Part 14

14.5K 1K 12
                                    

Hazel melirik Jericho yang berdiri di sampingnya. Lelaki itu lebih tinggi darinya, Hazel saja hanya setinggi pundak lelaki itu. Mereka kini sedang berada di lift yang menuju lantai paling atas bangunan milik Jericho. Setelah dari bar, Jericho mengajak Hazel menuju kantornya. Hazel hanya mengikuti lelaki itu saja, ia tidak ingin membiarkan lelaki itu sendiri dalam keadaan seperti ini.

Pintu lift terbuka, Jericho melangkah mendahului Hazel. Melewati lorong lalu menaiki tangga, hingga mereka sampai di rooftop kantor milik Jericho. Hembusan angin langsung menerpa kulit tubuh Hazel yang tidak tertutupi pakaian, perempuan itu hanya mengenakan dress sepanjang lutut dan jaket hitam yang tipis. Rambut Hazel yang terurai turut terbang terbawa hembusan angin malam.

Jericho menoleh.  "Ayo."

Hazel kembali mengikuti langkah Jericho. Rooftop ini sangat luas, bahkan ada landasan untuk helikopter.

Jericho mengajaknya duduk di ujung rooftop sehingga mereka bisa melihat pemandangan kota dan lampu-lampu yang ada di gedung sekitar kantor milik Jericho.

Menyadari pakaian Hazel yang cukup terbuka, Jericho berinisiatif melepaskan jas-nya, ia meletakkan menutupi lutut Hazel yang terbuka.

"Thanks," lirih Hazel.

"Tempat ini membuatku tenang untuk sejenak setelah seharian lelah bekerja. Aku biasanya menghabiskan waktu di sini jika malas untuk pulang ke rumah."

Hazel mengedarkan pandangannya, sudah lama sekali ia tidak menikmati pemandangan seperti ini. Hazel bahkan lupa kapan terakhir kali ia melakukan hal seperti ini.

"Kau tahu, aku sebenarnya tidak suka berbagi cerita ke orang lain. Namun kau orang pertama yang membuatku melakukan hal itu."

Hazel melirik Jericho, tatapan lelaki itu lurus pada satu titik. "Aku senang bisa menjadi orang yang mendengar ceritamu."

"Menurutmu, apakah aku terlalu egois selama ini?"

Hazel mengedipkan mata, ia mengalihkan perhatiannya "Kau hanya ingin mempertahankan apa yang kau miliki, dan kurasa itu wajar."

Jericho mengangguk setuju.

"Namun, jika kau sudah terlalu lelah jangan ragu untuk melepaskannya. Kau juga layak untuk bahagia."

"Entahlah, selama ini aku selalu berpikir aku hanya bahagia jika Sarah bisa selalu ada di sampingku. Tak apa jika ia tidak bisa membalas perasaanku, aku hanya ingin dia bertahan denganku. Kebahagiaanku hanya sebatas itu."

Tenggorokan Hazel tercekat, hatinya mendadak menjadi sesak. Mengapa ada perempuan setega itu yang memperlakukan Jericho hingga seperti ini. Perasaan Jericho itu sangat tulus, tapi kenapa dari sekian banyak perempuan Jericho harus bertemu dengan Sarah?

Hazel menelan saliva nya, sungguh ini sangat tidak adil untuk Jericho. Sarah sama sekali tak layak menerima lelaki sepertinya. "Dia tidak layak menerima dirimu, Jericho."

Jericho menoleh untuk menatap Hazel. Dahi lelaki itu mengerut. "Maksudmu?"

"Kau bisa mendapatkan wanita yang lebih baik darinya, yang bisa membahagiakan dirimu dan membalas cintamu."

"Kau tidak mengerti, aku mencintainya Hazel."
Kini giliran Hazel menoleh ke arah Jericho hingga tatapan mereka bertemu.

"Aku pernah berada di posisimu. Menjadi seseorang yang mengemis cinta, memohon kepada seorang lelaki yang sudah mencampakkanku. Namun akhirnya aku sadar, itu semua hanya membuang waktu dan energi saja. Percayalah, melepaskan memang sulit, tapi itu lebih baik dari pada bertahan namun sakit."

Jericho terdiam, Ia mengalihkan pandangannya ke bawah. Menatap pantofel hitam yang ia kenakan.

"Jericho." Hazel masih menatap lelaki itu.
Jericho kembali menatap Hazel, tatapan mereka kembali bertemu.

Mr. Wrong✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang