Kang cilok megap-megap karena PART KEMARIN YANG KOMEN BANYAK BANGET. Sampe dijulid in sama Kang ketoprak gara-gara dia mimisan parah. Kang cilok nggak nyangka sampe sujud syukur. Terima kasih buat para gebetan Kang Cilokkk C:
Ingin menjauh dan bersikap acuh, namun nyatanya diri ini selalu gagal saat bertaruh.
***
"Bangsat," umpat Galen membabi buta. Napas cowok itu memburu karena tidak tahan lagi dengan laki-laki dihadapannya ini. Tatapan matanya menusuk seakan dia sudah jengah dengan apa yang sosok itu perbuat. Aileen ada dihadapannya seraya menatap ke arah Galen lembut.
"Gal, biar Papa kasih penjelasan dulu," mereka sama-sama keras. Di sudut ruangan ada Gisel yang terus terisak menahan tangisnya yang bisa pecah kapan saja. Pemandangan Kakak dan Papanya yang bertengkar bukan hal yang baru Gisel lihat pertama kali.
"Pergi!" bentak Galen sengit. Aileen mencoba mendekat, namun Galen terus mundur seakan tidak mau berada di dekat laki-laki itu.
"Papa minta maaf Galen. Papa pasti perbaiki semuanya," mohon Aileen terus berusaha meyakinkan putranya itu.
"Nggak ada yang perlu diperbaiki," balas Galen ketus.
"Setidaknya maafin Papa demi Gisel," tawar Aileen membuat Galen berdecih kesal. Aileen memang sengaja menunggu Galen pulang agar dia bisa bertemu dengan putra sulungnya itu.
"Gisel nggak butuh Papa seperti Anda," jawab Galen penuh penekanan. Gisel semakin terisak parah. Gadis itu sudah tidak tahan lagi untuk menangis. Galen menatap tajam ke arah adiknya itu seolah memberi isyarat untuk diam.
"Kasih Papa kesempatan Galen," mohon Aileen hampir menyerah. Sekeras-kerasnya Galen, anak itu pasti akan luluh. Aileen hanya perlu menunggu waktu.
"Pergi!" bentak Galen hampir kehilangan kesabarannya. Lagi-lagi, Aileen harus mengalah. Suatu saat nanti, Galen akan berubah dan mau memaafkan dirinya. Aileen pamit pergi, namun dihiraukan oleh cowok itu. Menatap sebentar ke arah Gisel, akhirnya lelaki paruh baya itu benar-benar pergi.
"PAPAAAAA," panggil Gisel seraya berlari mengejar langkah Aileen. Namun dengan sigap Galen menahan tubuh Gisel.
"PAPAAAA," panggil Gisel lebih kencang disaat tubuhnya tertahan dengan tangan Galen yang mencengkram bahunya. "Kak, Gisel mau sama Papa," ucap gadis itu dengan suara bergetar.
"Papa udah nggak ada, jadi berhenti urusin dia lagi," jawab Galen dengan nada datar. Gisel masih menangis, dipeluknya tubuh gadis itu erat untuk meredam suara tangisnya.
"Jangan nangis," ujar Galen lebih lembut dari sebelumnya.
***
Malam ini, Berta datang ke rumah Galen. Cewek itu sudah mendengar cerita Galen tentang Aileen yang datang kerumahnya. Galen dan Berta bersahabat. Tidak ada yang tau tentang hubungan mereka sebenarnya. Semua orang menganggap Berta adalah pacar Galen karena Berta sering bersama cowok itu. Galen sering menceritakan banyak hal tentangnya kepada Berta. Mereka memang sudah sedekat itu. Namun tentang masalah yang terjadi sebenarnya, Galen tidak pernah menceritakan kepada Berta.
"Gue rasa sih, lo harus ngertiin perasaan Gisel juga Gal," saran Berta seraya mengusap bahu cowok itu. Diam-diam, Berta sudah menyimpan rasa dengan Galen sejak lama. Cewek itu tidak ingin merusak hubungan mereka mengatasnamakan perasaan. Sudah dekat dengan Galen saja, Berta merasa menjadi cewek paling beruntung sedunia. Lebay.
"Gue nggak bisa," tolak Galen tanpa pikir panjang. Semua saran yang Berta berikan, selalu masuk telinga kiri lalu keluar lewat telinga kanan. Galen hanya butuh teman cerita. Cowok itu tidak perlu saran dari siapapun karena dia tau apa yang terbaik untuk dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVISOR
Teen Fiction"LEPASIN!" "Nggak akan! Apa yang udah jadi milik gue, nggak akan pernah gue lepas Fe." Galen menjawab dengan penuh penekanan. "Ayo pulang!" Wajah Galen mendekat dengan tatapannya yang menakutkan. Napasnya naik turun seolah sedangmeredam emosi yang...