sebuah teka teki
Sebenarnya disini siapa yang sedang bermain peran? Kamu menutup diri, begitu juga dengan aku. Lantas jawaban pada akhirnya, apa akan muncul disaat kita membuka diri satu sama lain?
***
Malam ini, Feo memutuskan untuk pergi ke rumah Galen dengan taksi. Bi Shelli melarang keras Feo yang tadinya ngotot ingin menaiki sepeda bututnya. Sekali-kali, Feo ingin menikmati kekayaan orang tuanya. Sederhana sebetulnya, hanya menaiki taksi. Siapa pun bisa melakukan hal itu. Namun bagi Feo, hanya menaiki taksi saja dia rasa ini sudah terlalu berlebihan. Padahal biasanya selain menggunakan sepeda, Feo sering menggunakan jasa ojek online. Sedangkan di rumah ada mobil pemberian orang tuanya. Namun sampai sekarang pun, orang tua Feo tidak pernah tau jika Feo tidak bisa menyetir dan tidak pernah sekali pun menyentuh mobilnya.
Jarak rumah Feo dan Galen memang sangat jauh. Dulu saja setelah dari rumah Galen, Feo sampai rumah larut malam. Untung saja tidak ada yang ingin berbuat kejahatan dengan gadis itu. Karena sepeda butunya, Feo jadi terselamatkan.
Sesampainya di rumah Galen yang sesungguhnya, bukan kuburan sepi, Feo langsung turun setelah membayar tarif taksinya. Seperti dulu, Feo tidak bisa berhenti mengagumi rumah Galen yang terang. Feo tanpa ragu memencet bel yang terletak tepat di sebelah pintu utama. Di rumah Galen, pelatarannya tidak seluas rumah Feo. Tapi bagi gadis itu, rumah Galen lebih nyaman dibandingkan dengan rumahnya. Sial, lagi-lagi Feo membandingkan rumahnya dengan rumah Galen.
Bukan Galen yang membukakan Feo pintu. Bukan juga Gisel. Yang membuka pintu kali ini adalah seorang wanita paruh baya. Wajah wanita itu sungguh cantik. Pasti dia Mama Galen. Pikir Feo.
"Cari siapa Non?" tanya wanita itu dengan suara lembut. Mulut Feo melongo tak percaya. Apa dugaannya barusan salah? Ternyata wanita paruh baya itu adalah ART di rumah Galen.
Feo langsung merubah ekspresinya secepat mungkin. Gadis itu tersenyum. "Galen ada?" tanyanya seraya menengok ke dalam rumah. Rumah Galen nampak sepi seperti tidak ada orang selain ART itu.
"Den Galen lagi pergi sama Non Gisel ke rumah sakit. Non siapanya Den Galen?" tanya Wanita itu ramah. Feo berpikir sebentar lalu gadis itu tiba-tiba tersenyum aneh. "Saya pacarnya Galen Bi," jawab Feo percaya diri. "Galen pergi ke rumah sakit, emang dia sakit Bi?"
"Mama Den Galen yang sakit Non," jawaban wanita itu mengejutkan Feo. "Masuk Non," ajak wanita itu. Nama ART Galen yang super duper cantik itu adalah Maimunah atau kerap dipanggil Bi Mai. Feo langsung akrab dengannya karena ternyata, selain cantik, Bi Mai juga enak diajak ngobrol. Bi Mai juga bercerita, jika bukan hanya Feo, gadis yang bilang sebagai pacar Galen. Jelas saja gadis itu terkejut. Pasti Bi Mai berpikir jika dirinya hanya mengaku-ngaku sebagai pacar Galen.
"Mau minum apa Non?" tanya Bi Mai setelah mereka berbincang cukup lama. Feo menggeleng. Gadis itu sedang dalam keadaan malu luar biasa. Pasti di dalam hati Bi Mai, dia menertawakan Feo.
"Bibi, kenapa nyuruh Feo masuk?" tanya Feo begitu penasaran. Jika bukan hanya Feo yang mengaku menjadi pacar Galen, lantas mengapa Bi Mai menyuruh Feo masuk.
"Karena Non, pacarnya Den Galen," jawab Bi Mai santai.
"Bibi percaya kalau aku pacarnya Galen?" tanya Feo memastikan. Di luar dugaan Feo, Bi Mai mengangguk membuat hati Feo bersorak senang. Ternyata begini rasanya menjadi pacar Galen? Feo pastikan, dirinya bisa tidur nyenyak malam ini.
"Boleh saya nanya sesuatu nggak Non?" tanya Bi Mai formal. Feo mengangguk membolehkan Bi Mai bertanya apa saja.
"Non kan pacarnya Den Galen, tapi apa Non nggak cemburu liat Den Galen jalan sama Non Berta?" tanya Bi Mai hati-hati. Feo diam tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Lagi-lagi, Berta menjadi saingan terberatnya. Tapi jika Feo menjawab jika dirinya cemburu, gadis itu tidak ada hak apa pun karena memang nyatanya Feo tidak ada hubungan apa-apa dengan Galen.
Feo malah menjawab pertanyaan Bi Mai dengan senyum aneh. Bi Mai dari tadi memang sudah merasakan ada hal yang janggal dengan Feo. Gadis tomboy yang tiba-tiba datang mencari keberadaan Galen sungguh mengejutkan Bi Mai. Pasalnya gadis-gadis yang selalu berhubungan dengan Galen tidak seperti ini wujudnya. Makanya Bi Mai mencurigai Feo. Tapi entah kenapa Bi Mai bisa percaya dengan ucapan gadis itu yang berkata bahwa dirinya adalah pacar Galen. Feo berbeda. Gadis itu punya aura yang begitu kuat, dan Bi Mai bisa melihatnya dengan jelas.
"Selama ini ada hal yang kamu tutupi dari orang lain," ucap Bi Mai membingungkan Feo.
"Bi Mai, ngomong apa sih?" tanya Feo kikuk. Perasaannya tiba-tiba berubah jadi tidak enak. Bi Mai di depannya seperti berbeda dengan Bi Mai yang tadi membukakan pintu untuk Feo.
"Kamu terluka Feo," ujar Bi Mai menakutkan. Feo menelan salivanya susah payah. Gadis itu berusaha keras untuk mengerti dengan apa yang barusan terjadi. Tiba-tiba mata Bi Mai terpejam. Feo jadi merasa semakin takut. Apa mungkin di depannya saat ini...
Mata Bi Mai terbuka bersamaan dengan bibirnya yang tersenyum lebar. "Bibi punya indra ke 6," jawab Bi Mai seolah bisa membaca pikiran Feo. "Bibi juga tau jelas dengan apa yang menimpa kamu saat ini Feo," ujarnya. Feo hanya diam. Gadis itu bingung harus berkomentar apa. Bertepatan dengan itu, pintu utama terbuka. Menampilkan sosok Gisel yang langsung tersenyum saat melihat Feo. Di belakang Gisel, ada Galen yang kini sedang menatap ke arah Feo tajam.
"Ngapain lo kesini?" tanya Galen galak seolah cowok itu tidak menyukai keberadaan Feo disana. Bi Mai langsung pamit pergi ke dapur. Sedangkan Gisel sudah pergi ke arah kamarnya untuk mengerjakan tugas. Feo seperti biasa langsung menampilkan wajah seceria mungkin saat berhadapan dengan Galen. Cowok itu melengos hampir pergi jika Feo tidak menghadang langkahnya.
"Hari ini bimbingan. Kamu lupa lagi?" tanya Feo dengan kekehan kecil yang terlihat begitu menyebalkan di mata Galen. "Mending lo pulang. Gue ada urusan," perintah Galen namun tak digubris sama sekali oleh gadis itu. Dengan semangat, Feo menarik tangan Galen agar cowok itu mau duduk bersamanya.
Sebelum sempat duduk, Galen malah menepis kasar tangan Feo. Gadis itu malah tertawa melihat ulah Galen barusan. "Kamu lucu banget sih Gal, kayak anak kecil," kekeh Feo namun dihiraukan oleh cowok itu.
"Gue nggak minat bimbingan sama lo," ucap Galen sarkas. Lagi-lagi reaksi Feo berhasil mengejutkan Galen. Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tawa yang belum berhenti sampai saat ini. Feo lama-lama semakin menakutkan dimata Galen. "Sehat?" tanya Galen langsung, persetan dengan perasaan gadis itu.
Tawa Feo mereda. Ditatapnya Galen dengan senyum yang terus menghiasi bibirnya. "Aku sehat, Galen juga sehat kan?" tanya Feo bergurau. Galen mendesis malas menanggapi gadis gila dihadapannya ini. "Mama Galen sakit ya? Sakit apa?" tanya Feo bersimpati. Galen malah berdecih seolah benci dengan pertanyaan Feo barusan.
"Bukan urusan lo," ucap Galen tajam. Feo masih tersenyum. Semua bentakan Galen, ucapan kasar cowok itu, bahkan tidak berhasil melukai hatinya. Feo malah merasa senang Galen bersikap seperti itu padanya.
"Aku kapan-kapan mau jenguk Mama kamu boleh?" tanya Feo penuh harap.
"Lo budeg apa emang dasar nggak punya kuping? Gue bilang bukan urusan lo. Lo nggak berhak masuk terlalu dalem, dalam hidup gue," jawab Galen dengan nada suara tinggi. Feo hanya meresponnya santai dengan anggukan kepala. "Yaudah sekarang belajar yuk?" sungguh, tangan Galen saat itu benar-benar gatal ingin melenyapkan gadis seperti Feo.
T B C
YUHUUUU KOMEN DULU..
SPAM NEXT KUY ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVISOR
Jugendliteratur"LEPASIN!" "Nggak akan! Apa yang udah jadi milik gue, nggak akan pernah gue lepas Fe." Galen menjawab dengan penuh penekanan. "Ayo pulang!" Wajah Galen mendekat dengan tatapannya yang menakutkan. Napasnya naik turun seolah sedangmeredam emosi yang...