Jika otak dan hati tak pernah kompak dalam suatu tindakan manusia, lalu apa daya manusia itu sendiri yang tak bisa mengontrol dirinya sendiri.
______________________________________
Setelah Rafa bertemu kembali dengan Rachel. Ia kembali sering mengurung diri di kamar. Setelah menyelesaikan pekerjaannya di rumah sakit sebagai dokter koas, Rafa akan menghabiskan waktunya di kamar. Terkadang Papanya atau Mamanya pun memintanya untuk berkumpul bersama menghabiskan waktu bersama. Seperti saat ini,Rafa memilih menyelesaikan pekerjaannya di kamarnya. Menatap laptopnya dengan fokus sembari sesekali melirik beberapa dokumen yang berceceran di atas kasurnya.Ceklek
"Kamu kenapa jadi gila kerja gini sih sayang?"
Rafa tidak perlu menoleh, ia sudah tau itu suara Rianty. Mamanya. Rianty menghampiri putranya lalu duduk di ranjang, lebih tepatnya di samping Rafa, menatap Rafa penuh arti lalu mengusap kepala putranya.
"Ada masalah?" Tanya Rianty.
"Enggak kok Ma. Cuma emang lagi banyak dokumen tentang pasien yang harus Rafa pelajari." Jawab Rafa.
Rianty menghembuskan nafasnya. Ia tau putranya ini pasti sengaja menyibukkan diri.
"Mama gak tau apa masalah kamu. Tapi kalau kamu datangi Mama dan mau cerita, Mama pasti ada buat kamu." Ucap Rianty.
Rafa menghentikan pekerjaannya, lalu menatap Mamanya dan memberikan senyum tulusnya.
"Mama adalah orang pertama yang akan Rafa datangi kalau terjadi sesuatu pada Rafa." Ucap Rafa menggenggam tangan Mamanya.
"Sekarang kamu makan malam dulu ya, udah ditunggu Abang kamu dan Papa kamu, ada Ghea juga loh yang mau makan sama kamu." Ucap Rianty.
"Mama duluan aja, nanti Rafa nyusul." Ucap Rafa.
"Gak. Yang ada kamu malah gak makan." Tolak Rianty.
"Rafa beresin ini sebentar Ma, habis itu nanti Rafa pasti ikut makan sama kalian." Ucap Rafa memberikan pengertian.
"Kemarin juga kamu bilangnya seperti itu." Balas Rianty.
Rafa menghembuskan nafasnya berat lalu menatap Mamanya pasrah.
"Yaudah kalau gitu, Mama tunggu di sini, Rafa beresin ini sebentar terus kita ke bawah bareng." Ucap Rafa mengalah.
"Oke." Balas Rianty lalu bersedekap di atas ranjang Rafa.
Rafa menggelengkan kepalanya melihat sikap Mamanya. Terkadang memang sifat Mamanya itu lebih manja dari Nathalie, namun apa daya Mamanya memang sangat istimewa di rumah ini. Entah di mata Papanya, Abangnya, dirinya sendiri, ataupun Nathalie. Bagi Rafa dan yang lain, Mamanya adalah Ratu di rumah ini.
Rafa segera membereskan Dokumen-dokumen yang terletak di ranjangnya, ia menumpuknya menjadi satu lalu menyimpan pekerjaannya yang telah ia kerjakan di laptopnya sebelum mematikan laptopnya."Sudah selesai?" Tanya Rianty setelah melihat Rafa selesai membereskan pekerjaannya.
Rafa mengangguk sebagai jawaban. Rianty berdiri lalu digiring Rafa menuju meja makan yang sudah diisi oleh anggota keluarganya. Rafa menarik kursi untuk diduduki Mamanya lalu menarik kursinya untuk dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Presence
Teen Fiction"Gue yang terlalu kaku atau lo yang udah capek perjuangin gue??terimakasih lo udah datang di hidupku membawa semua perubahan.terimakasih juga lo udah memberi perlakuan yang gak pernah gue dapat dari siapapun kecuali sahabat gue setelah Mama gak ada...