Takdir memang lucu. Memainkan perasaan dan menjalankan peran seolah sedang berakting yang mendapat skenario alami terbaik dari Tuhan.
______________________________________Dara tak hentinya memberikan Rafa omelan, bukan tanpa alasan. Ini semua karena Rafa sering kali tak menepati janjinya, dan Dara tak suka dengan sikap Rafa yang seperti itu. Sekitar tiga hari lalu Rafa sudah berjanji untuk menemani dirinya, dan Dara sudah menunggu, namun cowok itu tak kunjung datang, saat ia menghampiri rumah Rafa juga rumah selalu tampak sepi. Rafa membuat Dara malu pada orangtuanya, saat Dara dengan bangganya memuji Rafa sedemikian rupa dengan kata manisnya, namun cowok itu selalu mengecewakan dirinya.
"Seenggaknya lo tuh kabarin gue lah Raf, kalau lo nemenin Kak Dania buat belanja bulanan." Keluh Dara.
"Ya gue ngerasa gak ada hal yang mengharuskan gue buat laporan ke lo soal hal itu." Ucap Rafa enteng.
"Gak diharuskan gimana? Gue nungguin lo Rafa." Kesal Dara.
"Ck, gini deh Dar. Gue mungkin membiarkan orang baru masuk ke hidup gue, tapi gue gak membiarkan orang baru masuk ke hati gue, karena udah ada satu nama yang gue sendiri gak mampu dan gak ada kemauan untuk menghapusnya." Ucap Rafa menatap Dara dalam.
Dara hanya diam. Ia tahu akan hal itu, namun selama ia berteman dengan Rafa, cowok itu sama sekali tak terlihat dekat dengan cewek manapun kecuali sahabat dan keluarganya. Jadi Dara masih berpikir jika ia masih bisa untuk mendapatkan peluang masuk ke hati Rafa.
"Kenapa lo jadi ngomong gitu sih? Aneh deh." Ucap Dara dengan tangan yang mengusap lehernya sendiri.
Rafa menghela nafasnya, lalu menatap Dara lagi dengan tatapan serius.
"Gue gak bego akan hal itu Dar. Gue tahu selama ini lo ada rasa sama gue. Tapi gue mohon Dara, gue gak mau jadi orang jahat untuk kesekian kalinya. Jangan berharap lebih tentang perasaan lo ke gue, karena gue gak akan bisa memberi hal itu. Gue gak mau nyakitin lo, lo cewek baik Dara, gue yakin pasti ada cowok baik juga yang lebih pantas untuk lo." Ucap Rafa.
Setelah menyelesaikan perkataannya Rafa langsung pergi meninggalkan Dara yang masih terduduk di bangku di taman kota. Memang hari ini Rafa menepati janjinya untuk menemani dirinya dan tempat terakhir yang mereka kunjungi adalah taman kota ini, dan di taman ini juga lah Rafa benar-benar menolaknya.
Dara memang salah berharap pada seseorang seperti Rafa. Cowok dengan satu cinta terbesarnya untuk gadis yang entah siapa itu. Gadis beruntung yang dapat membuat Rafa menolak banyak wanita, Dara iri dengan gadis itu. Dara ingin bertemu dengan gadis itu dan Dara akan mengucapkan kata-kata selamat dan pujian karena gadis itu bisa memenangkan hati pria yang sudah menolaknya secara terang-terangan tanpa basa-basi.
"Ya not bad lah."
Dara mengalihkan pandangannya dan terpaku pada sepasang pria dan wanita yang tampak serasi sedang berdiri di depannya. Sang pria tinggi dengan badan atletis dan memiliki wajah yang sangat diberkati. Wajah tampan tanpa ada jerawat atau noda apapun. Juga wanita yang sedang dalam rangkulan pria itu. Wanita itu sangat cantik dengan kulit eksotisnya, dan wajah yang cantik. Mereka seperti pasangan dewa-dewi.
****
"Well, ternyata alasan datang kesini bukan karena pekerjaan, namun karena something else." Ucap Melvin.
"Gue kan juga gak minta lo ikut." Sahut Rachel.
Rachel menatap Melvin singkat dengan tertawa ringan, sedangkan Melvin memasang ekspresi santainya. Melvin sudah terbiasa dengan sikap Rachel yang seperti ini. Cuek dan sedikit bicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Presence
Teen Fiction"Gue yang terlalu kaku atau lo yang udah capek perjuangin gue??terimakasih lo udah datang di hidupku membawa semua perubahan.terimakasih juga lo udah memberi perlakuan yang gak pernah gue dapat dari siapapun kecuali sahabat gue setelah Mama gak ada...