[32] Kamu yang menjauh

2.4K 137 132
                                        

Kang cilok dan permaisuri lagi ngabisin lontong, MET LEBARAN SEMUA

Sakit tak berdarah itu disaat harapan sudah menjulang tinggi namun ujung-ujungnya dikecewakan lagi

***

Hari ini Feo mengosongkan semua jam pelajarannya karena besok adalah hari dimana dia akan lomba lari marathon. Seperti dugaan Ayana sebelumnya, Pak Muhidin tidak main-main saat melatihnya. Daya tahan Feo terus meningkat setiap hari.

Pernah sekali Feo jatuh pingsan karena kekurangan cairan. Saat itu jelas saja Galen marah besar. Untungnya, Feo bisa meyakinkan Galen bahwa Feo sanggup dengan resiko apa pun yang akan di terimanya.

Setiap hari Galen dan Feo selalu berangkat bersama. Rumor yang mengatakan mereka berpacaran sudah menyebar luas. Banyak sekali, permintaan mengikuti di akun instagram Feo. Namun gadis itu tidak menggubrisnya sama sekali. Feo sudah menduga mereka hanya ingin menghujat Feo melalui kolom komentar.

"Lebih cepat!" teriak Pak Muhidin dari pinggir lapangan. Feo sontak menambah kecepatan larinya. Dahinya sudah penuh dengan peluh. Namun Pak Muhidin tidak membiarkan dirinya istirahat sebentar saja.

Dengan seperti ini, Feo merasa lebih hidup. Gadis itu pernah lelah dengan keadaan yang terus memaksanya untuk pergi. Namun, semua hal bisa Feo lalui dengan menyiksa diri seperti ini. Disaat batinnya terus mengeluh, Feo saat itu juga berusaha mengubah rasa lelah batinnya menjadi lelah di tubuhnya.

Napas Feo sudah terengah. Dirinya sudah berlari entah berapa lama. Kakinya sudah tak kuat lagi untuk melangkah. Namun dengan kejamnya, Feo malah bertahan. Tidak ingin terjadi hal seperti dulu, Feo memutuskan untuk berhenti. Melihat Feo yang kelelahan, Pak Muhidin lantas menyuruhnya istirahat.

"Sudah cukup latihannya," ujar Pak Muhidin cukup mengejutkan. Barusan, Pak Muhidin tidak lagi ngelindur kan?

"Bapak beneran?" tanya Feo memastikan. Takut-takutnya Pak Muhidin melanjutkan ucapannya barusan dengan kalimat "Tapi bohong," Feo jadi teringat video viral yang pernah dia tonton dulu.

"Iya. Kalau kamu mau kembali ke kelas silahkan," ucap Pak Muhidin lantas pamit pergi. Lelaki tua itu, meminta Feo mengosongkan seluruh jam pelajarannya agar dia bisa beristirahat. Latihan mereka selama ini akan sia-sia kalau tubuh Feo dalam keadaan yang tidak fit untuk lomba besok.

***

Artha meminta Galen menemuinya saat jam istirahat pertama pagi tadi. Maka dari itu, sekarang Galen sedang menuju ke taman belakang gedung sekolah dimana dirinya akan bertemu dengan Artha. Gerak-gerik cowok itu sejak tadi sudah mencurigakan. Ketika Galen bertanya ada apa, dengan ekspresi datar Artha menjawab, "Dateng temuin gue istirahat nanti di taman belakang gedung,"

Jika digambarkan, tatapan Artha tadi mirip sekali seperti orang yang sedang kerasukan. Galen jadi ngeri sendiri saat membayangkannya lagi. Sesampainya di taman, Artha berdiri seraya menatap ke arah kolam ikan. Tanpa suara, Galen langsung menghampiri keberadaan cowok itu.

"Ada apa?" tanya Galen to the point.

Artha sempat melihat ke arah gelang di tangan Galen sebelum menatap mata tajam cowok itu. "Gue kira, Feo cuman ngasih gelangnya ke gue doang," jawab Artha seraya melihat gelang di tangan Galen lagi.

Rahang Galen langsung menegas. Marah? Tentu saja dia marah. Apa-apaan ini? "Maksud lo apa?" sengak Galen tidak terima. Artha lalu mengeluarkan gelang yang sama persis dengan yang dipakai Galen saat ini. Waktu itu, Artha menghilang karena sedang mengawasi Feo. Dirinya tidak bodoh saat Feo hampir menyebutkan nama Galen. Maka, Artha memilih melakukan cara ini untuk membuat Feo tetap bersamanya.

DIVISORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang