50.New life

23 2 0
                                    

Seperti Embun yang akan hilang ketika datangnya siang.
Dan Matahari yang hilang ketika datangnya malam.
Seperti itu lah aku akan menghilang ketika datangnya dia.
  ____________________________________

Pada saat Nathalie melangkah pergi suasana di ball room hotel itu masih sama. Tidak ada yang mengeluarkan suara dan bergerak dari pihak manapun hanya ada helaan nafas saja yang terdengar jelas.

Saat keluarga Alexander masih diam seribu bahasa, Juan Papa Feli menarik Maria istrinya untuk mengikutinya.

"Kedatangan anak bungsu Tomy sangat mengancam kita Ma,bagaimana kalau nanti mereka membatalkan perjodohan ini?" Juan menarik rambutnya gusar.

"Papa tenang dulu" Maria mencoba menenangkan suaminya.

"Bagaimana Papa bisa tenang Ma" Juan berjalan mondar-mandir di depan istrinya.

"Perusahaan Papa terlilit banyak hutang,satu-satunya harapan Papa ya dengan perjodohan ini. Kalau perjodohan ini gagal,peruaahaan Papa benar-benar bangkrut Ma. Papa gak mau hidup miskin" lanjut Juan.

"Mama juga gak mau hidup miskin Pa. Lalu ngapain kita masih di sini? Kita harus meyakinkan nenek tua bodoh itu untuk tetap melanjutkan perjodohan ini Pa" Maria menimpali perkataan Juan.

"Kamu benar Ma. Seenggaknya kita masih bisa mengharapkan nenek bodoh itu" Juan terkekeh.

Keduanya berpandangan lalu tersenyum miring penuh arti. Tanpa mereka sadari ada dua orang yang tadi mengikuti mereka dan tentu mendengar semua ucapan mereka.

Saat Juan dan Maria dengan kompak membalikkan tubuh saat itu pula dengan kompak mata mereka membulat kaget. Di sana di depan mereka ada sosok yang tadi ia sebut dengan sebutan nenek tua bodoh,sedang menatapnya tajam. Ia tak sendiri ia ditemani cucu sulungnya yang kini juga sedang menatapnya tajam dengan tangan terkepal.

"Ini tidak seperti yang kalian pikirkan" Juan mendekati Eyang Yanti.

"Memang seperti apa yang saya pikirkan?" Eyang Yanti bertanya balik.

"Sepertinya anda sangat tau isi pikiran saya" Eyang Yanti terkekeh menatap pasangan suami istri yang terlihat gugup di depanya.

"Coba katakan pada saya Pak Juan,seperti apa yang saya pikirkan itu?."

Niko lupa bahwa Eyangnya sangat pandai dalam urusan berbicara, bakat itu lah yang diwarisi Papanya juga hingga suskses menjadi pengacara handal.

"Membatalkan perjodohan ini? Benar seperti itu yang saya pikirkan saat ini Pak Juan?"

Juan masih diam. Ia tak tau harus berbicara apa,ia tak sadar bahwa ada orang lain selain dirinya dan istrinya di tempat ini. Ia mengakui keteledoranya ini.

"Saya kira anda tidak mendengar apa yang saya dan suami saya bicarakan tadi,anda hanya mendengar sebagian saja" Maria masih berkilah.

"Oh ya? Hanya sebagian? Lalu pembicaraan lengkapnya seperti apa?" tanya Eyang Yanti.

"Membuang cucu saya setelah kalian menguras habis hartanya? Atau kalian meracuninya dulu sebelum menguras hartanya? Sungguh malang nasib cucu saya bila harus hidup dengan keluarga menyedihkan seperti kalian" Eyang Yanti berkata tajam.

Juan dan Maria benar-benar tak bisa menjawab semua perkataan dan tatapan tajam Eyang Yanti.

"Dengan sebuah perasaan lega saya katakan pada kalian. TIDAK.ADA.PERJODOHAN ANTARA.CUCU.SAYA.DAN.ANAK.KALIAN"

Setelah mengatakan itu Eyang Yanti langsung pergi dengan tatapan angkuh.

"Sepertinya kedatangan adik saya tadi sangat tepat waktu" Niko terkekeh sebelum pergi menyusul Eyangnya.

PresenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang