Empat Puluh Delapan

1.4K 155 29
                                    

"Lama menunggu." Seorang wanita berambut pendek menyeringai menatap sesosok pria yang duduk membelakanginya.

Suara tawa sinis sempat wanita itu dengar sebelum hembusan napas kasar pria itu, terdengar sama.

Kaki kiri pria yang menumpu kaki kanannya bergeser empat puluh derajat, dan mendorong pelan hingga kursi yang didudukinya berputar menghadap wanita yang telah menebak benar tentang penantiannya selama beberapa jam ini.

Tanpa dipersilahkan, wanita berpakaian serba hitam itu mengambil kursi di depannya dan duduk menghadap pria bermata tajam yang telah lama dia kenal. Masih belum merubah arah tatapannya, wanita itu meletakkan box berwarna hitam di depannya dan dengan bangga mendorongnya lurus hingga menyisakan jarak 34cm dari pria yang dia kenal bernama Argus.

Argus tertawa penuh kemenangan sebelum menggerakkan tangan kanannya untuk mengambil kotak kecil itu.

Dengan satu gerakan ibu jari, kotak itu terbuka dan menampakkan benda yang seakan berkelip terkena sinar lampu ruangannya. Kakinya kembal memutar kursi yang didudukinya dengan mata yang masih tak lepas dari benda itu. Sudut bibir kirinya naik penuh kemenangan.

 Sudut bibir kirinya naik penuh kemenangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Koh-I-Noor. Akhirnya kembali pada pemiliknya." Telunjuknya menekan penutup kotak. "Kau menyelesaikan tugasmu."

"Tentu saja." Jawab wanita itu sambil memainkan cincin di jarinya.

Tatapan tajam Argus beralih pada jendela yang menampilkan kerlip kota Seoul.

***

Kim Ki Bum berlari mencari anggota Team Alpha yang tengah berdiskusi dengan relawan dari Rumah Sakit Haesung. Tangan kanannya memegang kuat Urk Times dengan lipatan asal.

Membuyarkan fokus diskusi, kepanikan Kim Ki Bum sontak membuat semua orang memandangnya bertanya-tanya.

"Ada apa?" Sersan Im yang memimpin diskusi menunggu jawaban Kim Ki Bum yang masih terengah.

Tak bisa menjelaskan. Tangannya meletakkan kasar koran yang diterimanya pagi ini.

"Letnan Yoon." Kim Ki Bum menyebutkan sebuah nama.

Sersan Im, Sersan Kong dan staf sersan Choi memeriksa koran yang tergelatak di depannya. Dengan cepat mereka membaca berita utama hari ini.

"Tidak mungkin." Sersan Kong tidak percaya.

"Ada apa?" Tanya dokter Kang Mo Yeon.

"Letnan Yoon menjadi buronan Internasional." Staf Sersan Choi menegakkan badan dengan mencoba memikiran kembali berita yang baru saja ia baca.

"Kenapa bisa?" Perawat Ha masih tidak mengerti.

"Mereka berkata, Letnan Yoon adalah otak pencurian berlian Koh I Noor." Kim Ki Bum mencoba menjelaskan dari apa yang telah dipahaminya.

***

Budapest-Hungaria, Hari ke-2 pukul 07.43

Yoon Myeong Ju menatap pantulan dirinya dalam cermin. Matanya menatap dingin, mengamati setiap detail dirinya. Tidak ada yang berubah selain rambutnya yang memanjang sebahu.

DOTS 2: Everytime Is You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang