" kenapa nggak masuk?" Tanya seorang cowok yang memakai kupluk ke cowok yang tengah menatap lurus ke arah gerbang sebuah sekolah.
" Gue belum siap ketemu sama dia setelah apa yang udah gue perbuat" cowok itu menunduk membuat cowok disampingnya menepuk bahunya pelan
" Lo nggak sepenuhnya salah fauzan, ini cara takdir nguji lo dengan orang yang lo cintai"
Cowok bernama Fauzan itu tersenyum tipis ke arah sahabatnya yang tengah merangkulnya dengan erat.
" Lo emang pakar cinta deh ahkam, tambah sayang deh" ucap fauzan sambil berusaha ingin mengecup pipi ahkam
" Please deh gue masih suka yang betina" ahkam menoyor kepala fauzan membuat cowok itu beringsut menjauh dari ahkam.
" Hehe maaf kealayan gue lagi kumat"
Ahkam memutar bola matanya malas membuat Fauzan menyengir lucu ke arahnya.
" Udah dari dulu, tapi lo nya aja yang baru sadar"
Fauzan menulikan pendengarannya dan beranjak memasuki gerbang sekolahnya saat dia masih SMA dulu dan meninggalkan ahkam yang sedang berkomat-kamit.
Saat berjalan melewati koridor sekolahnya dulu, fauzan memilih untuk segera memasuki ruang kepala sekolah dan melihat kepala sekolah tersebut tengah berbincang dengan seorang laki-laki yang memakai jaket merah.
Fauzan mendekat ke arah meja kepala sekolah itu diikuti oleh ahkam yang tengah asik memainkan game di ponselnya.
" Assalamualaikum pak, saya Muhammad Ali Fauzan mahasiswa jurusan pertanian yang akan menggantikan ibu dewi jadi guru prakarya disini" ucap fauzan membuat kepala sekolah dan laki-laki itu seketika menoleh
" Ohh baik, kamu sudah datang rupanya" kepala sekolah itu tersenyum dan mempersilahkan fauzan dan ahkam untuk duduk di kursi yang berada di samping mejanya. Sedangkan, cowok yang tadi, masih duduk di sebuah kursi yang berada di hadapan kepala sekolah itu.
" Kalo begitu kamu diskusikan lagi sama deby soal rencana kamu itu putra" ucap pak kepala sekolah membuat Fauzan yang semula menunduk tiba-tiba mendongakkan kepalanya saat mendengar nama yang tidak asing di pendengarannya.
" Saya ingin mendiskusikan ini jauh-jauh hari sebelumnya pak. Tapi, yang saya liat, deby seperti tidak mempunyai minat untuk membantu saya"
" Anak itu benar-benar"
Fauzan masih setia mendengar pembicaraan antara dua orang itu yang mengikut sertakan nama seseorang yang membuat fauzan kacau akhir-akhir ini.
" Kalo gitu kamu tenang saja putra, saya akan memaksa deby untuk membantu kamu melakukan kegiatan ini"
Cowok bernama putra itu tersenyum sambil mengangguk. Sedangkan Fauzan sedari tadi hanya mengernyit bingung mendengar pembicaraan mereka.
" Kalo gitu saya permisi dulu pak"
" Baik" ucap kepala sekolah membuat putra segera melangkahkan kakinya keluar dari ruangan kepala sekolah itu.
" Ahh, saya sampai lupa dengan keberadaan kalian" kepala sekolah itu menegakkan tubuhnya yang semula menunduk menulis sesuatu di mejanya.
" Tidak apa-apa pak, kami mengerti" fauzan tersenyum sambil menyikut pelan ahkam yang masih asik memainkan ponselnya, entah apa yang dimainkan oleh temannya itu. Sampai-sampai suara game yang dimainkan ahkam terdengar jelas membuat kepala sekolah itu terus memperhatikan mereka berdua dengan tatapan lurus.
Double kill...
Tripple kill...
Maniac...
Victory...
Dan pada akhirnya...
" Yuhuu, gue menang weee" ahkam mengangkat tinggi-tinggi ponselnya sambil berteriak heboh tanpa mempedulikan fauzan yang tengah menatapnya dengan mata yang nyaris hampir keluar.
Dengan gemas, fauzan menginjak kaki ahkam dengan keras membuat cowok itu berteriak kesakitan. Dan hal itu masih setia diperhatikan oleh kepala sekolah.
" Malu gue monyet" ahkam melirik ke arah kepala sekolah yang tengah menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku kedua pemuda di depannya.
Ahkam menyengir sambil mengusap tengkuknya karena gugup. Dengan gerakan cepat ahkam menundukkan kepalanya sambil minta maaf karena ketidaksopanannya itu.
" Maafkan saya pak, saya kelepasan hehe" ahkam menyengir lucu membuat fauzan yang disebelahnya menatapnya dengan datar.
" Tidak apa-apa saya mengerti kalo soal itu, soalnya saya juga pernah muda" kepala sekolah itu ketawa membuat ahkam juga ikut tertawa. Namun, saat melihat wajah datar dari fauzan, ahkam seketika menghentikan tawanya.
•••
" Ishh aidah, gue mau curhat" deby terus menarik pergelangan tangan aidah yang masih sibuk menonton acara sholawatan milik 3A di ponsel andini.
" Diem deb, gue mau nonton calon imam gue dulu"
" Ishh dasar kepedean" deby menghentakkan kakinya kesal dan berjalan menuju pintu depan kelasnya.
Sesampainya di depan pintu deby segera menutup pintu kelasnya agar cahaya matahari tidak memasuki kelasnya itu, saat sudah menutup pintu kelasnya deby dikejutkan dengan kedatangan putra yang sedang berjalan menuju ke kelasnya. Dengan terburu-buru deby segera membalikkan tubuhnya. Namun, secara bersamaan ada hamka yang tiba-tiba membuka pintu kelas membuat dahi cewek itu tertubruk di daun pintu.
Brukkk...
Semua yang berada di kelas mendengar suara itu. Dan saat mereka melihat ke arah pintu mereka pun tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi yang ditunjukkan deby
Hamka menahan tawanya saat melihat wajah deby yang seperti mau menangis. Sedangkan deby masih setia mengelus dahinya yang sedikit memerah.
" Hamka sakit tau nggak, lo kalo mau buka pintu liat-liat kek, sakit nih dahi gue"
" Yeee, salah lo sendiri ngapain berdiri di depan pintu kayak patung selamat datang"
" Tau dah sebel gue" deby mendengus kesal membuat hamka tertawa kecil.
Deby masih setia mengelus dahinya. Namun, kegiatannya itu terhenti saat sebuah tangan menepuk bahunya lembut. Dia pun membalikkan tubuhnya dan seketika mematung saat melihat cowok yang tadi ingin dia hindari tiba-tiba berdiri di hadapannya.
" Nah kan gagal lagi gue ngehindarin dia" batin deby saat melihat cowok itu menatapnya terus menerus.
Jangan lupa vommentnya yaa😊
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Stadt-Zombie
Short Storyapa yang akan terjadi jika tempat kalian menuntut ilmu adalah tempat yang akan membuat kalian bertemu dengan makhluk aneh? lalu, bagaimana perasaan kalian jika semua orang terdekat kalian adalah korban? apakah kalian akan membiarkan mereka berkeliar...