[46] Need You Now

1.8K 118 55
                                        

Berada dipelukanmu mengajarkanku, apa artinya kenyamanan, kesempurnaan cintaaaaa aaaaaa aaaaa aaaa

Hadirmu yang nyata seakan bersua dalam guratan kecewa.

***

"Kak Faiz," lirih Feo kaget melihat sosok Faiz berdiri di depan rumahnya.

"Dia siapa?" tatapan Galen berkilat marah entah karena apa. Hanya saja, lelaki asing yang saat ini sedang berdiri di depan pintu rumah Feo terlihat mencurigakan. Apa mungkin laki-laki itu.. Tidak-tidak, Feo tidak mungkin memiliki pacar lain selain dirinya bukan?

Tidak diduga, Feo malah membuka handle pintu mobil Galen. "Kamu pulang Gal," ujarnya panik. Pasti akan ada keributan jika Faiz bertemu dengan Galen.

"Dia siapa?" ulang Galen semakin mempertegas nada bicaranya.

Kebetulan saat itu, Faiz baru saja tiba di rumah. Tangannya terangkat berniat mengetuk pintu putih di depannya. Namun pergerakannya terhenti disaat mobil bewarna hitam mendekat.

"Dia kakak aku," jawab Feo dengan suara tertahan. Akhirnya, Galen bisa bertemu dengan anggota keluarga Feo setelah sekian lama. Raut wajah Feo semakin panik saat Galen hampir membuka pintu mobilnya. "Ka-mu, mau ngapain?"

"Aku harus ketemu kakak kamu,"

"Jangan! Mending kamu pulang Gal," tolak Feo kelewat cepat. Feo semakin terlihat mencurigakan.

"Kenapa?"

"Pulang Gal, atau hubungan kita berakhir sampai disini," lirih Feo tak rela. Dia menyesal telah berkata demikian. Namun tak ada pilihan lain . Sorot mata Galen pun menyalang. Merasa tak percaya dengan apa yang barusan dia dengar.

"Hubungan kita bukan mainan Fe," tandas Galen penuh penekanan.

"Maaf Gal," sesal Feo terdengar hampa. Galen memilih diam. Jelas saja dia merasa kesal.

"Buruan turun," ucap Galen datar dan dingin. Hati Feo mencelos. Baru saja mereka berbaikan dengan masalah kemarin. Haruskah mereka seperti ini lagi? Tidak ingin membuang waktu, Feo akhirnya benar-benar turun.

"Maaf Gal," ulang Feo lagi seraya menutup pintu mobil Galen. Bertepatan dengan itu, mobil bewarna hitam melaju dengan cepat. Feo sungguh menyesal dengan perkataannya tadi.

"Udah ganti pacar berapa kali?" suara sinis milik Faiz menyambut langkah Feo mendekat. Berusaha keras, Feo berpura tuli tidak ingin membuka luka lama yang dia simpan rapat-rapat.

"Gue ngomong sama lo, budeg!" teriak Faiz emosi. Sedari dulu, mana pernah Faiz berbicara lembut dengan Feo layaknya adik-kakak di luar sana.

Feo tersenyum sinis, menatap ke arah Faiz dengan tajam. "Lo jauh-jauh kesini, cuman mau ngajak gue ribut?"

"Lo pikir?" tantang Faiz tak mau kalah. Feo menghela napas lelah, berjalan lebih dulu meninggalkan Faiz yang terus-terusan memanggil namanya. Untuk beberapa hari kedepan, mungkin Feo harus mencari penyumpal telinga agar suara pedas Faiz tidak melukai hatinya.

***

Sampai hari mulai malam, Galen masih belum menjawab pesan yang Feo kirimkan. Kenapa keadaan jadi berbalik seperti ini? Astaga, Feo benar-benar kebingungan harus melakukan apa. Apalagi sedari tadi gadis itu belum makan sedikit pun karena ada keberadaan Faiz di luar sana.

Ingin rasanya Feo memanggil Bi Shelli untuk membawakannya makanan. Namun niatnya urung. Faiz pasti tidak akan membiarkan Feo makan dengan tenang.

Tok tok tok, seseorang mengetuk pintu kamar Feo. Pasti malam-malam begini Faiz gabut ingin ribut dengannya. Dengan malas, Feo membuka pintu warna putih itu.

DIVISORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang