Hallo, kira-kira siapa disini yang masih nungguin DIVISOR?
Oh IYA, Ajak teman-teman kalian, buat baca cerita ini ya. Ajak mereka bar-bar bareng. XD
Ready?
"Kamu mau tau dengan siapa aku ingin menjalani sisa hidup?"
-Dengan kata pertama dari kalimatku
***
Feo menghela napas berat. Hari ini adalah jadwal bimbingannya dengan Galen. Sedangkan gadis itu masih belum bisa melupakan perihal janji Galen mengajaknya nonton tadi siang. Bahkan sampai malam begini, Galen belum juga menghubunginya.
"Malem-malem jangan ngelamun Non," tegur Bi Shelli saat melewati Feo di ruang tv.
"Manusia itu emang nggak pernah lepas dari sifat egois ya Bi," ujar Feo membingungkan. Bi Shelli lantas duduk di samping gadis itu.
"Maksudnya Non?"
"Waktu aku belum kenal Galen, aku pengen banget bisa deket sama dia. Giliran udah deket, dan bisa pacaran, rasanya masih kurang Bi,"
"Itumah wajar Non, manusia emang nggak pernah puas sama apa yang dia dapat. Tapi, Non harus bersyukur sama apa yang udah Non dapetin sekarang,"
"Iya Bi, aku ngerti," ujar Feo seraya membuka ponselnya lagi.
My Perfect Boyfriend
Gal, aku mau ke rumah kamu
Knp?
Km gk lupa kan kalau hari ini jadwal bimbingan kita?
Nggak usah
Kenapa?
Aku udh di depan
Keluar
Dengan buru-buru, Feo langsung beranjak dari duduknya. Langkah kakinya begitu tergesa dengan hatinya yang tidak percaya bahwa Galen benar-benar datang kesini.
"Kamu ngapain disini?"
"Jemput kamulah, lupa kalau kita mau nonton?" tanya Galen dengan senyum menggoda.
"Mana ada, aku kira kamu yang lupa tadi," kesal Feo memberengut.
"Gue tadi sibuk, bukan lupa," bantah Galen seraya menyentil jidat Feo pelan. "Harusnya kamu kabarin aku kalau udah sampai rumah tadi," omel Galen membuat Feo semakin kesal.
"Aku kan lagi kesel sama kamu Gal, lagian kenapa kamu nggak bilang kalau kita nontonnya malem?"
"Sengaja," balas Galen menyebalkan. "Pengen tau aja, pacar gue cantiknya kayak apa waktu marah,"
"Ngeselin banget sih," Feo langsung memalingkan wajahnya lalu melangkah masuk ke dalam rumah. Dengan gerakan cepat jelas saja Galen sontak menahan kepergian gadis itu.
"Jangan marah," ujar Galen lembut.
"Siapa yang marah? Aku mau ganti baju," sengak Feo emosi. Galen sampai kesulitan menahan tawanya yang bisa meledak kapan saja. Apalagi hentakan kaki gadis itu saat melangkah benar-benar menghibur dirinya.
Cukup lama ternyata menunggu gadis itu bersiap. Apalagi sejak tadi Galen terus-terusan berdiri di luar. Saking kesalnya, Feo sampai lupa menyuruh Galen menunggu di dalam.
"Maaf lama," ucap Feo berhasil mengejutkan Galen. Bukan suara gadis itu, melainkan penampilannya yang luar biasa. Untuk pertama kalinya, Galen melihat Feo mengenakan sebuah dress selutut bewarna hitam berbahan denim. Rambutnya yang berwarna coklat, ia biarkan tergerai dengan riasan make up yang sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVISOR
Teen Fiction"LEPASIN!" "Nggak akan! Apa yang udah jadi milik gue, nggak akan pernah gue lepas Fe." Galen menjawab dengan penuh penekanan. "Ayo pulang!" Wajah Galen mendekat dengan tatapannya yang menakutkan. Napasnya naik turun seolah sedangmeredam emosi yang...