantuable haha," tawa Feo berusaha mengalihkan pemikiran Galen.

"Nggak lucu," desis Galen sinis. Tawa Feo langsung terhenti dengan senyum tipis di bibirnya.

"Gal, tunggu aku bentar ya? Aku mau ambil tas," ucap Feo cepat langsung melengos pergi. Galen dengan sigap menahan tangan cewek itu.

DIVISORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang