Pancake untuk Galen
Karena hati ini terlatih untuk tersakiti.
***
Hari ini Feo datang lebih pagi, bahkan gerbang sekolah saja belum dibuka oleh Pak Marjo. Semua Feo lakukan hanya ingin memberi kejutan untuk Galen.
"Widih, Neng Feo. Kurang pagi Neng datengnya,"sindir Pak Marjo membuat Feo tersipu malu. "Bawa apaan tuh neng ?"Pak Marjo menunjuk ke arah kotak bekal yang Feo bawa.
"Oh ini ?Mau tau banget sih Pak,"wajah Feo semakin tersipu saat menunjukkan kotak bekal yang dia taruh di keranjang sepeda bututnya. "Buat suami Feo, Pak,"akhirnya Feo tidak bisa menutupi juga.
Pak Marjo langsung tau siapa yang Feo maksud. Siapa lagi kalau bukan Galen. "Siap-siap ya Neng,"tegur Pak Marjo dengan tawa khasnya.
Feo yang hendak menaiki si bututnya jadi urung mendengar perkataan Pak Marjo. "Siap-siap apa Pak ?"
"Siap-siap ditolak,"sembur Pak Marjo sambil tertawa terbahak.
"Terima kasih buat semangatnya Bapak Marjo yang terhormat,"sebelum Feo mengayuh sepedanya gadis itu menyempatkan hormat kepada Pak Marjo. Pak Marjo membalas hormat Feo dengan menaikkan wajahnya angkuh. Feo tertawa terbahak melihat tingkah Pak Marjo. Feo yakin Galen tidak akan menolak makanannya.
Tidak ingin membuang banyak waktu,Feo langsung mencari keberadaan kelas Galen. Tidak cukup sulit bagi Feo untuk mencari kelas cowok itu. Keadaan sekolah masih benar-benar sepi. Penjaga sekolah saja masih membuka pintu sebagian kelas yang tadinya terkunci.
Saat gadis itu telah sampai di kelas Galen, senyuman lebar terus terukir di wajahnya. "Duh yang mana ya bangkunya ?" Feo bermonolog sendiri. "Galen kan tubuhnya tinggi jadi nggak mungkin duduk di depan,"imbuh gadis itu lagi.
"Woi mau maling lo ya ?"tiba-tiba Thessa masuk ke dalam kelas membuat Fao sontak terkejut. Feo hampir melupakan sesuatu jika Thessa musuh bebuyutannya berada di kelas ini. Tidak heran jika Thessa jam segini sudah berada di sekolah. Murid yang terkenal paling taat akan peraturan membuat gadis itu benar-benar menjaga imagenya.
Thessa itu pintar, gadis itu juga sering menduduki peringkat paralel. Thessa jugalah saingan berat Atha di jurusan IPS. Masih ingat Atha bukan ?Partner olimpiade Feo. Tapi hal yang membuat Thessa sangat membenci Feo ya karena Thessa tidak pernah lolos seleksi ikut olimpiade karena Feo. Menurutnya, gadis miskin seperti Feo tidak layak sekali menjadi wakil sekolah saat olimpiade.
"Atas dasar apa lo nuduh gue maling ?"Feo selalu emosi walaupun hanya melihat wajah Thessa sedetik saja.
Thessa gelagapan,selalu saja Feo pintar membalikkan kata-katanya. "Kalau nggak maling,ngapain lo di kelas gue cewek miskin ?"
"Katanya lo punya otak pinter ? Semua aja kenal Thessa. Tapi kok dia nggak pernah pake logika sih kalau ngomong, otaknya kemana ya ?"sindir Feo sarkas.
"Sialan lo, miskin aja belagu ngomong otak segala," Thessa naik pitam. Cewek itu bahkan tak segan mendorong bahu Feo. Untung saja Feo masih bisa mempertahankan posisinya. Kalau tidak, dia bisa terjungkal jatuh ke atas lantai.
"Gue miskin ? Yang lo bilang miskin ini nyatanya lebih baik diatas segalanya dari pada lo,"balas Feo dengan gaya santainya.
"Heran gue,miskin aja belagu. Lo lebih baik dari pada gue ? Cuih. Ngaca, situ nggak punya kaca ? Mau gue pinjemin ?"Thessa sudah membanting tasnya ke bangku barisan paling depan. Kali ini gadis itu siap bertempur dengan Feo.
"Kaca burem aja ditawar-tawarin. Lo kalau masih dendam sama gue soal olimpiade kemarin, nggak gini caranya," Feo terkekeh pelan membuat Thessa semakin emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVISOR
Teen Fiction"LEPASIN!" "Nggak akan! Apa yang udah jadi milik gue, nggak akan pernah gue lepas Fe." Galen menjawab dengan penuh penekanan. "Ayo pulang!" Wajah Galen mendekat dengan tatapannya yang menakutkan. Napasnya naik turun seolah sedangmeredam emosi yang...