Yuhuuuuu, Selamat malam semuanya. Kang Cilok mau lewat. Kasih jalan... minggir semua. Serem soalnya.
Bagaimana bisa kepergian sesaat mampu membuat kita semakin rekat?
"Denger Ar, sekalipun lo temen gue, gue nggak bakal biarin lo deketin Feo," ucap Galen tajam dibalas deheman saja oleh Argo. Mulai sekarang, sepertinya Argo harus membiasakan diri dengan kebegoan Galen tentang masalah ini.
"Tenang aja Gal, Feo udah punya elo, mana berani gue deketin Feo," jawab Argo membuat Galen tersenyum puas. "Dan, jangan senyum. Lo nyeremin sumpah kalau senyum Gal," imbuh Argo lagi membuat Galen meringis.
***
Setelah lombanya selesai, Artha mengajak Feo jalan-jalan mengelilingi kota Surabaya. Awalnya Bu Kois tidak mengizinkan permintaan Artha. Berkat Feo, guru bk NHS itu jadi mengizinkan mereka pergi asalkan cepat kembali. Karena nanti sore, mereka akan kembali ke ibu kota.
"Mampir ke pusat oleh-oleh yuk Tha," ajak Feo semangat. Saat ini, mereka sedang menaiki sebuah taksi.
"Oke, emang mau beli oleh-oleh buat siapa?" tanya Artha kepo.
"Buat Gal, eh buat si Ayan maksudnya," jawab Feo merutuki kebodohannya. Untung saja gadis itu tidak keceplosan. Kalau Artha tau Feo berniat membelikan Galen oleh-oleh, bisa sedih dia.
"Lo ada uang nggak? Gue bawa uang lumayan," tawar Artha berniat membantu.
"Enggak usah Tha, gue bawa tabungan kok," ujar Feo berbohong. Sudah berapa kebohongan yang Feo ucapkan untuk Artha hari ini?
Taksi yang mereka tumpangi, akhirnya telah sampai di pusat oleh-oleh khas Surabaya. Feo dan Artha bergegas turun namun sebelumnya, Artha sempat membayar tarif taksi mereka.
"Nanti gue ganti ya," ujar Feo tak enak. Namun Artha hanya berdehem saja.
"Selamat datang," sapa pelayan toko ramah. Feo lantas berkeliling untuk mencari barang yang ingin dia beli. Banyak sekali makanan khas Surabaya yang tersusun rapi di etalase. Namun, tidak ada yang berhasil menarik perhatian Feo. Gadis itu mendekat ke arah gelang yang sejak tadi menarik perhatiannya. Gelang sepasang bewarna coklat hitam dengan hiasan gembok dan kunci.
Saat memegangnya Feo tersenyum lebar. Membayangkan gelang itu berada di tangan Galen. Apa mungkin Galen mau menerima gelang pemberiannya? Tanpa pikir panjang Feo langsung mengambilnya dan pergi ke arah kasir. Feo memutar arah pandangannya. Berusaha mencari keberadaan Artha yang menghilang.
Feo sudah selesai dengan barang pilihannya. Tapi sampai sekarang Artha belum juga muncul. "Mbak, lihat temen saya nggak ya? Yang tadi masuk bareng saya," tanya Feo kepada pelayan yang menyapanya tadi.
"Maaf Mbak, saya nggak lihat," jawabnya ramah seperti tadi. Feo mengangguk lantas pamit permisi. Gadis itu memilih menunggu Artha di depan toko. Toko pusat oleh-oleh ini, sangatlah luas. Mungkin saja Artha masih sibuk memilih barang apa yang mau dia beli.
***
"Gal anterin gue pemotretan yuk," ajak Berta saat Galen baru keluar dari kelasnya.
"Gue sibuk Ta, lain kali ya," tolak Galen halus. Baru kali ini, Galen menolak ajakan Berta untuk menemaninya pemotretan.
"Sibuk kenapa?" tanya Berta kecewa.
Galen terdiam beberapa saat. Sebenarnya, cowok itu tidak ada kepentingan lain setelah sekolah. Entah kenapa rasanya malas saja harus menemani Berta pergi pemotretan.
"Gue sibuk...." Galen terlihat berpikir sebelum melanjutkan perkataannya. "Belajar. Gue besok ada ulangan ekonomi,"
"Sejak kapan lo belajar?" tanya Berta tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVISOR
Teen Fiction"LEPASIN!" "Nggak akan! Apa yang udah jadi milik gue, nggak akan pernah gue lepas Fe." Galen menjawab dengan penuh penekanan. "Ayo pulang!" Wajah Galen mendekat dengan tatapannya yang menakutkan. Napasnya naik turun seolah sedangmeredam emosi yang...