Part 6

19.8K 1.4K 16
                                    

Hazel baru saja menyelesaikan pemotretan untuk sebuah majalah, ia langsung menuju ruang ganti untuk mengganti pakaian dan riasannya.

"Setelah ini aku tak ada kegiatan apapun kan?" Tanya Hazel memastikan.

Jase mengangguk "Kau ingin pergi kemana? Biar aku temani."

Hazel menggeleng pelan. "Aku memiliki urusan pribadi."

Mata Jase mengerut. "Sejak kapan kau merahasiakan semua urusanmu."

Hazel tertawa geli melihat wajah kesal Jase, hingga ponselnya berdering. Jase langsung memberikannya.

"Halo?"

"Kirim lokasimu, aku akan menjemputmu," ujar Samuel di seberang sana membuat Hazel menahan decakannya.

"Tidak usah, kita bertemu saja di tempat yang sudah kau tentukan."

"Tidak bisa, aku akan menjemputmu kita kesana bersama-sama."

Hazel terdiam, ia melirik Jase yang sedang memperhatikannya.

"Siapa?" Tanya Jase tak bersuara.

Hazel tak menjawabnya. "Baiklah, akan kukirim alamatnya."

"Ok, tunggu aku di sana."

Lalu Hazel mematikan panggilannya.

"Siapa Hazel? Kau tidak menjawabku."

Hazel memasukkan ponselnya ke tas tangan miliknya. "Kau akan tahu nanti."

Tidak sampai tiga puluh menit, Samuel sudah sampai di lokasi pemotretan Hazel. Kehadiran lelaki itu sontak menyita perhatian orang-orang di sana. Siapa yang tidak kenal Samuel, ia adalah aktor papan atas yang sedang naik daun. Hampir semua film yang dibintanginya menjadi box office.

"Apa yang dilakukan Samuel Lee di sini?" Tanya Jase kepada Hazel saat melihat Samuel dari kejauhan.

Hazel mengendikkan bahunya acuh. "Entah, menurutmu?"

"Apakah dia juga akan melakukan pemotretan?"

"Mungkin," ujar Hazel seolah tak peduli sambil membolak-balikan halaman majalah fashion.

"Hazel, Samuel berjalan menuju kesini."

Hazel masih tak peduli.

"Ya Tuhan dia semakin dekat. Dia sangat tampan dilihat secara langsung. Hazel, sepertinya dia memang ingin menghampiri kita." Jase terus merancau.

Hazel menutup majalahnya, ia meletakkan di meja yang ada disampingnya.

Saat Samuel sudah berdiri di depannya Hazel mendongak untuk menatap pria itu.

"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Jase dengan tatapan terpana.

Samuel tersenyum tipis. "Boleh aku bawa Hazel sebentar?"

Hazel berdecak. "Dia bukan orang tuaku Sam."

Jase melirik Hazel, wajahnya terperangah. "Kalian saling mengenal?"

Hazel mengangguk. "Aku pergi dulu. Hubungi aku jika ada sesuatu, mungkin aku akan pulang malam."

"Ap-apa? Hazel—kau?"

"Kalau begitu kami pergi dulu. Sampai jumpa ... ?" Samuel menggantungkan kalimatnya.

"Namanya Jase, hentikan ekspresimu itu bisa-bisa air liurmu menetes," ledek Hazel hingga membuat Samuel tertawa pelan.

Jase mengerjapkan matanya. "Ba-baiklah. Sampai jumpa."

Hazel lalu melangkah terlebih dahulu lalu disusul oleh Samuel.

Mr. Wrong✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang