33.Kunjungan

14 2 0
                                    

Penyesalan adalah hukum karma seseorang yang meninggalkan orang lain.

____________________________________

"Hel,Mbak duluan ya" Rachel hanya mengangguk dan tersenyum saat Indah berpamitan padanya.

Saat ini ia baru saja menyelesaikan pekerjaan dan baru saja akan pulang,jika biasanya ada Rafa yang setia menunggunya kini ia hanya berdiam mematung sendiri didepan toko roti menatap seorang pria yang berdiri didepan mobil mewahnya.

"Dia kenapa ada disini?" Rachel bertanya pada dirinya sendiri,lalu menghampiri pria itu.

"Malam Hel,baru selesai?" tanya pria itu saat Rachel sudah berada tepat dihadapannya.

"Iya nih,kak Marcel ngapain disini?" jawab dan tanya Rachel.

"Sengaja,nungguin kamu" jawab Marcel enteng yang membuat mata Rachel membulat.

"Ngapain nungguin gue?" tanya Rachel spontan.

"Emm,mau nganterin kamu" setelah mengucap kalimat itu,ia langsung menarik Rachel memasuki mobilnya,lalu ia juga memasuki mobilnya.

"Sheryl gak ikut Kak?" tanya Rachel saat mobil sudah berjalan.

"Enggak,dia lagi ikut Mamanya jenguk neneknya di rumah sakit" Rachel hanya mengangguk mendengar jawaban Marcel.

Setelah mereka berdua menghentikan obrolanya hanya ada suara musik dari radio mobil Marcel,keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

Saat ini Rachel merasa bersalah karna perlakuan manis sahabatnya itu,namun ia juga merasa tak enak dengan Sheryl.

"Mau langsung pulang atau makan dulu nih Hel?,didepan kayaknya ada restoran jepang deh" Rachel menggeleng.

"Langsung pulang aja kak" jawab Rachel lalu menyebit alamat apartemen yang saat ini ia tinggali.

***

Rachel mengernyitkan keningnya saat Marcel ikut turun dari mobilnya dan mengikutinya masuk kedalam lift,saat ia bertanya untuk apa Marcel ikut,Marcel hanya menjawab.

'Mau mampir aja'

"Masuk kak" Marcel mengangguk lalu mengikuti Rachel masuk,setelah Rachel mempersilahkan duduk ia langsung duduk.

"Bentar ya kak,gue mau lihat Ayah dulu" ucap Rachel,saat ia akan melangkah Marcel mencekal tangannya, membuatnya menoleh kearah Marcel.

"Gue lihat Ayah boleh?" tanya Marcel,membuat Rachel semakin bingung.

"Emm,maksudnya Ayah kamu" lanjut Marcel.

"Ooh,iya kak,Ayah pasti seneng dijenguk sama cowok ganteng" Rachel mencoba mencoba bercanda.

Lalu keduanya memasuki satu kamar yang didalamnya terdapat seorang lelaki yang terbaring lemah diatas ranjang,Marcel sempat terpaku melihat keadaan orang yang dulu sempat ia tinggalkan,tanpa basa-basi ia langsung duduk disamping Ayahnya yang terbaring di ranjang.

"Yah,ini ada kak Marcel temen barunya Rachel" Gunawan yang tertidur lalu membuka matanya begitu ia mendengar suara Rachel,ia mencoba duduk dengan dibantu Marcel bersender di kepala ranjang.

"Boleh saya peluk?" Gunawan mengangguk sebagai jawaban,menurut Gunawan ini bukanlah pertanyaan melainkan permintaan.

Entah apa yang saat ini Gunawan rasakan, Rachel sendiri bingung saat melihat Ayahnya menangis dalam pelukan Marcel,merasa tak enak ia pun memilih keluar saja.

"Yah,Rachel buatin makan malam dulu" ucap Rachel.

Ia langsung masuk ke kamarnya untuk membersihkan diri,setelah selesai ia langsung membuatkan makan malam untuknya,Gunawan, dan tak lupa Marcel yang saat ini masih berada di kamar Ayahnya.

"Ngobrolin apa ya?kok lama banget dari tadi gak keluar-keluar" Rachel bermonolog sendiri.

Tak mau ambil pusing ia langsung bergulat dengan alat dan bahan di dapur,sekitar 30 menit lamanya hingga masakan yang ia buat sudah matang,Rachel langsung menghampiri kamar Ayahnya untuk memanggil Ayahnya dan Marcel.

"Maaf Yah ganggu,tapi makan malam udah siap,makan dulu yuk,kak Marcel ikut aja" Rachel merasa tak enak sendiri saat ia masuk dan melihat Ayahnya yang sepertinya sedang memberi wejangan pada Marcel.

Gunawan mengangguk lalu tersenyum kearah Rachel, dan berjalan ke meja makan dibantu oleh Marcel.

Suasana makan malam hanya hening karna tidak ada satu pun dari mereka bertiga yang mau membuka suara.

____________________________________

Jika Rachel makan malam dengan suasana hening lain halnya dengan Rafa sekeluarga yang makan malam dengan ramai juga dengan kedatangan Eyangnya dari jogja.

"Terus Niko sendiri pacaran udah bertahun-tahun nikahnya kapan? Gak baik pacaran lama-lama mending langsung diresmiin aja" Niko hampir tersedak mendengar ucapan Eyangnya.

"Niko kan masih muda Eyang,masih kuliah belum kerja,kalau nikah,istri Niko nanti mau dikasih makan apa?" jawab Niko.

"Ya Papa mu itu kan usahanya dimana-mana,uangnya sudah banyak,ya tinggal minta Papamu aja" balas Eyang Yanti.

"Ck,Eyang nih,kalau sudah menikah ya bukan tanggungan Papa lagi lah" bukan Niko yang menjawab melainkan Rafa.

"Lah,kalau bisa kenapa enggak?" Eyang memang tidak dapat dibantah jika sedang debat.

"Oh ya Rafa,besok Eyang mau kamu tetap stay di rumah setelah pulang sekolah,gak usah keluyuran" ucap Eyang,Rafa hanya mengangguk.

"Besok Eyang mau kenalin kamu sama seseorang, pasti kamu suka" ucapan Eyang Yanti membuat semua pasang mata menatapnya.

"Maksud Ibu?" tanya Tomy,sebenarnya ia sudah mengerti apa maksud ibunya itu.

"Rafa kan udah gede,udah cocok lah buat menikah,Ibu gak mau nanti Rafa asal pilih,jadi ibu sudah pilihkan seseorang untuk Rafa" jawab Eyang Yanti.

"Uhuk" Rafa hampir saja tersedak,mendengar penuturan Eyangnya itu.

"Maksud Eyang,Eyang mau jodohin aku?" tanya Rafa,Eyang Yanti mengangguk.

Makanan didepan mereka pun sepertinya sudah tak ada minatnya untuk dimakan lagi,Rafa langsung meminum air putih disamping piringnya.

"Aku gak mau Eyang" ucap Rafa,lalu ia pergi memasuki kamarnya.

PresenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang