Part 19

12.6K 962 12
                                    

Jericho melangkah masuk ke rumahnya, seperti biasa, rumah yang besar dan mewah ini selalu terasa dingin dan hampa baginya. Tak ada kehangatan sedikitpun, terlebih pemilik rumah itu bagaikan kutub utara dan selatan, tak bisa disatukan. Ia membawa tas kerja dan jasnya, kemejanya tak lagi rapih seperti pagi saat ia berangkat ke kantor. Rasanya ia ingin cepat-cepat bertemu dengan ranjang. Namun saat melewati ruang keluarga langkahnya terhenti, ia melihat Sarah yang sedang duduk seperti sedang menunggu seseorang.

Jericho menghampiri Sarah, tatapan mereka bertemu. Menyadari Jericho yang sudah datang, Sarah beranjak berdiri. Tatapan wanita itu tak setajam dan menusuk seperti biasanya.

"Kau—?" Jericho tak mampu berkata-kata, mendadak semua kalimat yang selama ini ia pendam dan rangkai untuk Sarah mendadak hilang.

Sarah hanya terdiam menatap Jericho dalam, wanita itu seolah sedang membutuhkan bantuan.

Dahi Jericho mengerut menyadari tatapan Sarah yang tak biasa. "Ada apa? Apakah ada yang terjadi?"

Sarah menggeleng pelan, wanita itu maju selangkah dan tanpa di duga ia memeluk tubuh kekar Jericho. Jericho berdiri kaku, matanya melebar, seolah kejadian ini tak pernah ia bayangkan hingga membuatnya terkejut dalam waktu sekian detik.

Sarah terisak, ia menenggelamkan wajahnya di dada Jericho. Jericho yang masih belum berkutik langsung mendorong bahu Sarah dengan lembut. Ia berusaha menatap wajah istrinya, pipi Sarah sudah banjir dengan air mata.

"Sarah, kau kenapa?"

Sarah masih terisak, ia menundukkan wajahnya tak berani menatap Jericho.
Jericho semakin bingung dibuatnya, ini pertama kalinya Sarah bersikap seperti ini selama mereka menikah, tentu saja Jericho sangat khawatir. "Katakan padaku, apa yang terjadi?"

Perlahan Sarah mengangkat wajahnya, mata sembabnya menatap Jericho. "Hatiku sangat hancur," ia kembali terisak, tatapannya sangat pedih. "Perempuan itu merebut Samuel dariku." Tangis Sarah kembali pecah.

Jericho termenung, lelaki itu mendadak merasakan dunianya berputar-putar. Ia mengalihkan tatapannya pada langit-langit rumahnya. Lelaki itu menghembuskan napas dengan kasar, rasanya ia ingin berteriak kencang namun yang Jericho lakukan akhirnya hanya mengacak rambutnya dengan lelah. Ia menatap Sarah seolah tak habis pikir, namun mengesampingkan rasa sakit hati dan kecewanya Jericho lalu menarik Sarah kembali dalam dekapannya.

"Kau pasti lelah. Ayo, aku antar ke kamarmu," gumam Jericho sambil memeluk Sarah dengan mata yang menatap lurus dinding di depannya.

***

From : Samuel Lee
Kita mendapat undangan pesta ulang tahun dari Jeremy Brown dan istrinya. Besok sore aku akan menjemputmu.

Hazel menghela napas setelah membaca pesan dari Samuel, mau tidak mau ia harus datang, ia tak bisa menghindar karena yang mengundangnya sangat mengenal dekat orang tuanya terlebih dalam industri perfilman keduanya adalah orang yang sangat dihormati, mengingat sepasang suami istri itu merupakan artis senior. Hazel juga tidak bisa membiarkan Samuel datang sendiri, apa yang akan orang pikirkan nanti.

To : Samuel Lee
Ok.

Balas Hazel lalu meletakkan ponselnya di  meja samping rajangnya. Baru saja Hazel menarik selimutnya dan hendak berbaring, ponselnya berdering, tanda panggilan masuk. Hazel kembali menegakkan tubuhnya, ia mengambil ponsel dan terdiam saat melihat nama pemanggilnya. Menyadari deringan yang sudah lama Hazel langsung mengangkatnya.

"Halo?"

"Aku ada di depan apartemenmu."

Tanpa berpikir panjang Hazel langsung turun dari ranjangnya, hanya mengenakan pakaian tidur serta sandal rumah. Ia berlari keluar, namun tak ada siapapun di luar pintu apartemennya. Hazel kemudian langsung berlari menuju lift hingga lift membawanya menuju lobi gedung apartemennya. Ia mengedarkan pandangannya dengan cepat tanpa menghentikan langkahnya. Hazel berlari ke halaman luar.

Di sanalah Jericho berdiri membelakanginya, Hazel menghentikan langkah untuk mengatur napasnya.

Seperti menyadari ada yang datang Jericho memutar tubuhnya, tatapannya langsung terarah pada Hazel yang sedang berdiri menatapnya.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Jericho merapatkan bibirnya.
Menyadari keadaan mereka di luar, Hazel buru-buru menarik Jericho menuju gedung apartemennya. Ia membawa Jericho menuju lift, mengajak lelaki itu masuk ke apartemennya.

Sampai di apartemen Hazel, Jericho duduk di ruang tamu sambil menunggu Hazel yang sedang berada di dapur. Tak lama kemudian Hazel kembali sambil membawa dua gelas coklat panas.

"Di luar pasti sangat dingin."

Jericho mengikuti gerakan Hazel yang sedang meletakkan coklat panas di atas meja. "Kau tidak perlu melakukan ini, aku tidak akan lama."

Gerakan Hazel terhenti, ia menatap Jericho lalu tersenyum tipis. "Ini bukan apa-apa."

Jericho mendengus samar, lelaki itu terlihat sangat lelah. "Maaf mengganggumu malam-malam seperti ini."

Hazel menggeleng dengan cepat. "Tidak sama sekali."

Jericho mengedipkan mata, ia terlihat berpikir kemudian kembali menatap Hazel yang duduk di hadapannya. "Well, ini mungkin konyol. Tapi aku hanya ingin memastikan hubunganmu dan Samuel."

Hazel terdiam untuk beberapa saat, hingga ia mengerjapkan mata. Ia beralih menatap coklat panasnya lalu kembali menatap Jericho. "Seperti yang kau tahu, aku dan Samuel, kami berhubungan, orang tua kami menjodohkan kami, dan kami menerimanya," jelas Hazel tanpa berkedip hingga matanya terasa panas, tangannya sedikit gemetar.

Jericho menatap Hazel sejenak, seolah ia sedang mencerna situasi ini. Jericho lalu mengangguk, ia menghembuskan napas panjang. "Baiklah, setidaknya sekarang aku punya alasan untuk lebih berusaha mempertahankan Sarah. Tak ada lagi yang bisa membuat dia berpaling dariku."

Mendadak Hazel merasa seperti terhimpit tembok besar, hatinya sangat sesak hingga ia harus bernapas lewat bibirnya yang sedikit terbuka. Rasanya ia sangat tak terima Jericho mengatakan hal itu. Tapi, memang siapa dirinya berani seperti itu? Bukankah itu hak Jericho? Terlebih Sarah adalah istri sahnya. Harusnya Hazel senang karena Jericho setidaknya memiliki kesempatan untuk membangun hubungan dengan Sarah, wanita yang selama ini Jericho inginkan. Bukankah harusnya seperti itu? Namun mengapa sekarang rasanya Hazel sangat tak suka, ia tak bisa menerima jika Jericho kembali mengejar Sarah. Tanpa sadar Hazel menggeleng samar. Tidak, Sarah bukan wanita yang pantas menerima perasaan Jericho. Namun Hazel tak mampu mengatakan itu semua, yang bisa Hazel lakukan hanya terdiam.

Hazel kemudian mengangguk. "Tentu, aku ikut senang mendengarnya. Semoga kau berhasil."

Jericho tersenyum tipis, ia lalu beranjak berdiri. "Kalau begitu, aku pergi dulu."

Tanpa menunggu respon dari Hazel, Jericho langsung melangkah keluar. Langkah Jericho terasa sangat berat, namun dengan sekuat tenaga ia buru-buru keluar dari apartemen Hazel. Dengan tangan mengepal dan rahang yang mengeras Jericho keluar dari sana. Rasanya, rasanya Jericho sangat tidak rela menerima kenyataan ini. Entah mengapa mendengarnya sendiri dari Hazel malah membuat hatinya tidak menerima. Ia berharap ada jawaban lain dari perempuan itu, namun yang Jericho dapatkan adalah hal yang sama seperti yang tersebar di media.

Mr. Wrong✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang