Part 48

13.4K 908 41
                                    

Hari itu adalah hari dimana Jericho akhirnya kembali setelah enam tahun pergi. Tentu saja itu bukan waktu yang sebentar, waktu enam tahun seharusnya sudah cukup membuat Jericho lupa akan semua kenangan di kota ini. Namun kenyataannya Jericho bahkan masih mengingat jelas berbagai hal yang pernah terjadi di sini. Meskipun Jericho sudah melupakan rasanya namun ia masih ingat jelas apa saja yang sudah ia lewati di sini. Terlalu rumit dan pelik. Mungkin itu ungkapan sederhana yang bisa Jericho berikan kepada dirinya yang dulu. Namun tidak untuk sekarang. Jericho sudah melupakannya, apa yang terjadi di masa lalu hanya sekedar kenangan di ingatannya yang sekarang. Kalaupun masih ada yang tersisa di hatinya, mungkin kenangan itu terlalu membekas untuk dirinya.

Bukankah setiap luka pasti akan meninggalkan bekas?

Jericho menghentikan mobilnya di bahu jalan, di seberang sana ia melihat lapangan yang tertutup salju penuh dengan anak-anak yang sedang bermain. Dari kejauhan Jericho memperhatikan pemandangan itu, ia teringat dirinya yang dulu ketika masih kecil sangat terobsesi dengan salju. Setiap kali musim dingin tiba Jericho pasti akan keluar dan bermain dengan anak seumurannya.
Lamunan Jericho kemudian buyar kala mendengar ponselnya berdering.

"Halo, Danver."

"Aku masih mengantar anak dan istriku belanja di supermarket. Kau dimana?"

"Di tepi jalan dekat rumahmu. Haruskah aku menunggu di sini?"

"Tidak. Tunggu saja di rumahku, pengurus rumah pasti masih berada di sana saat ini."

"Tidak usah, aku tunggu sampai kau datang saja. Lagian aku masih ingin menikmati suasana di sini."

"Kau yakin? Oh! Atau kau bisa tunggu di cafe, di dekat sana ada satu cafe yang cukup nyaman. Makanan dan minumannya juga sangat enak."

Jericho mendengus geli. "Baiklah, baiklah.. kalau begitu aku akan menunggu di sana."

"Oke, tunggu aku sebentar lagi."

"Oke."

Jericho kemudian mengakhiri panggilannya.
Jericho sudah sampai di cafe yang Danver maksud, ternyata jaraknya tidak jauh. Jericho hanya perlu memutari jalan di samping lapangan kemudian ia bisa menemukan cafe tersebut. Dari luar cafe itu terlihat tidak begitu ramai, hanya ada beberapa orang saja yang berada di sana. Jericho keluar dari mobilnya, ia mendorong pintu cafe sehingga membuat suara lonceng kecil berbunyi. Ia mengedarkan pandangannya, Jericho memilih meja tepat di samping jendela sehingga ia bisa melihat pemandangan di sampingnya.

Seorang pelayan menghampiri Jericho dan memberikan buku menu. Jericho hanya memesan coklat panas saja. Setelah pelayan itu pergi Jericho termenung, coklat panas mengingatkan dirinya dengan seseorang. Hingga seorang pelayan kembali datang menghampirinya membuat Jericho tersadar dari lamunannya.

"Maaf tuan, apakah Anda sedang sibuk?"

Jericho menggeleng pelan.

Pelayan itu menunjukkan senyum tidak enak. "Ee... begini tuan, dapur sedang sibuk dan saya harus membantu di sana. Bisakah saya meminta tolong untuk menjaga anak kecil itu sebentar? Ibunya sedang berada di toilet, sebentar lagi ia pasti kembali."

Jericho mengikuti pandangan pelayan itu yang mengarah di meja seberang Jericho. Anak kecil itu terlihat sedang menikmati makanannya, kakinya yang menggantung bergerak pelan.
Jericho kembali menatap pelayan itu, ia tersenyum. "Tentu."

"Terima kasih tuan, terima kasih banyak."

Jericho lalu berpindah posisi, ia duduk di hadapan anak lelaki itu. "Hey."

Mata emas anak itu menatap Jericho datar, "Paman siapa?" Tanya-nya masih memegang garpu sementara sedikit cokelat mengotori sudut bibirnya.

Jericho tak bisa menahan senyumnya. "Namaku Jericho, dan kau?"

Mr. Wrong✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang