Lisa masih berada di dalam kamar mandi, dan Jennie sudah selesai membereskan pakaian-pakaiannya ke dalam tas. Jennie tidak langsung naik ke tempat tidur, ia memilih untuk duduk di sofa dan memainkan handphone yang hampir seharian ini ia abaikan. Hanya beberapa saja pesan dari Eomma dan Appa-nya, sedang sisanya, rentetan pesan dari Donghyuk terlihat memenuhi kotak masuknya.
"Belum tidur?"
Jennie menolehkan wajahnya ke sumber suara, dan ia melihat Lisa keluar dari kamar mandi dengan wajah yang segar. Jennie menggelengkan kepalanya.
"Aku belum mengantuk..." Jennie tersenyum. Ia kembali sibuk mengetikkan sesuatu di handphonenya. Lisa pun akhirnya melangkah menghampiri Jennie, dan duduk di sampingnya tanpa ragu. Sesaat Jennie melirik kearah Lisa dengan kedua ibu jari yang masih bergerak aktif diatas layar handphonenya. "Boleh aku bersandar di pundakmu?" tanya Jennie tiba-tiba.
"Hm?" Lisa memang tidak begitu mendengar pertanyaan Jennie tadi. Tapi Jennie langsung saja menyandarkan kepalanya ke pundak Lisa tanpa aba-aba. "Y-yaa... kenapa tiba-tiba?" protes Lisa dengan jantung yang berdegup dengan sangat cepat. Jennie kembali menegakkan tubuhnya dan menatap Lisa kebingungan.
"Mian..." Jennie malah merasa bersalah. Ia berpikir kalau Lisa tidak suka dengan apa yang ia lakukan.
"Untuk apa minta maaf? Aku hanya terkejut kau tiba-tiba saja menyandarkan kepalamu ke pundakku. Apa kau tahu jantungku hampir copot tadi?" jawab Lisa dengan pipi yang bersemu merah. Jennie malah terkekeh dibuatnya. Setelah Lisa berani mengungkapkan apa yang dia rasakan pada Jennie, Lisa memang sudah mulai berani untuk mengatakan segalanya dengan jujur.
"Bukankah tadi aku sudah minta ijin?"
"Aku tidak mendengar ucapanmu..." jawab Lisa malu. Lagi-lagi Jennie tertawa dibuatnya. Ia benar-benar menyukai sosok Lisa yang malu-malu dan gugup seperti ini. Benar-benar menggemaskan.
Lisa masih memalingkan wajahnya karena malu, ketika Jennie kembali menyandarkan kepalanya di pundaknya. Tubuh Lisa membeku sesaat, namun akhirnya ia menolehkan wajahnya, melihat wanita bertubuh mungil itu begitu nyaman bersandar padanya dengan kedua ibu jari yang kembali bergerak kesana kemari mengetikkan sesuatu di handphonenya. Lisa akhirnya memberanikan diri untuk balik menyandarkan kepalanya ke puncak kepala Jennie. Aku baru sadar kalau seorang Jennie Kim sewangi ini. Batin Lisa.
Diam-diam Jennie tersenyum. Ia sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Hanya saja, saat ini, ia ingin sekali menyandarkan kepalanya di pundak lebar wanita di sebelahnya ini. Ternyata nyaman juga. Gumam Jennie dalam hati.
"Aku sudah memesankan tiket pesawat untukmu. Kau jadi kembali ke Korea, kan?" tanya Jennie tiba-tiba. Lisa hanya menganggukkan kepalanya. Matanya sudah terpejam sekarang. Entah kenapa posisi ini membuatnya begitu tenang. "Tapi kursi kita mungkin akan terpisah cukup jauh. Aku tidak berhasil mendapatkan tiket dengan bangku terdekat..."
"Tidak apa-apa... yang terpenting aku ikut kembali ke Korea." Jawab Lisa akhirnya.
"Kau sudah memberitahu keluargamu kalau kau akan kembali?" tanya Jennie. Lisa malah terkekeh.
"Biarkan saja... aku ingin memberi mereka kejutan." Ucap Lisa disela tawanya. Jennie menaruh handphonenya diatas pangkuannya dan sebelah tangannya memukul paha Lisa dengan pelan.
"Dasar jahil..."
Lisa kembali terkekeh. Reaksi Jennie benar-benar manis.
Mereka pun kembali terdiam, namun masih dengan posisi yang sama. Lisa benar-benar enggan beranjak. Ini terlalu nyaman. Bahkan ia berharap semoga waktu berhenti saat ini juga, agar ia bisa lebih lama menikmati moment kebersamaan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY WITH YOU - STAY Season 2
AcakJika hanya denganmu aku menemukan kebahagiaan, maka aku hanya membutuhkanmu. Jika hanya denganmu aku menemukan kesempurnaan di hidupku, maka aku hanya menginginkanmu. Jika kamu adalah duniaku, maka hati ini, hidup ini, hanya milikmu... Sampai kapanp...