05

1.9K 144 0
                                    

"ARGHHHH"

Suara teriakan itu sukses membuat putra dan yang lainnya berjengkit kaget.

Mereka pun memfokuskan pandangan mereka ke arah koridor yang menghubungkan ruang guru dan kelas 10 IPS. Dan disaat itu pula mereka melihat deby yang berlari ketakutan dengan tangan aidah yang berada didalam genggamannya

Aidah yang melihat putra dan yang lainnya berada di lapangan dengan segera mengambil alih tangan deby dengan menariknya menuju ke lapangan

" Lo kenapa deb?" Tanya hamka saat melihat deby berdiri dengan tubuh yang gemetar

Keringat dingin membasahi dahi deby membuat cewek itu hanya diam seribu bahasa dan tidak menjawab pertanyaan hamka

" Kenapa sih?" Hamka bertanya ke aidah yang hanya dibalas gelengan kepala dari cewek itu

Putra menggenggam tangan deby dan membawa cewek itu untuk duduk di sebuah tempat duduk yang sudah disediakan disitu

" Lo kenapa?" Deby menggelengkan kepalanya dengan nafas yang tidak beraturan membuat putra dengan segera membawa cewek itu ke dalam pelukannya

" Husst nggak usah takut, ada gue di sini"

Andini yang melihat itu hanya mencibir di dalam hatinya melihat seniornya yang mengambil kesempatan memeluk temannya itu

Setelah tenang, deby dengan segera melepas diri dari pelukan yang diberikan putra dan menatap cowok itu dengan pandangan tidak enak

" Lo kenapa sih deb? Kayak orang yang abis liat setan aja"

" Iyaa deb, Lo kenapa sih tadi? Gue hampir jatuh tadi di tangga gara-gara Lo tiba-tiba narik gue"

Deby menarik nafasnya pelan dan menatap mereka satu persatu

" Tadi pas gue lagi nyenter di dalam hutan, gue nggak sengaja arahin senter gue di seseorang"

Semua yang berada disitu menatap deby secara intens membuat deby kembali melanjutkan ucapannya

" Dari belakang gue liat orang itu kayak kejang-kejang gitu bajunya compang-camping, dan pas dia balikkin badannya ke arah gue, wajahnya itu hancur dan dia kayak zombie-zombie yang gue nonton tadi pagi"

Semua yang berada disitu saling berpandangan dan kemudian tertawa terbahak-bahak. Sampai-sampai hamka terduduk di tanah karena mendengar perkataan deby.

" Ada-ada aja deh lo deb, mana mungkin ada zombie di dunia nyata, itu tuh cuma ada di film-film doank" Hamka mengusap air matanya yang berada di sudut matanya

" Tapi gue seriusan"

" Udah deh deb, itu pasti efek ketakutan lo karena tadi nonton train to Busan doank, jadi nggak usah bicara yang aneh-aneh"

Deby terdiam mengiyakan perkataan aulia dan kembali menatap mereka semua satu persatu

" Tapi gue takut"

" Udah biasa aja, pulang yuk gue mau nginap di rumah lo, ortu gue lagi ke kampung" Andini mengapit tangan deby namun, di tahan oleh putra

" Hamka Lo antar andini ke rumahnya deby, dan biar gue yang antar nih cewek" putra melirik deby yang tengah menatapnya dengan tatapan jengkelnya

" Oke kak, andini ayo jangan lelet"

" Lo nggak bakalan jatuhin gue lagi kan?" Hamka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu. Pasalnya, hamka pernah membuat andini jatuh dari atas motor saat mereka tengah terburu-buru menuju ke sekolah untuk latihan. Karena takut di hukum, hamka pun menancap gas dengan sangat kencang membuat andini yang tidak siap pun akhirnya jatuh dengan bokong yang mendarat duluan di tanah

Aidah tertawa saat mendengar gerutuan Andini, pasalnya cewek itu pernah curhat ke aidah soal dirinya yang dibuat hamka jatuh dari atas motor

Andini menatap tajam ke arah Aidah yang masih asik tertawa dengan kencang.

" Diem lo"

Deby menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku kedua temannya itu. Tanpa mempedulikan putra yang terus menatapnya dengan intens

Mereka pun meninggalkan sekolah yang dihiasi gelapnya malam itu. Tanpa mereka sedari ada sepasang mata yang menatap mereka dengan tajam dengan menggeram tertahan

•••

Suara deru motor terus menghiasi sepanjang perjalanan yang dilewati oleh putra dan deby menciptakan keheningan yang seperti enggan mereka tinggalkan

Putra terus menatap ke arah spion yang memperlihatkan wajah deby yang terlihat tidak nyaman berada di belakangnya membuat putra menghembuskan nafasnya pelan

" Nggak usah pikirin kejadian tadi, anggap aja lo nggak pernah liat" deby mengangguk samar membuat putra tersenyum dibalik helm yang di pakainya

Keheningan itu kembali menghampiri mereka berdua membuat mulut putra terasa gatal untuk terus mengajak deby berbicara. Namun, rupanya sangat sulit membuat cewek itu membuka suaranya

" Emm deb?" Panggil putra dijawab deheman oleh deby

" Kapan lo bisa nerima gue?"

Dibelakang deby menggigit bibir bawahnya, sungguh dia sangat tidak nyaman dengan pertanyaan yang dilontarkan putra terhadapnya

" Gue butuh waktu kak"

Putra tersenyum tipis mendengar jawaban deby, dengan gerakan lembut putra menarik kedua tangan deby untuk melingkar di kedua pinggangnya membuat deby gugup setengah mati

Sedangkan putra tersenyum saat melihat deby tidak menolak tingkah lakunya yang terlihat semaunya saja. Tapi, jujur putra ingin sekali waktu berhenti untuk saat ini saja. Dia tidak ingin membuat waktu berjalan dan membuat dia tidak bisa seperti ini dengan Deby

Stadt-ZombieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang