Part 28

12.1K 986 26
                                    

Hazel meletakkan dua gelas coklat panas di meja ruang tamunya. Ia lalu duduk di depan Jericho yang masih terdiam dan hanya menatap coklat panasnya saja.

"Pertama kali kau kesini, kau tidak meminumnya."

Jericho beralih menatap Hazel kemudian tersenyum tipis. Saat itu memang Jericho datang bukan karena ingin bertamu lama, ia hanya ingin memastikan sesuatu.

"Kau mengejutkanku."

"Aku minta maaf kalau begitu."

Hazel mendengus sambil tersenyum.
"Kau tahu, karena akhir-akhir ini pertemuan kita di saat yang tidak tepat. Membuatku berpikir, kali ini masalah apa lagi yang aku lakukan, saat kau bilang bahwa kau berada di luar apartemenku."

Jericho menggeleng samar, ia mengalihkan pandangannya pada cokelat panas yang masih menguap. "Kau tidak seburuk itu Hazel. Kau tahu."

Mata Hazel berkedip, perlahan ia menghembuskan napasnya. "Ada banyak yang aku ingin jelaskan padamu."

Jericho kembali menatap Hazel untuk sesaat, ia menunggu hingga Hazel berbicara lagi. "Apa yang kau lihat di media itu tidak seperti yang kau pikirkan."

Kedua alis Jericho terangkat, ia memutuskan tidak mengatakan apapun hingga Hazel melanjutkan ceritanya.

"Seseorang dulu mengambilnya diam-diam ketika aku sedang menginap di hotel. Dia mengancamku menggunakan foto itu agar aku mau menjadi kekasihnya. Tapi sekarang dia berada di rumah sakit jiwa karena dokter menyatakan kondisi mentalnya tidak sehat." Lanjut Hazel.

"Lalu bagaimana bisa foto itu muncul kembali?"

Pandangan Hazel beralih pada sudut kanan, ia menggeleng pelan. "Ada seseorang yang sengaja menyebarkannya."

Tatapan Jericho sedikit menyipit. "Kau sudah menangkap pelakunya?"

Hazel mengangguk. "Tapi aku mencabut tuntutannya."

"Kenapa?"

Pandangan Hazel kembali kepada Jericho, tatapan mereka bertemu dan untuk beberapa saat Hazel menatap mata Jericho dengan lekat. "Aku tidak ingin membuat seseorang tersakiti dengan mengungkap siapa pelaku sebenarnya."

Mata Jericho berkedip, bibirnya sedikit terbuka namun ia tak mampu mengatakan apapun. Jericho tahu maksud perkataan Hazel, dan hal tersebut membuat lidah Jericho kelu. Sebesar itukah cinta Hazel kepadanya?

Hazel menghela napasnya, lalu memutuskan tatapannya dari mata Jericho. "Apapun itu, aku besok harus tetap melakukan konferensi pers untuk membersihkan nama baikku."

Jericho merapatkan bibirnya, matanya menatap ke bawah lalu kembali menatap Hazel. "Aku minta maaf."

Dahi Hazel mengerut. "Untuk?"

"Untuk semuanya. Kau mengalami banyak kesulitan setelah bertemu aku."

Hazel terkekeh sambil menggeleng. "Kau tidak boleh berpikiran seperti itu. Ini memang risiko yang harus aku ambil sebagai orang yang terkenal."

Jericho tersenyum mendengar lelucon Hazel. "Risiko karena kau terkenal atau karena perasaanmu kepadaku?"

Senyum Hazel perlahan luntur, bibir Hazel bergerak ingin mengatakan sesuatu namun tertahan karena kalimatnya hilang begitu saja.

"Bukankah karena itu?"

"Jericho, aku ...."

"Hazel, jika kau tidak memiliki perasaan itu, kau mungkin tidak akan mengalami banyak masalah seperti ini."

Hazel berusaha tersenyum sambil menggeleng. "Jericho, itu bukan apa-apa. Percayalah. Aku tidak memintamu untuk membalas perasaanku, jadi kau tidak perlu merasa terbebani."

Jericho terdiam hanya menatap wajah Hazel.
"Aku pernah mengalami hal seperti ini. Kau ingat? Noah. Perasaan ini pasti akan hilang, percayalah. Aku akan baik-baik saja."

Jericho mengangguk. "Baguslah kalau begitu, aku rasa kau tahu bagaimana cara mengatasinya."

Hazel mengangguk masih berusaha tersenyum meskipun matanya menyiratkan hal yang berbeda.

Jericho beranjak dari duduknya, begitupun dengan Hazel. "Kalau begitu aku pergi dulu."

Dengan cepat Hazle mengangguk. "Yah ... tentu."

Jericho menatap Hazel sejenak. "Aku berharap kamu bahagia, Hazel."

"Terima kasih, Jericho."

Jericho melangkah keluar dari apartment Hazel. Untuk beberapa saat Jericho terdiam di depan pintu apartemen Hazel yang sudah tertutup. Rahangnya mengeras, tangan Jericho mengepal, matanya menatap lurus tajam lantai di bawahnya. Mungkin ini yang terbaik untuk Hazel dan dirinya. Hazel sudah banyak melakukan banyak hal demi Jericho, dan Jericho tidak ingin membuat Hazel kesulitan lagi karena dirinya jika terus membiarkan Hazel berada di dekatnya. Jericho ingin Hazel menjalani kehidupan yang lebih baik agar tidak perlu lagi mengalami hal seperti ini. Meskipun pada kenyataannya hati Jericho berkata lain.

Jericho menoleh menatap pintu apartemen Hazel untuk yang terakhir kalinya. Hati Jericho sangat sesak, namun kemudian ia sekuat tenaga memalingkan pandangannya dan melangkah pergi dari sana dengan langkah cepat.

Sementara Hazel yang masih terdiam di ruang tamu hanya diam, duduk menatap coklat panas yang masih utuh belum tersentuh. Perlahan air mata Hazel mengalir. Apa yang Hazel katakan kepada Jericho tadi adalah dusta, bagaimana bisa Hazel melupakan Jericho dengan mudah? Sementara perasaannya kepada Jericho kian hari semakin besar. Hazel terlalu naif, ia membohongi perasaannya sendiri seakan Hazel mampu melupakan Jericho dan berhenti mencintainya dengan mudah.

Hazel terisak dalam diam, ia mengusap air matanya kemudian beranjak bangun menuju kamarnya.

***

Dua bulan paska insiden foto Hazel yang tersebar luas akhirnya keadaan perlahan mulai membaik. Hazel kembali melanjutkan karirnya meski masih terdapat beberapa komentar negatif mengenai dirinya, namun itu tidak sebanding dengan prestasi dan kiprah Hazel Kneiling dalam dunia modeling. Setelah salah satu majalah fashion dunia menobatkan dirinya sebagai supermodel dunia, perlahan citra dirinya pun kembali membaik sehingga gosip dan pandangan publik terhadap dirinya mulai berubah lebih positif. Begitulah dunia hiburan, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi esok atau nanti.

Kini, baik Hazel maupun Jericho kembali menjalani kehidupannya seperti biasa. Hazel dengan profesinya sebagai model dan Jericho dengan pekerjaannya sebagai pengusaha. Begitu Pula dengan kisah cinta mereka. Hazel sebisa mungkin menerima Samuel sebagai kekasihnya meskipun ia belum terbiasa, namun keduanya kerap menunjukkan kemesraan di depan publik seakan mereka adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Mungkin itu berlaku untuk Samuel, tapi tidak dengan Hazel.

Sementara itu hubungan Jericho dan Sarah juga kembali seperti semula. Tidak baik ataupun buruk. Semuanya kembali pada tempatnya, dan Jericho bersyukur bahwa keputusan yang ia ambil dua bulan lalu adalah keputusan yang tepat meskipun hatinya tersiksa.

Jericho merapikan meja kerjanya ketika waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Ia segera bergegas untuk pulang. Dalam perjalanan pulangnya Jericho hanya ditemani suara lagu yang berputar dari radio. Pandangannya menatap lurus jalan di depannya. Hingga lagu lain pun berputar membuat Jericho teringat akan sesuatu. Lagu itu mengingatkan Jericho kepada Hazel. Lagu ini berputar saat mereka berada di satu pesta yang sama dan ternyata Hazel juga menyukai lagu tersebut.

Jericho sedikit tersenyum miris. Andai saja mereka dipertemukan lebih awal dalam situasi dan keadaan yang berbeda, mungkin saja Jericho dan Hazel kini sudah bahagia menjadi sepasang kekasih yang saling mencintai.
Ponsel Jericho berdering, ia memasang earphonenya kemudian mengangkat panggilan tersebut.

"Halo?"

"Kau dimana? Kami sudah sampai."

"Tunggu. Aku masih di jalan."

"Baiklah. Jangan terlambat."

Jericho terkekeh. "Oke."

Mr. Wrong✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang