[50] Will not happen

2K 112 38
                                    

Sabtu, apa kabar? 

Akhirnya kita bertemu setelah lama tak bersapa.

Jangan lupa ajak mereka teman terdekatmu buat ketemu sama aku. SELAMAT MEMBACA.

Jika hidup ini tak lagi ada harapan, buat apa kita bersama?

***

 Dan Galen, benar-benar menciumnya. Semuanya lenyap bersama runtuhnya gadis itu dengan perlahan.

***

"Kak Feo kenapa Kak?" tanya Gisel panik saat melihat Galen datang dengan Feo yang tidak sadarkan diri dalam gendongannya.

Saat Feo pingsan, Galen langsung menelpon teman-temannya. Alhasil, Galen bisa membawa Feo ke rumahnya sampai selamat.

"Gue juga nggak tau Sel, mending lo nanya sama Kakak lo langsung," jawab Bais lantas pergi ke arah dapur untuk mengambil minuman.

"Jadi gagal nih kejutannya?" tanya Argo masih tak percaya.

"Hmm, seperti yang lo liat," jawab Haikal cuek dan memilih duduk begitu saja. Seharian ini, mereka sudah dibuat lelah oleh Galen.

"Tuh tai emang nggak pernah bener ngurusin ceweknya, kesel gue," Bais datang dengan minuman kaleng di tangannya.

"Eh, Laura lo tinggalin Kal?" tanya Argo setelah teringat akan sesuatu.

"Anjir, gue lupa kalau ada dia," ucap Haikal panik dan langsung beranjak dari duduknya.

"Udah gue kunci dari luar, amanlah," Bais menyahut sebelum meneguk minumannya.

"Parah lo Is, gue pergi. Pamitin ke Galen," ujar Haikal cepat lalu meminta kunci basemant dari Bais.

***

"Kak Feo kenapa Kak?" entah sudah berapa kali Gisel mengajukan pertanyaan yang sama. Namun Galen tetap diam. "Kak, bilang Kak Feo kenapa?"

"Kak Feo baik-baik aja," jawab Galen datar tanpa mengalihkan tatapannya dari wajah Feo. "Semoga," tambahnya pelan. Tiba-tiba saja, Feo mengerang. Suara lemah yang terdengar samar keluar dari mulutnya. Sebelum gadis itu berteriak dengan kencang.

"Argggghhhh,"

"Fe, bangun Fe," ujar Galen panik seraya menepuk pipi gadis itu pelan. Dengan perlahan, mata gadis itu mulai terbuka.

"Aku nggak mau pulang Gal, tolong," mohon Feo lirih. Gadis itu mengira, jika dirinya sekarang sedang berada di kamarnya. Feo tidak mau berurusan lagi dengan Faiz dan keluarganya.

"Liat, ini rumah gue, Fe. Kamu nggak pulang oke, sekarang tenangin diri kamu,"

"Kenapa kamu nggak biarin aku pergi Gal? Kenapa kamu malah bawa aku kesini?"

"Gisel, kamu keluar dulu! Ada yang mau Kak Galen omongin sama Kak Feo," ujar Galen malah mendapat jawaban berupa gelengan kepala.

"NGGAK! Aku nggak mau ya, Kak Galen apa-apain Kak Feo. Aku mau jagain Kak Feo, TITIK,"

Mendengar jawaban Gisel, Galen hanya mampu menghela napasnya kasar. "Minta Bi Mai bikin makanan buat Kak Feo!"

"Kenapa harus aku? Kan Kak Galen bisa minta sama Bi Mai," protes Gisel tak mau kalah.

"Gisel!" tandas Galen tegas. Bisa-bisanya Gisel memancing emosinya saat keadaan sedang begini.

"OKE, tapi awas kalau Kak Galen berani macem-macem. Mata aku bakal aku tinggal disini satu. AWAS," ucap Gisel seraya pergi dengan tatapan lurus ke arah Galen.

Setelah Gisel benar-benar pergi, Galen kembali melihat ke arah Feo. Saat ini, Galen sedang duduk di pinggir ranjang dengan Feo yang terbaring lemah. Wajah gadis itu semakin pucat. Tangannya begitu dingin.

Dan semua hal yang menyangkut Feo saat ini begitu menyedihkan. "Semisal gue telat dateng buat nahan kamu pergi, gue nggak akan pernah maafin diri gue sendiri Fe," ujar Galen tanpa melepaskan genggaman tangan mereka.

"Nggak ada satu pun orang yang siap kehilangan di dunia ini, termasuk gue,"

"Gal.."

"Dan lo masih berani nanya, kenapa gue nggak biarin lo pergi?"

"Kamu nggak ngerti Gal,"

"GUE EMANG NGGAK NGERTI FE, TAPI GUE BERUSAHA NGERTI. Gue berusaha ngerti dengan apa yang menimpa lo sekarang. Gue mohon, sedikit aja lo ngertiin gue," ucap Galen tajam dengan tatapan yang berkilat marah.

"Disini, bukan itu masalahnya Gal. Aku pergi karena itu tujuan hidup aku. Aku udah tersesat Gal, aku udah nggak punya harapan lagi. Semuanya kosong. Dan lagi, masih banyak cewek di luar sana yang pastinya lebih baik dari aku. Biarin aku pergi," mohon Feo lirih.

"Nggak! Lo nggak bakal bisa pergi meskipun itu kemauan diri lo sendiri," putus Galen tegas. "Kita lewatin ini bareng, nggak ada yang harus pergi dari kita,"

"Kenapa kamu ngelakuin ini Gal?"

"Karena lo cewek gue, dan lo udah jadi tanggung jawab gue Fe," jawab Galen frustasi.

"Boleh aku minta sesuatu?" tanya Feo ragu seraya menatap ke arah langit. Galen semakin mengeratkan genggaman tangan mereka.

"Apapun itu, bakal gue lakuin,"

"Aku mau kita putus Gal," ucap Feo pelan dan Galen ragu dengan apa yang dia dengar barusan.

"NGGAK..." ucapan Galen terpotong dengan hadirnya Gisel yang tiba-tiba.

"Kak Galen, nih Kak bubur yang Bi Mai masak. Kata Bi Mai, Kak Feo harus habisin bubur ini," ujar Gisel seraya meletakkan mangkuk buburnya ke atas meja. Galen pun langsung beranjak.

"Tolong jagain Kak Feo," ujar Galen ke arah Gisel. Cowok itu pun lantas pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun untuk gadisnya. Ekspresi Galen sungguh datar. Mungkinkah Galen marah atas apa yang Feo minta barusan?

***

Tidur Feo sedikit terusik saat mendengar dentuman suara dari arah lemari. Gisel masih terlelap di sampingnya. Jika bukan Gisel, siapa sosok yang berdiri membelakangi Feo? Galen? Oh benar, ini kamar Galen. Pantas saja cowok itu ada disini.

Semalam, Gisel menjaga Feo seperti apa yang Galen perintahkan. Gisel bahkan rela tidur di kamar Galen hanya untuk menemani Feo. Jika seperti ini terus, mereka akan terepotkan dengan hadirnya Feo disini.

"Maaf, lo jadi bangun gara-gara gue," ujar Galen tanpa mengalihkan tatapannya ke arah Feo. Jelas saja dia masih marah.

"Nggak papa Gal, aku juga minta maaf," jawab Feo dengan nada pelan supaya Gisel tidak terganggu dalam tidurnya,

Galen berbalik, " Buat?"

"Maaf udah repotin kamu," jawab Feo diluar dugaan Galen. Galen kira, Feo akan minta maaf soal kejadian semalam. Tentang permintaan Feo yang menurutnya sangat tidak masuk akal. Putus? Come on, hubungan mereka tidak ada masalah apa-apa.

"Oh," balas Galen singkat lalu pergi dengan seragam sekolah di tangannya.

Pikiran Feo sedikit terganggu dengan jawaban Galen barusan.

Apa benar Galen tak lagi peduli dengannya? Mungkin saja Galen sudah berubah pikiran untuk menyetujui permintaan putus Feo. Lalu apa arti ciuman cowok itu?

T B C

hAi :) Siapa yang nungguin cerita ini?

Spam komennya jangan lupa 

~dari hati yang sedang patah :)

DIVISORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang