"Aku tahu kau sedang di apartment. Aku lihat mobil managermu di parkiran. Buka pintunya..."
Lisa langsung menelan ludahnya dengan kasar dan menatap Jennie dengan panik.
Shit...
"Siapa?" tanya Jennie yang akhirnya ikut khawatir melihat perubahan ekspresi wajah Lisa.
"Apakah handphonemu sudah berada di dalam kamar? Apakah ada barangmu yang tertinggal diluar?" tanya Lisa gugup. Jennie menggelengkan kepalanya cepat.
"Siapa yang menelepon Li?" Jennie terlihat kebingungan. Bukannya menjawab, Lisa malah berdiri dan terus saja menoleh kesana kemari entah mencari apa. Kedua bola mata Jennie mengikuti tiap gerak yang dilakukan Lisa. "Li...?" Jennie kembali memanggil Lisa yang masih tidak bisa diam. Lisa hanya balik menatap Jennie sambil mengginggit bibir bawahnya.
"Yongsun eonni... ternyata yang tadi membunyikan bel adalah Yongsun eonni. Dia berada di depan sekarang." jawab Lisa gugup.
"Li..." Lisa benar-benar terlihat panik. Tubuhnya tidak berhenti bergerak. Jennie akhirnya ikut berdiri dan menggenggam kedua lengan Lisa dengan erat. "Yaaa... tenanglah!!" seru Jennie. Lisa akhirnya berhenti menggerakkan tubuhnya. Ia benar-benar terlihat ketakutan.
"B-bagaimana aku bisa tenang?" kali ini suara Lisa tertahan. "Belum selesai masalah Donghyuk, sekarang Yongsun eonni? Tentu saja aku tidak bisa tenang, J..." suara Lisa makin meninggi. Lisa sama sekali tidak bermaksud membentak Jennie. Tapi... ia benar-benar kebingungan harus berbuat apa.
"Yaa..." Jennie menangkup pipi Lisa dengan kedua tangannya dan membawanya mendekat ke wajahnya. "Tenangkan dirimu terlebih dulu... kau benar-benar terlihat seperti habis melihat hantu..." Lisa hanya tertawa gugup. Tapi ketakutan masih terpancar di wajahnya. "Bukankah keluargamu tahu kalau kau menyukai sesama?" Lisa mengangguk. "Kalau begitu kenapa kau takut? Kita katakan saja hubungan kita pada Yongsun eonni..." Lisa malah membelalakkan matanya. Ia meraih kedua tangan Jennie yang masih tertangkup di wajahnya dan menggenggamnya dengan erat.
"J..."
"Kau saja bisa jujur tentang hubunganmu dengan Nana, kenapa denganku tidak?" tanya Jennie sambil tersenyum dan memiringkan kepalanya.
"B-bukan itu maksudku... hanya saja..."
"Sssttt..." Jennie menggelengkan kepalanya. Menolak untuk mendengarkan apapun alasan yang ingin diucapkan Lisa saat ini.
"K-kau yakin?"
"Sangat yakin..."
"K-kau sudah siap?"
"Lebih dari siap..."
Lisa mematung.
"J..."
Belum sempat Lisa melanjutkan ucapannya, Jennie langsung meletakkan jari telunjuknya di bibir Lisa. Jennie terlihat serius.
"Dengar... kita tidak bisa terus menerus menutupi hubungan ini. Setidaknya, kita bisa terbuka terlebih dahulu pada keluargamu. Aku siap dengan apapun reaksi dari keluargamu. Bahkan, jika keluargamu tidak menyukaiku sekalipun..."
Sontak Lisa langsung membungkam mulut Jennie dengan bibirnya.
"Tolong jangan berkata seperti itu, J..." bisik Lisa setelah ia melepaskan ciumannya. "Keluargaku pasti akan menerimamu... percayalah..." ucapan Lisa hanya dibalas dengan seringai di wajah Jennie.
"Kalau begitu... ayo kita buktikan..." sahut Jennie.
Lisa akhirnya melangkahkan kakinya menuju pintu apartment. Jennie sendiri menuju dapur untuk mengambil segelas air mineral. Sebenarnya ia cukup gugup, dan ia butuh air mineral karena tenggorokannya yang tiba-tiba saja terasa kering.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY WITH YOU - STAY Season 2
DiversosJika hanya denganmu aku menemukan kebahagiaan, maka aku hanya membutuhkanmu. Jika hanya denganmu aku menemukan kesempurnaan di hidupku, maka aku hanya menginginkanmu. Jika kamu adalah duniaku, maka hati ini, hidup ini, hanya milikmu... Sampai kapanp...