Hazel mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk, sambil menatap pantulan dirinya di depan cermin yang masih mengenakan bathrobe Hazel menyunggingkan senyum miris. Namun kemudian perhatiannya beralih ketika ia mendengar suara ponselnya yang berdering. Ia melihat nama Darrel muncul di sana. Hazel langsung mengangkatnya.
"Halo, Hazel, kau sedang apa?"
Dahi Hazel mengerut, sangat jarang sekali kakaknya yang menyebalkan itu menanyakan dirinya terlebih lewat telepon.
"Aku baru saja selesai mandi. Ada apa?"
"Kau sibuk malam ini?"
Hazel terdiam beberapa saat dan reflek menggeleng. "Tidak, ku rasa."
"Aku mendapatkan undangan pesta untuk dua orang nanti malam."
"Lalu?"
"Alexis tidak bisa hadir, maukah kau menemaniku?"
Hazel merapatkan bibirnya sambil berpikir, ia menatap dirinya lewat cermin. "Em ... oke, asalkan nanti belikan aku hèrmes edisi terbaru."
Terdengar dengusan dari Darrel. "Kau sudah punya banyak uang kenapa minta padaku?"
"Uangmu lebih banyak daripada milikku."
"Baiklah, baiklah ... Aku jemput pukul 7 nanti."
"Oke, see you my lovely brother."
Panggilan langsung diakhiri oleh Darrel, Hazel tertawa geli, akhirnya ia punya kesempatan untuk mengerjai Darrel. Sudah lama sejak Darrel menikah Hazel menjadi jarang membuat Darrel kesal, dulu saat mereka masih tinggal di rumah yang sama dengan orang tuanya, tiap kali mereka bertengkar atau meributkan sesuatu Zoe akan mengurung mereka dalam satu ruangan yang sama hingga mereka mau berbaikan.
***
Hazel keluar dari mobil bersama Darrel, mereka berjalan dengan busana yang serasi. Kamera yang ada di sana langsung menyorot keduanya, sangat jarang melihat momen kakak adik itu bersama.
"Sepertinya aku salah membawa orang," ujar Darrel pelan.
Hazel hanya mendengus geli "Kau harusnya bersyukur memiliki adik yang terkenal."
Darrel menahan senyum gelinya, mereka langsung memasuki ballroom hotel tempat pesta diadakan.
Darrel mengajak Hazel menemui teman Darrel yang mengadakan pesta ini. Darrel bilang ini adalah pesta amal, namun pesta amal untuk orang-orang kaya, pengusaha, selebritis adalah pesta amal yang tidak pernah bisa dibayangkan.
"Kenalkan, Hazel, adikku."
Hazel bersalaman dengan pria yang lebih tua darinya dan wanita yang seumuran dengan pria itu. Mereka adalah sepasang suami istri.
"Tidak ada yang tidak mengenal Hazel. Adikmu sangat terkenal Darrel."
Darrel terkekeh sambil menatap Hazel.
Hazel hanya membalasnya dengan senyum tipis. "Terima kasih Mrs. Adam, aku anggap itu sebagai pujian."Mr. Adam mengangguk. "Kalau begitu, selamat menikmati pestanya."
Hazel dan Darrel mengangguk, mereka lalu pergi menuju meja yang sudah disiapkan.
"Darrel, aku ke toilet dulu," ujar Hazel kepada Darrel yang baru saja duduk.
Darrel menatap Hazel lalu mengangguk. "Cepat kembali."
Hazel mengangguk sekali lalu pergi menuju toilet.
Hazel mencuci tangannya lalu mengeringkannya dengan tisu. Ia menghela napas, sejak awal kedatangannya tidak sedikit orang yang diam-diam memperhatikan dirinya. Itu pasti karena gosip mengenai dirinya yang sudah tersebar. Terlebih ada beberapa teman selebritis yang juga hadir di sana, meskipun Hazel tidak dekat namun mereka saling tahu satu sama lain. Apa yang akan ia lakukan jika situasinya terus seperti itu? Tatapan mereka seperti sedang menilai dan menghakimi secara bersamaan. Hazel menggeleng pelan. Mungkin itu perasaannya saja. Bagaimanapun Hazel harus berusaha tidak memperdulikan itu semua.
"Semua akan baik-baik saja." Bisik Hazel pada dirinya sendiri kemudian ia melangkah keluar dari toilet.
Hazel berjalan melewati orang-orang yang ada di ballroom itu menuju mejanya. Dari kejauhan terlihat Darrel yang sedang berbincang dengan dua teman pria dan satu teman wanitanya. Hazel mengurungkan langkah, akhirnya Hazel memutuskan untuk pergi ke sudut ruangan mengambil minuman yang tersedia di sana. Ketika Hazel sedang menikmati minumannya tiba-tiba seseorang datang berdiri di samping Hazel untuk mengambil minuman.
"Lama tidak bertemu, Ms. Kneiling."
Hazel langsung menoleh, matanya tak mengedip menatap orang yang berada di sampingnya. Hingga dia menoleh dan membalas tatapan Hazel. Ia tersenyum tipis.
"Apa kabar Hazel?"
Hazel mengerjapkan matanya, ia masih mengingat bagaimana pertemuan pertamanya bersama Sarah Winston. Sepertinya industri yang ia geluti ini sangat amat sempit, hingga ada banyak kesempatan untuk dirinya bertemu dengan Sarah Winston. Atau memang wanita itu sengaja mencari-cari dirinya?
"Baik, yah ... sangat baik." Hazel berusaha tersenyum tipis.
Sarah menyunggingkan senyumnya, ia meneguk minumannya dengan anggun lalu kembali menatap Hazel.
"Kau semakin terkenal. Setelah Jericho, lalu Samuel, kemudian muncul pria baru lagi. Oh, aku merasa seperti penggemarmu, anyway aku mengikuti semua pemberitaan tentang dirimu."
Hazel terdiam, ia tersenyum kecut sambil mengalihkan pandangannya dari Sarah. "Wow, aku sangat tersanjung."
Kemudian terjadi keheningan beberapa saat diantara keduanya.
"Hazel."
Hazel kembali menatap Sarah, tatapan wanita itu berubah menjadi tajam.
"Mari kita sudahi kepura-puraan ini. Kau dan aku sebenarnya sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara kita. Aku, Jericho, Samuel, dan dirimu."
Mata Hazel menyipit. "Maksudmu?"
Sarah tergelak hampa. "Kau tahu bukan bahwa aku pernah berhubungan dengan Samuel?"
Hazel hanya menatap Sarah cukup lama lalu ia menggeleng. "Aku tidak peduli."
Tatapan Sarah berang melihat respon Hazel yang sangat tenang, ia maju selangkah menghampiri Hazel, menatap wajah Hazel dengan tatapan menilai. "Kau tidak layak untuk mereka. Jericho ataupun Samuel."
Hazel menelan salivanya, menatap Sarah dengan menaikan kedua alisnya. "Pertama-tama, aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Jericho. Last but not least, Samuel bukankah urusanmu, dia hanya masa lalumu."
Perkataan Hazel pun membuat Sarah tak bisa berkata apa-apa selain menatap Hazel dengan sengit.
Hazel beranjak meninggalkan Sarah, namun ia mengurungkan langkahnya. "Oh dan satu lagi, harusnya kau berkaca pada diri sendiri, apa yang akan orang katakan jika mereka tahu seorang wanita bersuami memiliki affair dengan lelaki lain? Harusnya kau bersyukur karena hubunganku dan Samuel bisa menutupi kebusukanmu."
Bibir Sarah sedikit terbuka, ia terperangah tak percaya Hazel akan mengatakan hal tersebut.
Namun Hazel masih belum selesai. "Sarah, dengarkan aku. Perlakukan dia dengan baik sebelum dia jatuh cinta pada wanita lain."Satu tamparan langsung melayang ke pipi mulus Hazel. Hazel terdiam, matanya perlahan memperhatikan keadaan sekitar dan tak ada seorangpun yang menyadari kejadian itu karena perhatian orang-orang tertuju pada panggung selain itu tempat di mana dirinya dan Sarah berada jauh dari perhatian orang banyak. Dengan cepat Hazel menatap sarah tajam, tangannya sudah siap melayang untuk membalas tamparan Sarah, namun sesuatu menahan tangannya.
Hazel langsung menoleh dan wajahnya terkejut ketika melihat tangan Jericho yang sedang menahan lengannya.
Jericho menatap Hazel dengan wajah datar, tatapan mereka bertemu untuk beberapa saat, namun Jericho langsung menatap Sarah bersamaan dengan melepaskan tangan Hazel.
"Let's go back to our table." ujarnya dingin kepada Sarah, tanpa menunggu Jericho langsung menarik tangan Sarah dan mereka berjalan meninggalkan Hazel yang masih mematung di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Wrong✔️
Roman d'amourHidup Hazel Kneiling jungkir balik ketika bertemu dengan Jericho Winston. Seorang lelaki dengan pesona luar biasa dan mampu memikat wanita hanya dengan tatapan mata. Pertemuan Hazel dan Jericho berawal ketika Hazel mengaku-ngaku sebagai kekasih Jeri...