Malem semua, Kang Cilok dan Permaisuri mau numpang lewat di tengah malem. Serem banget astaga.
Kita seharusnya saling peka untuk menyembuhkan luka
***
"Lo pada udah denger belum soal Feo yang pingsan waktu lomba lari?" tanya Bais saat mereka kini sedang kumpul di kantin belakang gedung. Galen yang sedang meneguk minumannya, langsung tersedak saat itu juga.
"Ati-ati kali Gal, nyembur nih," sewot Bais tak santai. Galen hanya mengabaikannya saja.
"Lo denger dari siapa?" tanya Argo penasaran.
"Gini, anak-anak pada ngomongin itu gara-gara Bu Megan. Lo kan tau sendiri Bu Megan updatenya kayak apa," jawab Bais kembali menyuapkan makanannya.
"Mungkin ada hubungannya soal lo kemarin Gal," timpal Haikal santai. Anjing, malah di perjelas.
Galen tidak merespon apa-apa. Cowok itu dengan wajah datarnya bersikap seakan tak peduli dengan keadaan Feo saat ini. Padahal aslinya, jantungnya udah ketar ketir tak karuan.
"Terus, dia gimana sekarang?" tanya Galen sok cuek.
"Ya mana gue tau. Lo tanya aja langsung sama orangnya," balas Bais tak kalah cuek.
"Gue cabut dulu ya, dicariin Ayana soalnya," pamit Argo langsung beranjak pergi begitu saja.
"Sialan tuh tai, udah jadian aja sama Ayana," ujar Bais iri.
"Argo mah langsung gercep, keburu Ayana ilang," sindir Haikal terang-terangan kearah Galen.
"Pulang sekolah nanti kita latihan, jangan sampai lupa," ucap Galen dingin lalu meninggalkan keduanya begitu saja. Haikal dan Argo saling berpandangan menatap kepergian Galen.
"Kenapa sih tuh orang?" tanya Bais kepo. Semenjak adegan pertengkaran dengan Feo kemarin, Galen jadi berubah aneh. Cowok itu gampang marah, gampang pergi, ya seperti saat ini contohnya.
"Nggak tau, udahlah biarin aja. Entar juga nyadar sendiri," balas Haikal acuh. Haikal bukannya tidak peduli dengan masalah yang menimpa Galen saat ini. Namanya privasi, terkadang tidak butuh orang lain untuk mencampuri masalahnya. Dan Haikal percaya, kalau Galen bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.
***
Kenapa jadinya malah seperti ini? Galen tidak menyangka kalau Feo pingsan di tengah-tengah perlombaannya. Gadis itu sudah berlatih keras, dan Galen sangat yakin kalau Feo akan menang. Ucapan Haikal benar, Feo kalah gara-gara dirinya. Tanpa perlu mencari tau lebih dulu, Galen pun sudah bisa menebaknya.
"Woi Gal," panggil Argo yang tidak sengaja bertemu dengan Galen. Cowok itu pun lantas menghampiri keberadaan Galen yang sedari tadi kerjaannya hanya melamun saja. Galen tidak menyahut karena pikirannya saat ini memang sedang tidak ada disini.
"Ngelamun mulu, kesambet lo entar," gurau Argo namun tetap tidak digubris oleh Galen.
"Cerita coba, lo kenapa?" Argo pun langsung menarik Galen untuk duduk di pinggir koridor.
"Gue udah hancurin harapan seseorang Ar," ucap Galen dengan pandangan lurus ke depan.
"Soal Feo? Lo kenapa sih sebenernya?" tanya Argo masih tidak mengerti akan permasalahannya.
"Gue nggak tau," jawab Galen membingungkan.
"Gal, jelas aja Feo bakal kayak gini. Secara, lo balikin hal yang semestinya ada di tangan lo," ucap Argo bijak bak ahli cinta sejati.
"Nggak ada yang istimewa buat gelang itu," tandas Galen sarkas.
"Kenapa? Karena lo kecewa sama orangnya apa dasarnya emang lo nggak suka sama tuh gelang? Gue pikir pilihan kedua bukan termasuk. Lo pasti kecewa sama Feo," tebak Argo tepat sasaran. Galen hanya diam. Mau mengelak pun sepertinya tidak ada gunanya. "Lagian, lo kemarin udah keterlaluan Gal. Lo nggak ngerti hancurnya Feo waktu itu. Cewek itu sensitif Gal,"
"Dia biasa aja," bantah Galen cepat.
"Karena Feo nggak mau lo liat betapa hancurnya dia waktu itu. Buktinya aja dia gagal. Hal yang seharusnya dia dapetin, harus dia korbanin gara-gara lo, sadar dong anjing, emosi gue lama-lama,"
"Lo nggak bakal ngerti," kekeh Galen miris.
"Astaga, gue punya temen bego banget. Dari mananya gue nggak ngerti? Soal Feo yang kalah lomba, atau perasaan tuh cewek? Astagfirullah, pengen nangis rasanya gue," ucap Argo ngregetan.
***
"Bibi buatin bubur ya Non?" tanya Bi Shelli menatap ke arah Feo prihatin. Lagi-lagi, Feo menggeleng. Padahal sejak tadi pagi, dia belum makan apapun. Pak Muhidin yang sebelumnya sudah menduga kalau Feo akan pingsan, memilih untuk tidak berkomentar. Meskipun tadi, Feo sudah berulang kali meminta maaf, rasanya perasaan bersalah itu terus menyelimuti dirinya.
Feo menolak saat Pak Muhidin berniat membawanya ke rumah sakit. Gadis itu lebih memilih pulang, mau tak mau Pak Muhidin menuruti keinginan Feo dengan lapang,
"Non belum makan loh," ujar Bi Shelli penuh pengertian.
"Aku masih kenyang Bi," jawab Feo lirih.
"Kalau gitu, minum jus gimana?" tanya Bi Shelli masih belum menyerah. Lagi-lagi, Feo menggeleng.
"Bi, tolong hubungin Dokter Ellis. Bilang, Feo mau kontrol besok," pinta Feo pelan. Hati Bi Shelli seketika langsung mencelos mendengar kalimat yang Feo lontarkan. Jika gadis itu sudah mencari Dokter Ellis kemungkinan besar keadaan batin Feo dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.
"Yaudah, Bibi kebawah dulu," ucap Bi Shelli tak tega. Saat ini bukan kesendirian yang Feo butuhkan. Gadis itu sedang memerlukan pelukan hangat untuk menguatkan dirinya, karena pikirannya terus mengarah ke hal-hal yang buruk. Pergi dari bumi.
Feo terus berusaha mencoba memejamkan matanya walaupun menyakitkan. Pikirannya terus mengarah ke wajah Galen, Galen, dan Galen. Gadis itu sampai menggigit bawah bibirnya untuk melampiaskan rasa sesak yang ada di hatinya saat ini. "Arghhhhhh," karena tak sanggup lagi, teriakan amarah akhirnya lolos dari bibir gadis itu.
Dengan langkah tergopoh-gopoh, Bi Shelli datang saat mendengar teriakan Feo. "Non kenapa?" tanya Bi Shelli panik.
"PERGI!" teriak Feo frustasi. Gadis itu tidak ingin menyakiti Bi Shelli nantinya.
"Non..." ucap Bi Shelli tertahan. Pemandangan yang sekian lama tak pernah dia lihat, akhirnya muncul kembali.
"Pergi Bi!" teriak Feo lebih keras.
Detik itu juga, tangisnya pecah tak tertahankan lagi. Memorinya terus mengingat semua perkataan Galen yang berhasil menghancurkan dirinya.
Gue bukan gembok lo lagi.
kalau lo mau nebus kesalahan lo itu, jangan lagi muncul di hidup gue.
"Kamu jahat Gal," ucap Feo lirih dengan tangis yang masih belum reda. "KAMU JAHAT,"
***
Sebut Galen itu pengecut. Cowok itu hanya bisa melihat keadaan rumah Feo dari jauh. Dirinya tidak sanggup pergi ke dalam meskipun hatinya begitu ingin. Galen tau dia salah. Tanpa semua orang bilang dirinya bodoh, dia pun sudah tau.
Hatinya terus mencaci dalam keadaan egonya yang tak tersentuh. Galen tidak akan pernah puas meskipun dia harus berada di tempatnya sekarang untuk waktu yang lebih lama lagi. Galen khawatir. Dia takut Feo kenapa-napa. Galen ingin tau keadaan Feo sekarang. Namun sayangnya, dia tidak bisa melakukan apapun untuk saat ini.
"Kenapa lo bikin gue sekhawatir ini Fe?" tanya Galen frustasi seraya mencengkram setir mobilnya kuat.
T B C
Tengah malem nulis kata "Pergi dari bumi," serem banget rasanya. Merinding cuy wkwk.
Spam next kuy..
Salam Manusia Halu
clarisacndr

KAMU SEDANG MEMBACA
DIVISOR
Genç Kurgu"LEPASIN!" "Nggak akan! Apa yang udah jadi milik gue, nggak akan pernah gue lepas Fe." Galen menjawab dengan penuh penekanan. "Ayo pulang!" Wajah Galen mendekat dengan tatapannya yang menakutkan. Napasnya naik turun seolah sedangmeredam emosi yang...