Dua puluh Lima

2.1K 168 53
                                    

Yoon Myeong Ju menatap kepergian Kang Mo Yeon dengan beribu tanya apa yang dimaksud oleh dokter bedah wanita dari Rumah Sakit Haesung itu.

"Wah.. dia bicara padaku seolah aku ini seorang musuh." Yoon Myeong Ju nemutar bola matanya tidak percaya.

Dia kurang suka pada orang yang berbelit-belit. Dia berpikir seharusnya Kang Mo Yeon berbicara terus terang apa masalahnya.

"Siapa yang menganggapmu sebagai musuh?"

"Mantan kekasihmu."

"Kang Mo Yeon? Ada apa?"

"Kau bisa tanyakan padanya. Sepertinya dia takut aku merubutmu." Terang Yoon Myeong Ju.

"Ah.."

"Ah? Kau cuma mengatakan itu?"

"Hya. Aku baru saja datang. Kau sudah mengajakku bertengkar?"

"Kau yang lebih dulu mengajakku bertengkar."

"Ck. Shh." Desis Yoo Si Jin ingin menjitak kepala Yoon Myeong Ju.

"Kau masih membawa cincin itu kemari?"

"Dia menunjukkannya padamu?"

"Dia menunjukkannya seakan menjadi surat peringatan agar aku tidak salah paham dengan sikapmu selama ini padaku. Wah.. dia menganggapku seperti anak kecil yang dititipkan." Yoon Myeong Ju tidak percaya. "Sebaiknya kau segera berbaikan dengannya atau aku akan menjadi sasarannya setiap hari." Lanjut Yoon Myeong Ju.

"Menurutmu seperti itu?"

"Wae?"

Yoo Si Jin menyandarkan tubuhnya pada kedua tangannya yang dia mundurkan. Dia tersenyum memandang ke arah langit. Kebiasaan mereka kembali terulang. Melihat langit bersama. Bulan di Korea dan di Urk adalah sama. Sekarang maupun sebelumnya, bagi Yoo Si Jin masih tetap sama. "Bulannya indah sekali, ya?"

Sontak, Yoon Myeong Ju menatap Yoo Si Jin yang masih fokus menatap langit dengan segala keterkejutannya mendengar kalimat Yoo Si Jin. Mata mereka berdua bertemu. Senyuman dan tatapan Yoo Si Jin mengarah dalam pada Yoon Myeong Ju. Mereka diam tanpa sepatah katapun.

***

Seseorang di dalam bangunan itu masih tetap menatap Yoon Myeong Ju. Kini berganti dengan kebencian. Dia tahu sekarang apa maksud daei ucapan Kang Mo Yeon pada Yoon Myeong Ju tadi.

"Fatima?" Panggil dokter Song. "Apa yang sedang kau lakukan disini?"

"Ah.. tidak."

"Ikutlah bersamaku." Ajak dokter Song membawa dua box camilan yang dibawanya dari Seoul.

"Aku akan membantumu." Senyum ramah Fatima.

Mereka berjalan menuju meja, dimana para tenaga medis dari Rumah Sakit Haesung berkumpul. Mereka sangat antusias menunggu makanan yang dibawa oleh dojter Song.

"Kami datang.." ucap dokter Song.

"Ah.. aku lapar sekali." Ucap perawat Choi.

"Apakah istriku juga sudah lapar?" Canda dokter Song pada perawat Ha.

"Kita beruntung sekali dokter Song membawa ini semua. Aku sudah lama tidak makan seperti ini." Ucap dokter Lee.

"Apakah istrimu tidak memberimu makan di rumah?"

"Dia adalah istri terbaikku." Puji dokter Lee.

"Ah. Mari makan..." Kang Mo Yeon sudah tidak sabar lagi.

"Kalian memakannya tanpaku?" Sinis dokter Kim yang baru saja datang.

Mereka menghentikan kegiatan makan. Mendadak mood-nya sedikit berkurang.

DOTS 2: Everytime Is You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang