Part 17

12.9K 974 27
                                    

Hazel baru saja sampai di kantor agensinya, ia pergi menuju ruangan Jase yang berada di lantai 5. Ia langsung merangsek masuk, langkahnya terhenti ketika ia melihat Samuel yang sedang duduk di sofa. Samuel menatap Hazel tanpa mengatakan apapun, wajah lelaki itu sangat serius. Hazel kembali melangkah masuk, ia berusaha bersikap seakan tak ada yang terjadi di antara mereka. Mata Hazel langsung mencari keberadaan Jase, ternyata lelaki itu sedang bertelepon di sudut ruangan. Hazel memutuskan untuk menunggu dan duduk di single sofa sebelah Samuel.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Hazel.
Samuel melirik Hazel yang ada disebelahnya, ia hendak mengatakan sesuatu namun tertahan karena Jase mengintrupsinya.

"Akhirnya kau datang juga." Jase berdiri menatap Hazel.

Hazel mengalihkan perhatiannya pada Jase. "Apa yang terjadi? Kenapa kau tiba-tiba menghubungiku seperti itu?"

Jase mendesah frustasi, ia mengalihkan pandangannya pada Samuel seolah meminta bantuan.

Hazel mengikuti tatapan Jase, dahinya mengerut. "Kenapa kau menatap Samuel seperti itu?"

"Hazel ... ya Tuhan ... kau memang sudah gila ya?"

"Kau kenapa sih?!" Ia menatap Jase kesal.

"Kita harus mengumumkan perjodohan kita," ujar Samuel yang sejak tadi diam.

Mata Hazel langsung melebar, ia menatap Samuel tak mengerti. "Maksudmu?"

Jase mengambil lembaran foto-foto yang ada di atas meja kerjanya. Ia langsung memberikannya kepada Hazel. Hazel yang kebingungan sekaligus kesal langsung mengambilnya dan melihat foto tersebut satu persatu.

Hazel menghela napas panjang usai memeriksanya, ia menatap Samuel. "Jadi kau ingin memanfaatkan aku untuk menutupi skandalmu bersama Sarah Winston?"

Dahi Jase mengerut, lelaki itu menatap Hazel jengkel dan gemas. Rasanya ingin sekali dia mengomeli Hazel, memangnya dia pikir dia juga tidak bersalah?

Samuel menggeleng pelan. "Aku tidak sejahat itu, Hazel. Aku tidak perlu memanfaatkanmu untuk menyelesaikan permasalahanku."

Hazel beranjak berdiri. "Tidak, aku pokoknya tidak mau dan tidak peduli. Apapun urusanmu aku tidak ingin ikut campur, sudah kukatakan bukan aku tidak bisa bersamamu?"

Jase maju selangkah. "Hazel, dengarkan dulu."

"Dan kau juga, kau itu menejerku mengapa kau selalu berbuat seenaknya? Kau tidak bisa mengaturku untuk bersama siapa, Jase."

Samuel mendengus, ia lalu mengeluarkan foto-foto Hazel dan Jericho dari map yang ada di sofa. Pandangan Hazel beralih pada foto yang Samuel keluarkan, ia bahkan tak sadar jika ada map di sofa yang lelaki itu duduki.

Jase menghirup napas dalam-dalam. "Aku rasa kalian harus berbicara berdua," ujarnya lalu pergi keluar dari ruangannya.

Hazel mengambil foto itu, tatapannya terpaku, dengan cepat ia kembali menatap Samuel. "Dari mana kau mendapatkan foto ini?"

Samuel beranjak berdiri agar bisa menatap Hazel. "Media yang mengambil foto itu sama dengan media yang mengambil fotoku dan Sarah secara diam-diam. Dia datang ke kantorku dan berencana menyebarkan skandal ini."

Mata Hazel menyipit menatap Samuel. "Tapi mengapa ada aku dan Jericho?!"

"Karena kita berhubungan Hazel, bisakah kau bayangkan jika semua ini tersebar? Apa dampak yang akan kau dapatkan? Aku tidak bisa membiarkanmu menghadapi ini semua."

Hazel menghembuskan napas panjang, ia terduduk di sofa. Ia menyugar rambut panjangnya ke belakang, mendadak ia tidak bisa berpikir.

"Aku tidak peduli jika itu hanya mengenai diriku, tapi mereka memiliki foto dirimu, aku tidak bisa membiarkan itu semua tersebar. Maka dari itu kita harus mengumumkan mengenai perjodohan kita sebelum berita ini rilis," jelas Samuel dengan lembut.

Hazel hanya terdiam, yang kini ia pikirkan adalah bagaimana jika berita ini tersebar? Nama Jericho pasti akan tercemar, ia tidak mungkin menyeret Jericho dalam masalahnya. Ia tidak mau Jericho terlibat.

"Hazel, kita sama-sama ingin melindungi orang yang kita cintai. Aku ingin melindungi dirimu, dan kau ...." Samuel tercekat. "Kau pasti tidak ingin Jericho terlibat bukan?" ujarnya terasa getir.

Hazel perlahan menatap Samuel, ia menatap lelaki itu ragu. Apa yang Samuel katakan memang benar, mereka sama-sama ingin melindungi orang yang mereka cintai dan jika hanya ada satu cara Hazel mau tak mau harus melakukannya.

"Baiklah kalau begitu."

***

Jericho menatap pemandangan di luar kantornya, sekarang sudah jam pulang. Namun ia masih enggan, toh di rumah hanya akan ada dirinya dan pelayan saja. Sudah berhari-hari ia masih belum mendapatkan kabar dari Sarah, wanita itu masih sulit di hubungi. Ia tak membalas pesan Jericho atau bahkan mengangkat panggilannya. Hal tersebut membuat pikiran Jericho tak karuan, bagaimanapun Sarah adalah istrinya, sudah kewajiban Jericho untuk menjaga wanita itu dan memastikan bahwa dia baik-baik saja.

Jericho akhirnya memutuskan untuk menghubungi seseorang. "Halo, Danver. Aku ingin meminta bantuanmu. Ini mengenai Sarah, aku ingin tahu keberadaannya, bisa kau cari tahu untukku? Baiklah, terima kasih. Kabari aku secepatnya."

Ia mematikan panggilannya, Danver adalah orangnya, ia salah satu kepercayaan Jericho. Danver juga merupakan sahabat Jericho, lelaki itu yang selalu membantu urusan Jericho.

Jericho menghembuskan napas panjang, ia berbalik untuk mengambil tas dan jasnya yang tergantung, namun gerakannya terhenti ketika melihat sofa di ruangannya. Mendadak ingatannya kembali pada Hazel, ketika siang tadi wanita itu tiba-tiba datang dan menyatakan cinta padanya. Jericho mendengus geli, ia tak habis pikir, bagaimana seorang Hazel Kneiling bisa dengan mudah menyatakan cinta kepadanya?

Mr. Wrong✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang