Hazel menatap kedua orang tuanya yang sedang duduk di hadapannya. Kini Hazel sedang berada di kediaman orang tuanya. Ia berusaha rileks, sementara Zoe dan Marius masih terdiam sambil menyesap teh hangat mereka.
Hazel berdehem, perempuan itu menegakkan posisi duduknya. Ia menatap Zoe dan Marius bergantian. "Mom, Dad, sungguh beberapa hari lagi berita ini pasti akan hilang. Kalian tahu bukan cara kerja media bagaimana."
Marius meletakkan cangkir tehnya, ia perlahan menatap Hazel. "Daddy akan mengurusnya, kamu fokus saja pada perjodohanmu bersama Samuel. Daddy dengar Samuel mengajakmu makan malam di rumah keluarganya."
Mendadak tubuh Hazel menjadi kaku, ia terdiam menatap ayahnya sedikit terkejut. Hazel sedikit menunduk namun sedetik kemudian ia kembali menatap kedua orang tuanya. "Dad, sungguh aku bisa menyelesaikannya."
"Hazel, kami sudah cukup untuk berdiam diri tapi sekarang mom dan dad tidak bisa lagi. Kami tidak ingin namamu menjadi pembicaraan buruk di luar sana." Kini giliran ibunya berbicara.
Hazel menghela napasnya, ia tidak bisa melakukan apapun jika orang tuanya sudah turun tangan.
***
Hazel kembali ke apartemennya, ia membuka pintunya. Namun matanya sedikit melebar saat melihat Samuel dan Jase yang sedang duduk mengobrol di sofa apartmennya.
Hazel langsung menghampiri mereka. Matanya menatap Jase seolah meminta penjelasan.
Menyadari ekspresi terkejut di wajah Hazel, Samuel langsung beranjak berdiri. "Aku bertemu Jase di lobby apartement saat hendak menuju ke sini, aku meminta untuk ikut dengannya."Jase tersenyum kaku. "Tidak, aku yang mengajak Samuel ke sini. Aku pikir kalian sudah membuat janji."
Hazel kenatap Samuel dan Jase bergantian, ia membuang napas lelah. Harinya sudah cukup melelahkan, lalu ditambah ada tamu yang tidak diundang datang ke apartemennya. Cobaan apa lagi ini.
"Aku tadi melihat stok beer kaleng di lemari pendinginmu. Aku akan mengambilnya," Ujar Jase tanpa diminta dan langsung melenggang ke dapur.
Tatapan Hazel mengikuti Jase hingga pria itu menghilang di dapur. Ia menghembuskan napas panjang lalu pergi menuju kamarnya.
Jase sudah tertidur lelap di sofa, sementara Hazel yang kesadarannya makin berkurang akibat alkohol hanya terduduk sambil menyenderkan kepalanya di sisi sofa. Samuel menatap meja yang sudah penuh dengan bekas makanan ringan serta kaleng beer yang sudah kosong. Lelaki itu cukup kuat terhadap pengaruh alkohol, meskipun matanya sudah sayu akibat lelah dan pengaruh alkohol namun ia masih sangat sadar.Samuel mendengus geli melihat keadaan Hazel yang sangat lucu baginya. Bibir wanita itu menguncup sementara matanya menatap sayu ke arah lantai.
"Aku sepertinya sudah tidak waras," rancau Hazel tiba-tiba. "Jika seseorang memiliki rasa untuk melindungi dan membahagiakan, menurutmu apa artinya itu?" Lanjut Hazel dengan suara lemas.
Samuel mengedipkan matanya. "Entah, ada banyak hubungan yang bisa melibatkan perasaan seperti itu. Seperti, kakak dan adiknya, ayah dan anaknya, atau bahkan hubungan di antara dua orang yang bersahabat."
Perlahan tatapan Hazel mengarah kepada Samuel. Matanya yang sayu mengedip. "Lalu bagaimana kalau perasaan itu ada di antara dua orang yang tidak memiliki hubungan apapun?"
"Itu tidak mungkin." Samuel mengalihkan tatapannya dari dinding kemudian kepada Hazel lagi. "Perasaan itu bisa saja muncul hanya karena dua kemungkinan, saat kau menyayangi orang tersebut atau saat kau mencintainya."
Hazel menyeringai pelan. "Jadi maksudmu aku mencintai Jericho Winston?"
Tubuh Samuel seketika mematung, matanya yang tadi sayu menjadi segar kembali. Lelaki itu menggeleng pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Wrong✔️
RomanceHidup Hazel Kneiling jungkir balik ketika bertemu dengan Jericho Winston. Seorang lelaki dengan pesona luar biasa dan mampu memikat wanita hanya dengan tatapan mata. Pertemuan Hazel dan Jericho berawal ketika Hazel mengaku-ngaku sebagai kekasih Jeri...