30

1.2K 89 1
                                    

" halo aisyah?"

Grrrhhh...

Tut...Tut...Tut...

Ayu menutup mulutnya berusaha untuk meredamkan suara tangisannya. Dia menatap nanar ke arah ponsel yang menampilkan nomor ponsel adiknya yang berada di luar jangkauan. Ingatannya kembali saat mendengar suara geraman yang berasal dari seberang telfon

Kindi yang melihat itu dengan segera membawa tubuh ayu ke pelukannya berusaha untuk menenangkan cewek itu

" Kin, aisyah nggak papa kan?" Kindi diam. Bingung ingin menjawab apa untuk pertanyaan kekasihnya itu

Namun, yang hanya bisa kindi lakukan adalah mengusap lembut kepala cewek yang kini berada di pelukannya

" Kin? Kita bakalan selamat kan?" Tanya ayu lagi membuat kindi menghela nafas

Dengan gerakan lembut kindi menhadapkan wajah ayu untuk menghadap ke wajahnya. Melihat wajah merah dan mata bengkak yang mengeluarkan air mata dari ayu membuat hati kindi terasa teriris

" Kindi jawab aku" ucap ayu lirih sambil menarik seragam putih kindi yang sedikit terlumur dengan darah kering

" Kira bakalan selamat, aku yakin itu" ucap kindi yakin membuat ayu menggelengkan kepalanya

" Untuk saat ini aku nggak bakalan percaya sama kamu" kindi terus menatap ke arah ayu yang kini menundukkan wajahnya

" Kita nggak bakalan selamat, aku rasa ini kiamat kecil yang diberikan Allah buat kita semua" kindi menaikkan alisnya satu saat mendengar penuturan kekasihnya itu.

Mendengar itu, kindi berusaha untuk menahan tawanya karena mendengar penuturan ayu yang kelewat polos

" Aku nggak mau mati kin, aku nggak mau pisah dari kamu sama yang lainnya" kindi menggigit bibir bawahnya dengan muka yang sudah memerah karena menahan tawa sedari tadi

" Kamu mukanya kok kek gitu sih? Kamu mau ketawain aku ya?" Ucap ayu penuh selidik membuat kindi dengan cepat menggelengkan kepalanya

" Nggak kok, jangan suudzon lah"

" Tau ahh, bikin sebel aja"

Kindi tersenyum dan menggenggam kedua tangan ayu yang di letakkan cewek itu di atas pahanya

" Kita nggak bakalan mati kan?" Tanya ayu lagi yang kini menatap ke arah kindi

" Nggak ada yang mati, kalo kita semua saling solid untuk menghindari makhluk menjijikkan itu" ayu tersenyum membuat kindi dengan segera mengusap pelan Puncak kepala cewek itu

•••

" Gimana caranya kita nyelamatin diri put? Mereka itu semakin banyak dan kita nggak mungkin berdiam diri di sini buat nungguin mereka datang ngehabisin kita semua" putra menghembuskan napasnya saat mendengar penuturan dirga. Putra akui perkataan dirga memang benar. Seharusnya mereka bertindak cepat untuk keluar menyelamatkan diri mereka. Bukan bertindak santai seolah-olah tidak ada bahaya yang mengintai mereka

" Kita bakalan pergi dari kota ini" ucap putra membuat keenam cowok yang duduk di ruang tamu itu menolehkan kepalanya dengan cepat ke arah putra yang juga menatap ke arah mereka

" Maksud lo? Kita?"

"Iyaa, gue liat ibukota dijaga ketat oleh aparat keamanan karena gue sempat dapet sinyal tadi"

" Gimana caranya coba kita pindah kota kak? Kita mau make apa? Becak? Bentor? Odong-odong atau kita sepedaan?" Ucap hamka dengan nada santai membuat kindi yang di sampingnya menatapnya datar

Tuk...

" Sakit ogeb, lo kira kepala gue nggak sakit apa?" Ikram menghembuskan napasnya kesal dan kemudian mengangkat kedua tangannya

" Nyerah gue punya temen model kek gini ya Allah"

Hamka mendelik kesal ke arah ikram membuat cowok itu meninju lengan cowok itu dengan keras membuat ikram mengaduh kesakitan. Sedangkan, hamka tidak menggubrisnya sama sekali

" Kita naik apaan kak?" Tanya kindi yang masih normal sedikit diantara Ikram juga hamka yang seperti Tom and Jerry

" Kita ke bandara buat ngambil penerbangan ke Jakarta"

" HAH???" semua cowok yang berada di ruang tamu itu menoleh ke arah dapur dan melihat aidah dan andini yang memasang wajah cengo

" Hah hih huh heh hoh" ucap ikram menirukan ucapan aidah dan andini tadi membuat kedua cewek itu menatapnya datar

" Kita ke bandara? Ngapain kak? Jualan? Hahaha" putra menatap andini dengan tatapan tajamnya. Namun, tidak disadari oleh cewek itu

Aidah yang melihat andini semakin tertawa terbahak dengan cepat menarik ujung jilbab cewek itu saat melihat wajah putra yang memerah

" Sakit bego" protes andini membuat aidah mencebikkan bibirnya

" Elo siap-siap aja di omelin kak putra"

Andini mengikuti arah pandang Aidah yang menampilkan wajah putra yang tidak bersahabat sama sekali membuat cewek itu menyengir

" Maaf kak, gue kan cuma bercanda biar nggak ada ketegangan gitu"

" Hem"

" Buset dah, kalo misalnya deby udah resmi pacaran ama kak putra gue kasian deh sama si deby" Aidah menolehkan kepalanya saat melihat Andini kembali mengeluarkan suaranya

" Kenapa emangnya?"

" SOALNYA KAK PUTRA KEK EMAK-EMAK PMS SIH, MARAH-MARAH MULU, PANTESAN DEBY KAGAK TERIMA-TERIMA CINTANYA" andini berlari ke arah dapur saat melihat putra melemparkan bantal sofa ke arahnya. Sedangkan putra mati-matian menahan kekesalannya terhadap juniornya yang satu itu tanpa mempedulikan semua orang yang kini menahan tawanya

" Dasar junior kampret"

Jangan lupa vommentnya 😊

Stadt-ZombieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang