" halo papa?"
" Deby, pa...pa s...sayang ka...mu nak" ucap papa deby dengan suara yang mulai memberat membuat deby gemetar
" Papa baik-baik aja kan? Papa bakalan nemuin deby kan?" Bibir deby gemetar saat mendengar suara papanya mulai melemah dan deby bisa mendengar suara papanya yang mengeluarkan erangan kecil
" Arghh pa...pa, baik-....baik sa...ja nak, papa tu...tup dulu yaa, papa mau is...tira...hat, bad...an papa sa...kit se...mua" ucap papa deby dengan suara yang tersendat-sendat
" Tapi pa, de_"
Tut...
ucapan deby terpotong saat mendengar sambungan telepon dari ayahnya terputus membuat perasaan deby semakin tidak enak
" Kenapa?" Tanya putra membuat deby menggelengkan kepalanya dengan perasaan gusar
" Papa terinfeksi" batin deby dengan pandangan yang mulai berkabut karena mulai di tutupi air matanya yang tengah membendung di kedua kelopak matanya
" Ini rumah gue kak" putra membelokkan mobil yang dinaikinya dan segera memasukannya di dalam pekarangan sebuah rumah dan disusul mobil hitam yang berada tidak jauh di belakangnya
Mereka semua segera turun dan mulai memasuki rumah kindi yang terlihat sepi itu
" Ini rumah apa kuburan? Sepi amat?" Tanya ahkam yang tidak direspon sama sekali karena semuanya sudah berjalan memasuki rumah kindi yang berwarna putih itu
Fauzan dan putra segera menutup pintu rumah itu dengan lemari besar yang tidak berada jauh dari ruang tamu, dan segera menuju ke yang lainnya saat melihat mereka semua tengah duduk di sofa
" Sabar Hamka" ucap dirga sambil mengelus punggung hamka yang terlihat rapuh karena kepergian Rani
Hamka tersenyum tipis membalas perkataan dirga dan kembali menundukkan wajahnya sambil menarik nafasnya secara perlahan
" Ortu lo mana kin?" Tanya putra membuat kindi terdiam
" Ibu gue udah lama meninggal kak, kalo papa lagi ada urusan bisnis di luar negeri, jadi gue sendiri di rumah, sebenernya ada bibi. Tapi, dia bakalan datang di rumah hanya setiap pagi" putra mangut-mangut mendengar penjelasan kindi dan menepuk bahu cowok itu berusaha memberinya semangat
" Kita ngapain?" Tanya deby
" Makan boleh?" Azmi menyengir membuat yang lainnya serempak menengok ke arahnya
" Yok kita ke dapur" ucap deby semangat sambil berjalan menuju ke arah dapur di rumah kindi dan diikuti azmi di belakangnya
" WOY, EMANG LO TAU DIMANA LETAK DAPURNYA?" teriak kindi membuat deby berbalik dengan cengirannya
" Hehe nggak tau, tunjukkin donk" kindi menatap datar ke arah deby membuat cewek itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
" Perasaan lo udah berapa kali ke sini deh deb, plus lo juga udah pernah nginap disini, masa lo nggak ingat letak dapurnya dimana?" Omel ayu membuat deby menggelengkan kepalanya dengan wajah polos
" Habisnya rumahnya si kindi gede banget sih, kalo ada peta kan bagus, jadi gue nggak bakalan nyasar hehe" semuanya hanya bisa tertawa melihat ekspresi yang ditunjukkan deby yang malah membuat kindi dan ayu merasa jengkel.membuat semuanya seketika melupakan kejadian yang baru saja mereka alami
" Deb, aku malah ke wc bukan ke dapur" ucap azmi yang baru muncul dengan santainya membuat kindi naik pitam
" Nah kan, gue aja bingung" balas deby membuat fauzan tersenyum kecil ke arahnya
" Makanya jangan sok" ayu berjalan mendekati azmi dan deby diikuti fira dan andini yang berada di belakangnya
" Udah biar kita aja yang nyari makanannya, lo tunggu disini aja sama mereka" ucap fira ke azmi membuat cowok itu menggelengkan kepalanya
" Mau ikut kalian aja" Fira menaikkan alisnya saat mendengar ucapan azmi
" Aku mau pup soalnya, capek dari tadi nahan terus" azmi menggaruk kepalanya yang tidak gatal membuat semuanya menahan tawa
" Ihh dasar jorok" ucap deby sambil menutup hidungnya menggunakan kedua tangannya
" Kenapa dari tadi diam aja sih?" Tanya ayu saat melihat aulia dan aidah sedari tadi hanya diam mematung
" Gue nggak suka ada orang egois di sini" ucap aidah sambil melirik sinis ke arah aban yang menundukkan kepalanya
" Maksud Lo apa sih? Lo mau cari gara-gara sama gue?"
" Alah bacot, diem aja lo"
" Udah deh diem, emang lo berdua mau gara-gara suara lo berdua tuh zombie bakalan kesini? Iya?" Ucap ikram membuat aban dan aidah segera diam
Dengan kompak mereka menutup mulut menggunakan kedua tangannya dan serempak menggelengkan kepalanya membuat ikram tersenyum puas
" Gitu kek dari tadi"
Deby yang melihat itu hanya tersenyum kecil. Dan seketika wajahnya murung saat mengingat papa nya yang tadi menelfonnya
" Semoga papa baik-baik aja" ucap batin deby membuat Fauzan terus menatap ke arahnya
Jangan lupa vommentnya 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Stadt-Zombie
Short Storyapa yang akan terjadi jika tempat kalian menuntut ilmu adalah tempat yang akan membuat kalian bertemu dengan makhluk aneh? lalu, bagaimana perasaan kalian jika semua orang terdekat kalian adalah korban? apakah kalian akan membiarkan mereka berkeliar...