" GILAAA HAMKA LO PIPIS DI CELANA YAA?" ayu keluar dari tempat persembunyiannya diikuti yang lainnya
Hamka menyengir membuat putra yang melihat itu mengangkat alisnya satu
" Ketum kok pipis?"
Semua terbahak mendengar ucapan putra membuat hamka malu setengah mati.
" Pantesan dari tadi pas gue sembunyi di bawah kakinya hamka kayak ada bau amis, ternyata ehh ternyata Lo pipis toh" hamka menggeram marah mendengar ayu yang kembali berbicara
" Lo tuh yaa kam_"
" Ekhem" ucapan hamka terhenti saat melihat kindi yang tengah melipat kedua tangannya didepan dada
" Hehe maaf bos chuu" kindi memutar kedua bola matanya dan menjulurkan tangannya ke arah ayu.
Ayu yang melihat itu dengan segera pergi mendekat ke arah kindi membuat kindi mengenggam tangannya dengan erat membuat ayu seketika merasa tenang
" Alay banget pake pipis segala dasar jorok" sungut rani membuat hamka naik pitam
" Ehh gue mau pipis di celana kek, mau pup kek, mau muntaber kek terserah gue itukan manusiawi dan reflek karena gue ketakutan, jadi Lo diam aja jangan banyak bacot" rani mencibir yang hanya dibalas Hamka dengan tatapan tajam
" Serah lo aja dah"
Rani berjalan mendekati aidah yang kini tengah mencoba menghubungi seseorang melalui ponselnya.
" Deby nggak angkat" aidah menurunkan ponselnya dengan perlahan membuat yang lainnya menatap sendu
Putra yang mendengar nama deby disebut langsung menghampiri aidah yang masih asik mengecek layar ponselnya
" Deby mana?" Tanya putra membuat Fauzan menoleh cepat
" Deby di bawah kak dia nyuruh kita ke atas karena dia yang ngalihin perhatian zombie-zombie itu"
" Hah? Lo semua gila? Disini kebanyakan cowok tapi kenapa deby yang lo suruh hah?" Tanya dirga dengan lantang membuat semuanya seketika terdiam
" Deby tiba-tiba lari ke arah lapangan kak, dan kita nggak tau" hamka menunduk takut saat melihat tatapan tajam putra yang sedari tadi menatapnya
Hening mengisi ruang lab itu meninggalkan suara teriakan kesakitan dari arah bawah yang sama sekali tidak di gubris oleh mereka semua
Tiba-tiba dari arah bawah tangga, ikram mendengar suara langkah kaki yang tengah mengendap-endap menaiki tangga satu per satu membuat mereka semua dengan segera berlari untuk menyembunyikan diri
Tap...tap...tap...
Suara langkah kaki itu semakin dekat memasuki pintu lab yang ditutup dengan menggunakan meja belajar yang terbuat dari besi membuat mereka semua menahan nafas
•••
Deby membuka paksa pintu yang berada di depannya dibantu oleh azmi dan juga Aban yang kini mendorong pintu lab itu menggunakan kursi yang sudah tak terpakai
Aban mundur selangkah membuat azmi dan deby yang melihatnya menatap bingung ke arahnya
" Ehh bang jangan berhenti donk, bantuin kita ini" protes azmi saat melihat aban tengah menatap pintu di depannya
" Kalian berdua minggir" Azmi dan deby yang mendengar itu dengan segera menyingkir
Aban mundur dan berusaha membuka pintu lab itu dengan cara menendangnya membuat deby melayangkan protes
" Itu sarungnya dibuka dulu" peringat deby saat melihat aban yang masih memakai sarung kotak-kotak nya yang berwarna hitam
" Husst udah diem"
Deby berdecak dan kembali mundur ke tempat berdirinya tadi membuat aban dengan mudah melancarkan tendangan nya
BRUK...BRUK... BRAK...
KREK...
Azmi dan deby yang melihat itu sontak saja menahan tawanya saat melihat aban yang sudah berhasil membuka pintu lab itu dengan tiga kali tendangan
Aban tersenyum puas saat melihat pintu lab itu terbuka lebar, dia menggosok kedua telapak tangannya bermaksud membersihkan debu yang menempel di tangannya dan berbalik menatap azmi dan deby sambil tersenyum penuh kemenangan
" Kenapa lo berdua nahan tawa kek gitu?" Tanya Aban dengan segera. alisnya terangkat satu saat melihat wajah azmi dan deby yang memerah karena menahan tawa
" Bang sarungnya" ucap azmi dengan tangan yang menunjuk ke arah sarung yang dipake Aban
" Kenapa? Sarung gue baik-baik aja tuh"
" Ishh liat dulu sarungnya, Lo mau gue duluan yang liat masa depan lo daripada istri sah lo?" Ucap deby dan segera melengos masuk meninggalkan Azmi dan aban yang masih berdiri di depan pintu
" Ekhem, sarungnya bang, robek gara-gara tendangan mautnya Abang tadi hehe" Aban yang mendengar itu dengan segera melihat ke arah bawah
Cowok itu melotot kaget saat melihat sarungnya yang robek menjadi dua bagian membuat cowok itu seketika menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
" Gue nggak bawa celana, gimana donk?" (Aban)
" Untung gue nggak terlalu liat (Deby)
" Suara zombienya kayak gue kenal" (Putra)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stadt-Zombie
Short Storyapa yang akan terjadi jika tempat kalian menuntut ilmu adalah tempat yang akan membuat kalian bertemu dengan makhluk aneh? lalu, bagaimana perasaan kalian jika semua orang terdekat kalian adalah korban? apakah kalian akan membiarkan mereka berkeliar...