Part 25

12.2K 868 10
                                    

Seorang pelayan membukakan pintu untuk Jericho dan Sarah yang baru saja sampai rumah. Jas Jericho sudah berada di lengannya, ia melonggarkan dasi sambil berjalan lalu tiba-tiba Jericho menghentikan langkahnya membuat Sarah yang berjalan di belakang Jericho melakukan hal yang sama.

"Bisakah kau berhenti mengusiknya?" Jericho melepas dasinya tanpa menatap Sarah.

Sarah mengerutkan dahi, ia menatap Jericho tak mengerti. "Apa maksudmu?"

Jericho membalikkan tubuhnya agar bisa menatap Sarah, dasinya sudah terlepas dan ia pegang di tangan kanannya.

"Hazel sudah cukup menerima banyak hujatan dari banyak orang. Aku harap kau berhenti mengganggunya."

Sarah tergelak, ia menatap Jericho tak percaya. "Kau membelanya?"

Jericho hanya terdiam menatap Sarah tanpa menjawab pertanyaannya.

Sarah memicingkan mata seraya menggeleng samar. "Aku tak percaya kau mengatakan itu padaku."

"Tapi caramu menampar dia itu sangat kasar. Bagaimana jika ada orang lain yang melihat?"

"Dia juga menyerangku dengan kata-kata Jericho! Kenapa kau membelanya?! Aku istrimu! Ada apa denganmu?!"

Rahang Jericho mengetat, ia menghela napasnya lalu mengangguk. "Benar. Kau memang istriku. Tapi hanya di atas kertas. Ingat?" Jericho kemudian melangkah meninggalkan Sarah.

Kedua tangan Sarah mengepal melihat Jericho yang berlalu meninggalkannya. Tenggorokannya terasa tercekat. Ia tak percaya Jericho yang sangat mencintai dirinya berkata seperti itu. Entah mengapa justru itu lebih menyakiti hatinya. Hanya karena Hazel, ia bisa berubah secepat itu. Pertama Samuel kemudian Jericho, entah apa yang sudah Hazel lakukan hingga membuat dua pria itu berpaling dari Sarah.

Di dalam kamarnya Jericho duduk di meja kerja yang ada di sudut kamarnya. Ia lalu membuka laptopnya, mencari satu file kemudian membukanya. Ia melihat sebuah rekaman yang diambil secara diam-diam di rumah sakit jiwa. Seorang lelaki sedang duduk di bangku taman sambil menggigiti kukunya dengan tatapan kosong.

"Lelaki yang ada di foto itu adalah Ronald. Dia salah satu pasien rumah sakit jiwa sejak beberapa tahun yang lalu. Foto itu diambil sebelum Ronald masuk rumah sakit jiwa. Dia membawa Hazel yang tidak sadar ke hotel, setelah mereka bertemu di sebuah club."

Jericho menatap lekat foto-foto yang diambil oleh temannya, foto Ronald saat masih sekolah dulu, foto Ronald ketika berumur 20-an kemudian foto Ronald bersama Hazel yang saat ini tersebar di mana-mana.

"Tapi, kenapa kau memintaku mencari tahu tentang ini?"

Jericho mengangkat wajahnya dari foto tersebut untuk menatap Danver. Jericho tersenyum tipis.

"Bukan apa-apa."

"Sepertinya dia seseorang yang berarti bagimu."

Jericho hanya menyunggingkan senyumnya.
"Bagaimana pun, terima kasih banyak Danver."

Danver mengangguk. "Itu bukan apa-apa dibandingkan denganmu yang selama ini selalu membantuku."

Jericho kembali tersenyum.

"Oh ya, di flashdisk ini terdapat video yang kuambil diam-diam dan ku rasa yang menyebarkan foto itu bukanlah Ronald karena lelaki itu tak mungkin bisa melakukannya."

Jericho mengambil flashdisk tersebut. "Kau sudah cukup membantuku. Terima kasih."

Jericho menghembuskan napas lelah. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Hazel saat ini. Hazel sudah banyak mengalami banyak masalah karena dirinya, dan sekarang dia harus menghadapi hal seperti ini lagi.
Jericho membereskan foto-foto itu dari meja kerjanya lalu menyimpannya di dalam laci.

Mr. Wrong✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang