Saat ini Sera tengah menemani Hana di dalam ruangan Jeno.
Ia dipaksa oleh nyonya besar karena berhutang cerita untuknya, padahal hari ini ia harus menemani Jeno untuk menemui kolega bisnisnya.
Akhirnya Sera diperintahkan untuk menemani Hana sedangkan Daehwi bertugas menggantikan Sera.
"Apa yang kau katakan dengan Jeongin?" Desak Sera.
Hana terkekeh, "Aku hanya mengatakan yang sebenarnya bahwa kau pun sama dengannya. Menunggu kepastian tapi tak ada tindakan, jadi aku memaksanya untuk melamarmu."
Sera menggelengkan kepalanya. "Sungguh aku minta maaf karena sifat kekanakanku selama ini." Sesalnya kemudian.
Hana terkekeh, "Kau sudah meminta maaf puluhan kali denganku beberapa hari ini."
"Aku serius Lee Hana."
"Iya-iya sudah aku maafkan." Hana tersenyum ke arah Sera. "Bagaimana tadi malam? Aku yakin sekali pasti Jeongin sangat konyol ketika melamarmu."
Sera menghela napasnya, kemudian mengangguk membenarkan apa yang barusan Hana ucapkan.
Obrolan demi obrolan mereka lanjutkan. Saling berbagi cerita dari kenangan masa lalu mereka sampai kehidupan masing-masing setelah keduanya lost contact.
Hingga tak terasa pintu ruangan Jeno terbuka lebar dan munculah Jeno dengan jas yang bertengger di lengannya, lengan kemejanya digulung sampai siku dan satu kancing baju atasnya terbuka.
Sera menyenggol lengan Hana lalu menggodanya, "Awas air liurmu hampir jatuh."
Hana melotot ke arahnya, sebelum ia mengomelinya Sera langsung berdiri dan bergegas meninggalkan ruangan itu setelah pamit undur diri.
Kedua mata Hana memperhatikan Jeno yang berjalan mendekati dan duduk disebelahnya.
Kemudian wanita itu mengambil tisu yang ada di meja lalu mengelap keringat yang mengalir di kening suaminya itu.
"Kakak habis dari mana? Kok sampai keringatan kayak gini."
Jeno menyenderkan punggungnya di sofa lalu memejamkan matanya, "Habis dikerjain Daehwi tadi, ikut dia turun ke lapangan pokoknya."
Tanpa sadar Hana tersenyum geli.
"Mau aku ambilkan minum?"
Hana yang berdiri dan bersiap untuk melangkahkan kakinya langsung terduduk ke pangkuan Jeno ketika tangannya ditarik pelan oleh lelaki itu.
Jeno meletakkan wajahnya diperpotongan leher Hana lalu memeluk pinggangnya erat.
"Sebentar. Biarkan seperti ini sebentar saja."
Hana mengangguk membiarkan Jeno memeluknya seperti ini.
Jeno tersenyum ketika ia menghirup aroma tubuh istrinya, selalu manis dan membuatnya candu untuk memeluknya demi aroma ini lagi dan lagi.
Tangannya terulur mengusap rambut Jeno, sesekali ia mengecek Seojin yang masih tertidur di sofa yang ada di sampingnya.
Takut-takut bayi itu menggelinding ke lantai karena ia tidak memperhatikannya.
"Jinnie sudah lama tidurnya?" Tanpa mau menjauhkan wajahnya dari leher Hana ia bertanya.
Hana mengangganggukkan kepalanya, "Hmm... Baru saja ia tertidur, kenapa?"
Jeno menjauhkan wajahnya dari leher Hana lalu mengecup bibir manis milik istrinya itu, lalu menyengir lebar. "Mumpung pangeran kecil kita tertidur aku mau meminjam bundanya dulu."
🍓🍓🍓
Seperti biasa wkwkwk
ayo ramaikan supaya
aku tripel up atau
kalo ngga up cepet
hwhwhwh ←(>▽<)ノ
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Dad 0.1 • Lee Jeno (✓). [TELAH TERBIT]
Fanfic[CERITA MASIH LENGKAP] "Ayah, Jina mau bunda!" Jeno itu duda beranak satu. Di umurnya yang tergolong masih muda, dia harus berperan menjadi Ibu dan Ayah untuk Jina, putri kecil kesayangannya. Memang tidak mudah menjalaninya, karena menjadi single pa...