53

929 67 3
                                    

" cepat bersiap-siap, kalo kita udah bisa nyelamatin fira, dan bisa ngambil penawar itu, kita langsung keluar dari kota ini"

" Gimana caranya?"

" Pergi ke bandara, karena diudara lah satu-satunya jalur yang aman buat kita semua"

" Lo yakin put?"

" Gue nggak pernah seyakin ini" fauzan mengangguk membuat putra menepuk bahunya pelan

Putra beranjak berdiri meninggalkan Fauzan yang tengah termenung memikirkan cara untuk menyelamatkan Fira

" Put" Putra menoleh saat mendengar suara Fauzan yang memanggilnya

" Lo sama deby gimana?" Putra menghela napasnya dan tersenyum hambar

" Dia nggak mau ketemu ama gue" lirih putra sambil menundukkan wajahnya

" Tapi gue akan terus berusaha, gue nggak mau kehilangan dia"

" Semoga" fauzan tersenyum membuat putra membalas senyuman cowok itu









" Deb?" Panggil hamka membuat deby menoleh

" Apa?"

" Lo belum mau berbaikan?" Tanya hamka takut-takut

Deby menoleh sambil memicingkan matanya membuat hamka menelan salivanya dengan susah payah

Senior kampret...

Hamka serasa ingin mengutuk putra yang seenak jidat menyuruh dia untuk berhadapan dengan deby untuk menanyakan apakah deby sudah memaafkan putra atau tidak

" Emangnya gue punya musuh? Sampai-sampai gue harus berbaikan?" Hamka menggelengkan kepalanya membuat deby mengangguk

" Gue nggak pernah benci orang, sekalipun dia nyakitin fisik maupun hati gue" ucap deby tenang membuat hamka mengusap dadanya secara perlahan

Akhirnya...

Hamka bisa terbebas dari bayang-bayang putra yang terus memaksanya untuk bertanya dan membujuk deby. Hamka pun beranjak meninggalkan deby yang masih menyiapkan senjata-senjata yang akan dia gunakan

" Tapi..." Suara intrupsi deby membuat langkah hamka terhenti

" Gue nggak bisa maafin senior lo itu" dirga dan putra yang bersembunyi di balik tembok seketika terdiam terlebih putra yang tiba-tiba mematung mendengar perkataan deby

" Kenapa? Bukannya lo bilang lo nggak akan ngebenci orang? Tapi kenapa lo nggak mau maafin kak putra?"

Deby tertawa hambar membuat putra yang melihat itu merasa sakit di hatinya karena sudah membuat cewek itu kecewa dengan sikapnya

" Maaf, gue bisa kok maafin dia. Tapi, gue nggak bakalan mau nganggap dia lagi" ucap deby tersenyum kecut

" Maksud lo?" Ucap hamka kebingungan

" Gue bakalan lupain perasaan gue ke dia, dan jauhin dia" deby berjalan mendekat ke arah hamka dan menepuk pelan bahu cowok itu

" So, bilang ke senior lo itu buat nyari pengganti gue aja"

Dirga melihat ke arah putra yang sudah mengepalkan kedua tangannya. Pertanda bahwa cowok itu tengah menahan emosinya

" Sabar put"

" Gue nggak mau kehilangan dia dir, gue nggak mau, gue cinta sama dia dir"

Hamka yang mendengar suara gaduh itu mencoba mendekat ke arah putra dan dirga yang kini tengah menenangkan putra yang terlihat frustasi

" Kak putra"

" Dia nggak bakalan ninggalin gue kan dir? Deby nggak serius ngomong gitu kan? Gue nggak rela hiksss, gue nggak mau kehilangan dia untuk kedua kalinya, gue nggak mau dir hikss gue nggak mau"

" Put, tenang put" putra menggelengkan kepalanya sambil tertawa terbahak

" Dia nggak bakalan ninggalin gue, nggak bakalan, gue bakalan paksa dia buat selalu ada buat gue" ucap putra sambil menyunggingkan senyum sinisnya

Dirga memegang kepalanya frustasi melihat putra seperti orang yang gangguan jiwa

" Lo kapan sembuhnya sih put?" Batin dirga sambil tersenyum miris melihat putra yang kini tengah memainkan pisau lipat kecilnya









" Kak putra, kak dirga ayo turun makan dulu" ajak andini membuat hamka menatapnya

" Gue? Nggak lo ajak juga?"

" Ogah" hamka menatap datar ke arah andini yang tengah menjulurkan lidahnya ke arah hamka

" Kurang asem lo"

" Tambahin asem makanya pak, susah banget jadi makhluk hidup"

" Udah-udah kenapa kalian malah ribut sih? Ayo kita makan" ucap azmi melerai perdebatan andini dan hamka

" Dengar tuh kata suami lo"

" Ishh apaan sih lo" ucap andini sambil berusaha menyembunyikan rona merah dikedua pipinya

" Ihiyyy andini blusshing"

Andini menunduk malu membuat semua yang berada disitu menyoraki nama andini dan juga azmi yang terlihat malu-malu kucing

" TOLONG!!!"

Mereka terperanjat saat mendengar suara teriakan aulia yang berada di halaman belakang rumah fira.
Kindi dan Fauzan dengan cepat berlari ke arah suara aulia
















" AUL, PEGANG TANGAN GUE"

" NGGAK DEB, GUE NGGAK MAU"

" AUL!!!"

" NGGAK DEB"

Deby terduduk saat melihat kedua zombie itu berhasil menangkap tubuh aulia dan mencabik-cabik daging tubuhnya dengan lincah

Perlahan namun pasti deby bisa melihat aulia yang terlihat kejang-kejang dan berubah menjadi kedua zombie itu. Aulia yang berubah menjadi zombie mendekat ke arah pagar dimana deby berdiri dibaliknya

" AUL, NGGAK, INI NGGAK MUNGKIN" deby menutup matanya berusaha menahan tangisnya saat melihat kedatangan aidah yang tiba-tiba menangis dengan kencang melihat aulia saudara kembarnya menjadi bagian dari zombie itu

































Jangan lupa vommentnya ☺️






Stadt-ZombieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang