CIE PENASARAN..
KOMEN YUKKK
_________
Maaf, jika aku sulit mengerti. Tentang aku yang terlalu bodoh untuk memaknai persoalan hati.
***
Feo kembali berdebat dengan Pak Marjo disaat dirinya telah sampai di SMA Neptunus. Tadi, Feo memilih memesan taksi online dan akhirnya membiarkan sepeda bututnya tergeletak di jalan. Feo bisa membeli lagi nanti. Yang paling penting saat ini adalah Feo harus meyakinkan Pak Marjo agar mau mengizinkannya masuk.
"Pak, izinin Feo masuk dong, liat nih kaki Feo sakit banget Pak," keluh Feo dengan ekspresi dibuat sememelas mungkin.
"Kalau sakit ya pergi ke rumah sakit Non," jawab Pak Marjo enteng. Feo mendesah nyerah. Sepertinya Pak Marjo memang tidak akan membiarkan dirinya masuk. Mau tidak mau, Feo kali ini harus melibatkan Artha. Tidak menunggu lama, akhirnya sosok Artha muncul menghampiri Pak Marjo.
"Pak, izinin Feo masuk. Dia harus bimbingan karena kita besok lomba," ujar Artha berbohong. Pak Marjo yang memang sudah mengenal sosok Artha, akhirnya mengizinkan Feo masuk. Dia takut, gara-gara Feo tidak ia izinkan masuk, gadis itu jadi tidak bisa ikut bimbingan dan akhirnya mereka akan kalah besok.
"Thanks banget ya Tha, kalau aja bukan karena lo, sampe besok juga gue nggak bisa masuk," kekeh Feo membayangkan dirinya menunggu di depan gerbang sampai esok hari.
"Lagian nggak biasanya lo telat Fe. Kaki lo kenapa tuh?" tanya Artha langsung jongkok untuk mengecek keadaan kaki Feo. Darah bekas goresan tadi sudah mengering. Feo meringis saat Artha dengan sengaja menyentuh lukanya.
"Sakit ya? Kita ke UKS dulu yuk?" ajak Artha terlihat khwatir. Artha juga menyadari dahi Feo yang membiru. "Lo habis ngapain sih Fe?" omel Artha setelah menyadari banyak lebam di tangan Feo juga.
"Di tabrak tadi, terus sepedanya gue tinggal," jawab Feo santai. "Lagian ya Tha, gue tadi tuh udah ketemu Galen, eh dianya malah nggak mau nolongin gue," adu Feo mampu membuat Artha diam. Feo menyebut nama cowok lain selain dirinya dan Artha tidak menyukai hal itu.
"Tapi Galen tadi buru-buru jadi nggak sempet nolongin gue," kekeh Feo. Pipinya tiba-tiba saja merona saat mengingat wajah Galen.
"Pulang sekolah, gue anter lo ambil sepeda ya?" tanya Artha mengabaikan ucapan Feo yang terus-terusan membahas Galen. Feo menggeleng menolak penawaran Artha barusan. Gadis itu berniat pulang bersama Galen.
"Gue mau bareng Galen pulangnya," jawab Feo terlampau jujur. Artha mendesah kecewa. Cowok itu hanya bisa diam tanpa melakukan apa-apa.
"Kalau gitu, kita ke UKS sekarang. Keburu infeksi entar luka lo," putus Artha mutlak. Feo hanya mengangguk memenuhi ucapan cowok itu. Lagian lukanya juga terasa nyeri. Luka Feo memang butuh diobati.
Artha kali ini, membolos demi Feo. Cowok itu memang sudah menyukai Feo dari dulu. Tapi dia tidak seberani itu menyatakan perasaannya. Karena Artha juga tau, Feo tidak ada perasaan apa-apa dengannya. Feo juga tidak merasa bersalah karena Artha membolos gara-gara dirinya. Artha pintar, Feo tidak perlu khawatir Artha akan ketinggalan pelajaran.
***
Pada saat jam istirahat, Feo terus melihat ke arah pintu masuk kantin menunggu keberadaan Galen. Ditangannya terus memegang kotak makanan berisi kue lidah buaya buatannya kemarin. Jantungnya terus berdebar-debar. Senyumnya bahkan sedari tadi terus menghiasi wajahnya. Ayana mulai merasa aneh dengan sikap Feo saat ini. Bahkan gadis itu rela mematikan game di ponselnya hanya untuk memperhatikan tingkah Feo.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVISOR
Teen Fiction"LEPASIN!" "Nggak akan! Apa yang udah jadi milik gue, nggak akan pernah gue lepas Fe." Galen menjawab dengan penuh penekanan. "Ayo pulang!" Wajah Galen mendekat dengan tatapannya yang menakutkan. Napasnya naik turun seolah sedangmeredam emosi yang...