Part 10

16K 1.1K 10
                                    

Hazel menatap kedua orang tua Samuel yang duduk berhadapan dengannya di meja makan kediaman keluarga Samuel. Hanna dan Christian Lee menyambut Hazel dengan hangat terlepas dari pemberitaan dirinya yang tersebar hari ini. Awalnya Hazel mengira keluarga Samuel akan membatalkannya, namun ternyata itu semua tidak seperti yang Hazel pikirkan.

"Zoe bilang kau sangat menyukai pasta, aku membuatkannya khusus untukmu," ujar Hanna sambil tersenyum.

Hazel membalas senyumnya "Terima kasih Mrs. Lee."

"Aku harap kau menyukainya."

Hazel kembali tersenyum.

"Aku senang akhirnya kita bisa makan malam bersama." Kini giliran Christian Lee berbicara.
"Sejak dulu kami sangat menginginkan anak perempuan, kami sudah menganggap kamu seperti anak sendiri."

Hazel menatap Hanna dan Christian bergantian dengan senyuman manis. Keluarga Samuel memang sejak dulu sangat baik dengannya. Bakan tak jarang juga Hanna membelikan hadiah untuknya.

"Mama bahkan selalu memarahiku jika aku mengganggu Hazel," ujar Samuel seraya melirik Hazel yang duduk disampingnya, membuat kedua orang tuanya serta Hazel tertawa tak memungkiri sifat Samuel yang sangat jahil.

Mereka pun akhirnya larut dalam suasana makan malam yang hangat.

***

Di tempat yang berbeda Jericho sedang menghabiskan malamnya di sebuah bar. Entah sudah minuman yang ke berapa gelas ia habiskan, yang pasti ia hanya ingin melupakan permasalahannya untuk sementara. Rasanya memikirkan Sarah setiap waktu menguras energi dan emosinya. Banyak hal ia khawatirkan mengenai wanita itu. Pun ia merasa bersalah, bagaimanapun hubungan keduanya memang bukan kemauan mereka berdua. Andai saja Jericho bisa merelakan Sarah, namun ia terlalu mencintai wanita itu. Jericho bisa membayangkan, Sarah pasti lelah berada bersamanya hidup dengan lelaki yang tidak pernah Sarah cintai. Tapi Jericho juga tidak bisa merelakan wanita itu pergi dari hidupnya. Andai saja Sarah bisa membalas perasaannya mungkin ini akan menjadi cerita yang indah.

Perlahan kesadaran Jericho mulai berkurang karena pengaruh alkohol yang ia minum. Jericho mengambil ponsel dari saku celananya, mencari nomer Sarah untuk dia hubungi.

"Halo?"

Dahi Jericho mengerut, suara itu berbeda dengan suara yang biasanya ia dengar. Ia langsung melihat layar ponselnya. Dengan pandangan kabur terlihat nama Hazel di ponsel tersebut.

Jericho mendengus geli. "Maafkan aku."

"Ada apa Jericho?"

Mata Jericho semakin menyipit ia tidak bisa mendengar suara Hazel dengan jelas karena musik yang keras dan kesadarannya yang semakin berkurang.

"Jericho? Kau sedang di mana? Apa terjadi sesuatu?"

"Aku? Entah... aku... berada di sky bar sepertinya."

"Kau mabuk? Kau bersama siapa di sana?"

"Bisakah kita bertemu?."

***

Hazel terdiam mematung di ambang pintu apartmennya. Ia baru saja sampai setelah makan malam di rumah Samuel.

"Jericho? Kau baik-baik saja? Kau berada di bar mana? Halo?"

Tak ada suara Jericho, hanya terdengar musik kencang di seberang sana. Hazel langsung berbalik dan menghubungi Jase. Sesampainya di bar yang Jericho sebutkan Hazel langsung melangkah masuk yang diikuti Jase.

"Hazel, kau yakin ini tidak apa?"

Hazel terus melangkah mencari Jericho tanpa memperdulikan Jase.

"Hazel kalau ada wartawan yang tahu kita bisa hancur."

Mr. Wrong✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang