Part 33

12.7K 980 31
                                    

"Kalian berdua sudah gila! Apa kau ingin lelaki itu kembali menghancurkan karirmu Hazel?!"

Hazel mendengus panjang, hampir satu jam Jase mengomel hingga membuat telinganya panas. Sementara Samuel hanya duduk diam di sebelahnya menatap meja dengan tatapan kosong.

"Diam Jase. Aku lelah menjelaskan sesuatu berulang-ulang kali kepadamu. Berhenti mengatur hidupku. Aku hanya ingin bahagia dengan pilihanku. Oke?"

Jase menghirup napas dalam. "Tapi kau punya Samuel, Hazel!"

"Jase, hubungan aku dan Samuel hanya sandiriwara! Dan kau sangat tahu itu!"

Mata Jase melebar, ia tak percaya Hazel mengatakan hal tersebut sementara Samuel berasa bersama mereka. "Samuel melakukan ini semua demi melindungi skandalmu!"

"Aku tidak pernah meminta itu! Kau yang memaksaku, Jase!"

"Apa?! Hazel, kau benar-benar ...." Jase kehabisan kata-katanya dan hanya menggelengkan kepala pelan.

Samuel menghela napas dalam, ia beranjak berdiri berusaha menengahi Hazel dan Jase. "Cukup, oke? Cukup."

Hazel menatap Jase tajam kemudian ia berbalik melangkah keluar dari kamarnya, rasanya ia sangat sesak berada di sana.

Melihat Hazel yang pergi Samuel langsung berjalan untuk menyusul Hazel. Tanpa Hazel ketahui Samuel berjalan membuntutinya hingga Hazel berhenti di jembatan kayu yang terarah hingga pantai.

Hazel menghirup napas dalam kemudian menghembuskannya perlahan. Ia menatap ke sekitar pantai dan hanya desiran ombak yang ia dengar serta samar-samar suara musik yang berasal dari cafe-cafe yang ada di sekitar sana.

"Maafkan aku."

Hazel menoleh kebelakang, ia melihat Samuel yang ternyata sedang menatapnya.
Dahi Hazel mengerut. "Apa yang kau lakukan?"

Samuel merapatkan bibirnya lalu menggeleng pelan. "Aku seharusnya tidak di sini bukan?"

Hazel mendengus, ia berbalik agar bisa berhadapan dengan Samuel. "Itu bukan salahmu."

"Kau juga tidak boleh menyalahkan Jase, ini semua murni kemauanku untuk datang kesini."

Hazel hanya terdiam lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Hazel?"

"Hm?" Hazel kembali menatap Samuel.

"Mengenai hubungan kita. Aku tahu hubungan kita hanya sandiwara. Tapi aku selalu menganggap hubungan kita itu nyata."

Untuk sesaat Hazel hanya menatap Samuel. "Samuel... aku..."

Samuel mengangguk sebelum Hazel menyelesaikan kalimatnya. "Aku tahu. Kau masih mencintainya 'kan?"

Hazel menelan salivanya lalu dengan berat mengangguk. "Benar..." lirihnya.

Perlahan Samuel tersenyum tipis. Tangannya bergerak mengelus lengan Hazel. Tanpa mengucapkan apapun Samuel lalu berbalik melangkah meninggalkan Hazel.

Sementara Hazel menghembuskan napas panjang, ia kembali berbalik untuk menatap pantai. Hazel tahu dirinya mungkin sangat jahat terhadap Samuel. Tapi perasaannya tidak bisa dipaksakan. Bagaimanapun perasaannya saat ini hanya untuk Jericho.

***

Pagi hari Hazel, Samuel dan Jase berada dalam satu meja untuk sarapan. Jase masih belum berbicara apapun setelah kejadian semalam begitu pula dengan Hazel yang masih enggan.

"Pernah dengar Pulau Vaadhoo? Temanku bilang itu adalah pulau paling indah yang ada di Maldives."

Hazel menggeleng. "Belum."

"Jika kau tertarik, kita bisa kesana. Pemandangan pantainya sangat indah saat malam hari."

"Tentu," ujar Hazel sambil mengangguk namun tatapannya langsung beralih ketika ia melihat Jericho dari kejauhan yang sedang berjalan ke arahnya.

Jericho tersenyum dan Hazel langsung membalasnya.

Samuel yang melihat senyum Hazel langsung menoleh mengikuti tatapan Hazel. Ia melihat Jericho yang menghampiri meja mereka hingga Jericho berada di sampingnya.
Hazel langsung beranjak berdiri, Jericho memeluk Hazel erat lalu mencium rambut Hazel.

"Hai, bagaimana tidurmu?"

"Aku tidur nyenyak. Bagaimana denganmu?"

"Aku juga," Ujarnya sambil tersenyum.
Keduanya mengobrol seolah hanya ada mereka berdua di sana. Sementara Jase menatap keduanya dengan muak, ia memutar matanya dan memilih menatap ke arah lain.

"Em... aku ikut sarapan bersama Jericho ya?" Hazel menatap Samuel.

Samuel hanya mengangguk sambil memaksakan senyumnya.

Hazel dan Jericho lalu berjalan dengan tangan bergandengan menuju meja yang sudah Jericho pesan.

"Sepertinya Jase sangat tidak menyukaiku."

Hazel yang sedang menikmati supnya langsung mendongak. Ia mendengus miris lalu mengangguk. "Kami sedikit bertengkar kemarin."

Kedua alis Jericho terangkat, ia menatap Hazel lekat.

"Jangan khawatir. Itu akan baik-baik saja."

Jericho mendengus pelan. Ia menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. "Aku harus berbicara dengannya."

Dengan cepat Hazel menggeleng. "Tidak perlu. Kami memang seperti ini, kau tahu hubungan aku dan Jase sudah seperti saudara. Kita akan segera berbaikan nanti."

"Tapi–"

Hazel memegang tangan Jericho yang berada di atas meja. "Aku baik-baik saja. Jase pasti akan mengerti."

Jericho menghembuskan napasnya, ia mengangguk. "Baiklah. Maafkan aku, ini semua karena diriku."

Hazel berdecak. "Berhenti menyalahkan dirimu."

Bibir Jericho membentuk senyum simpul, ia hanya mengangguk kemudian Jericho melanjutkan menyantap sarapannya.

"Samuel mengajakku ke Pulau Vaadhoo. Kau pernah kesana?"

Jericho melirik Hazel lewat bulu matanya, ia mengangguk, "Pemandangannya sangat indah saat malam hari. Ada phytoplankton di sana."

Dahi Hazel mengerut. "Apa itu?"

"Semacam fenomena alam yang membuat air pantai memancarkan butiran cahaya biru saat malam hari."

"Wow... benarkah?" Hazel terlihat takjub.
Jericho mengangguk sambil tersenyum.

"Kau mau ikut?"

Jericho terdiam sejenak, ia kemudian menggeleng. "Aku rasa tidak bisa. Besok aku harus pulang."

Bibir Hazel sedikit melengkung ke bawah, ia mendengus pelan. "Ah aku lupa kau harus kembali."

Jericho mendengus geli. Ia mengelus punggung tangan Hazel. "Lain kali kita kesana. Berdua."

Mendadak bibir Hazel tersenyum lebar hingga matanya sedikit menyipit. Ia tersipu melihat Jericho yang ternyata semanis ini.

Sementara itu, dari kejauhan Samuel diam-diam memperhatikan Hazel dan Jericho yang terlihat sangat bahagia. Terlihat dari wajah mereka yang saling melemparkan senyuman. Samuel menghembuskan napasnya yang terasa berat. Dadanya begitu sesak, ia pun memilih untuk mengalihkan pandangannya ke arah laut lepas.

Mr. Wrong✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang