Part 15

14.1K 1K 18
                                    

Hazel melirik Samuel yang sedang menyetir di sampingnya. Entah lelaki itu tahu dari mana keberadaannya, jika bukan Jase yang memberi tahu maka siapa lagi? Dan mengapa Samuel menjemputnya tanpa pemberitahuan?

"Kita mau kemana?"

Samuel yang sejak tadi hanya menatap jalanan di depannya perlahan melirik Hazel, lelaki itu sedikit tersenyum.

"Makan siang, aku merindukanmu," ujarnya tanpa ragu, lelaki itu memang sangat blak-blakan sejak dulu. Entah itu hanya sebuah kata saja, atau memang ia bersungguh-sungguh mengatakannya.

Hazel terdiam sejenak. "Lain kali kau harus menghubungiku terlebih dahulu."

Samuel hanya mengangguk.

Lelaki itu lalu mengulurkan tangannya menekan tombol radio yang langsung memutarkan lagu dari Radiohead, lagu itu menemani perjalanan mereka menuju restoran yang terasa dingin.

***

Hazel dan Samuel sudah menghadapi makanan yang mereka pesan masing-masing.

"Selamat makan," ujar Hazel lalu langsung menyantap makanannya.

Samuel hanya tersenyum, ia juga turut menyantap makanannya. "Mengapa kau tidak datang semalam?"

Hazel menelan kunyahannya. "Ada urusan yang mendesak."

Samuel mengangguk sambil mengunyah steaknya.

"Aku dengar kau sedang memiliki projek besar dengan produser?"

"Dia mengajakku untuk bermain di film terbarunya, masih dalam tahap pembicaraan. Ia masih mencari pemeran wanita untuk tokoh utamanya."

Hazel menaikkan kedua alisnya. "Memangnya Produser menginginkan pemeran wanita yang seperti apa?"

Samuel mengangkat satu bahunya. "Jika kau tertarik mungkin kau bisa ikut casting."

Hazel mendesis geli. "Aku tidak mungkin melakukannya. Aku tidak begitu mahir berakting."

"Kenapa? Bukankah beberapa kali kau sempat ikut bermain film?"

"Memang, tapi tidak untuk tokoh utama."

"Kau belum mencobanya. Siapa tahu produser menyukai aktingmu, ini adalah kesempatan yang besar untuk karirmu."

Hazel kembali menikmati makanannya. "Aku sudah nyaman dalam zona modelingku."

Samuel meneguk minumannya, ia meletakkan garpu dan pisau di atas piring lalu mengelap bibirnya. Begitupun dengan Hazel yang sudah menghabiskan makanannya. Samuel lalu memanggil pelayan untuk membawa piring mereka yang sudah kosong. Kemudian pelayan datang membawakan dessert sesuai yang sudah di pesan.

"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu."

Hazel yang sedang menikmati dessert-nya langsung menatap Samuel. "Bicara saja kalau begitu."

Samuel terdiam cukup lama, ia terlihat sedang berpikir. Hingga membuat Hazel menunggu.

"Kau tidak seperti biasanya berpikir. Apakah ini hal yang serius?"

Ucapan Hazel membuat Samuel mendengus geli. Jadi bagi Hazel selama ini dirinya tidak pernah berpikir sebelum berbicara?

"Katakan saja, kau tidak perlu seperti itu."

"Ini mengenai hubungan kita."

Gerakan Hazel langsung terhenti. Ia meletakkan sendok kecilnya di atas piring dessert. Matanya kembali menatap Samuel, sebenarnya ia sedang tak ingin membahas hal ini. Namun karena Samuel memulainya terlebih dahulu, maka Hazel sangat bersyukur. Bagaimanapun ia harus memperjelas hubungannya dengan Samuel agar orang tua mereka mengerti.

"Bagaimana menurutmu?" Samuel menatap Hazel lekat, tangannya mengulur untuk menggenggam tangan Hazel yang ada di atas meja. Tatapan Hazel beralih pada tangan Samuel yang kini sedang menggenggam tangannya. "Aku ingin hubungan kita serius, aku menerima perjodohan ini."

Tubuh Hazel membeku, lehernya terasa kaku namun dengan sekuat tenaga ia berusaha menatap Samuel.

"Aku mencintaimu sejak dulu, kau tahu itu. Aku harap kau juga setuju dengan perjodohan ini dan belajar menerima perasaanku."

Hazel masih terdiam, matanya tak mengedip. Ini tidak seperti yang ia harapkan. "Tapi kau bersama wanita lain."

Kedua alis Samuel terangkat. "Sarah Winston maksudmu?"

Hazel tak mengiyakannya, ia hanya diam.

"Aku tidak memiliki hubungan apapun dengannya. Sebelumnya, memang. Tapi itu sudah lama berakhir."

Hazel mengalihkan tatapannya ke arah lain. "Tapi Sarah sepertinya masih sangat mencintaimu."

Samuel menghirup napas dalam, sebenarnya ia sangat tidak ingin mendengar nama itu. "Aku pernah mencintainya, tapi itu sudah selesai dan kini aku sadar siapa yang benar-benar aku cintai sejak dulu. Itu dirimu, Hazel."

Hazel mengedipkan matanya, ini sangat sulit untuknya. Samuel kali ini terlihat tidak main-main, berbeda dengan dulu. Meskipun dulu lelaki itu sering mengungkapkan cinta padanya, ia mengungkapkannya tidak dengan serius sehingga membuat Hazel menganggapnya hanya lelucon belaka.

"Kau tidak perlu meragukan perasaanku, Hazel."

Hazel menghembuskan napas panjang, ia memberanikan diri untuk menatap mata Samuel. "Aku mencintai orang lain, Sam."

Samuel langsung terdiam beku, bibirnya sedikit terbuka. Hatinya terasa mencelos, dulu Hazel memang sering mengacuhkannya. Namun Hazel tak pernah menolaknya dengan cara seperti ini, mengatakan bahwa ada orang lain yang ia cintai. Pikiran Samuel langsung tertuju pada Jericho.

"Apakah ... dia orangnya?" Tanyanya tanpa menyebutkan nama.

Hazel melepaskan tangannya dari genggaman Samuel. Seolah tahu siapa yang Samuel maksud, Hazel lalu mengangguk. "Maafkan aku," bisiknya sambil menunduk.

Samuel mengerjapkan matanya, tenggorokannya kini terasa sangat sesak seolah ada batu besar mengganjal di sana. Ia tidak bisa mengatakan apapun.

"Aku tidak bisa melanjutkan perjodohan ini ... maafkan aku, Sam."

Samuel merapatkan bibirnya seraya mengalihkan perhatiannya ke arah lain.

"You deserve someone better. I'm so sorry." Hazel beranjak pergi meninggalkan Samuel yang masih berusaha menerima keadaan.

Mr. Wrong✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang