Tiga puluh Sembilan

1.5K 147 11
                                    

Yoon Myeong Ju mengintip celah di antara jeruji besi yang terpasang pada ventilasi. Sinar mulai menyembul terlihat oleh manik Yoon Myeong Ju. Dia memperkirakan saat ini sudah pukul 5 lebih.

Tangan kanan Yoon Myeong Ju menyentuh lengan kiri dan perlahan memutar pundaknya ke belakang 2 setengah putaran. Rasa sakitnya sudah cukup banyak berkurang. Ini adalah kesempatan terakhirnya untuk melarikan diri sebelum dia benar-benar di bawa ke Utara. Semalan dia tidak tidur menantikan saat ini. Beberapa pemanasan telah dia lakukan untuk melonggarkan otot-ototnya yang terasa kaku. Sekali lagi dia memutarkan pergelangan kaki kanan dan kirinya.

Bukan hanya fisik, dia juga telah melatih kemampuan aktingnya semalam. Bukankah setelah berlatih, saatnya untuk mempraktekkannya?

"Ahh...help me." Yoon Myeong Ju memegangi lengan kirinya berjalan terseok menuju pintu yang masih terkunci.

Tidak di gubris.

Brogh brogh brogh

Dia kerahkan kekuatan tangan kanannya untuk menggebrak pintu berharap anak buah King yang berjaga di luar pintu akan bersedia membuka dan melihat keadaannya.

"Help me."

Sesuai dugaan. Pintu terbuka. Seseorang berpakaian rapi dengan jas hitam muncul dari balik pintu.

"Please! Tolong aku. Aku rasa terjadi infeksi di lenganku." Yoon Myeong Ju tampak meringis menahan kesakitan.

Laki-laki itu melangkah masuk untuk memastikan keadaan Yoon Myeong Ju. "Aku akan memeriksanya."

'Apakah kau seorang dokter? Bukan! aku lah dokternya disini.'

Bruak

Yoon Myeong Ju melompat ke udara dan menendang wajah laki - laki itu hingga terdorong keras ke arah dinding. Menoleh ke kanan, anak buah yang berdiri di luar berlari masuk untuk melihat keadaan di dalam. Hanya dua orang. Dia telah mengalahkan salah satunya menyisakan satu laki - laki berbada lebih kurus dengan keterkejutan yang lebih dulu dimanfaatkan Yoon Myeong Ju untuk mendorongnya ke arah dinding menendang perutnya menggunakan lutut kirinya dua kali sebelum mendorongnya ke lantai.

Seringainya memenangkan langkah awal. Yoon Myeong Ju megambil kunci dan segera mengunci dua anak buah King dari luar.

Dengan mata waspada, Yoon Myeong Ju mengendap-ngendap mencari jalan keluar. Jalan utama memang tidak mungkin ia lewati, tapi jalan rahasia mungkin bisa. Dia tidak yakin arah yang dia tuju. Jika benar ini ruang bawah tanah maka pasti ada jalan belakang.

Yoon Myeong Ju terus berlari melewsti jajaran pipa-pipa besar yang terpasang di sisi kanan-kiri. Berhasil atau tidak, dia akan tetap mencoba untuk keluar dari tempat ini sebelum anak buah Argus atau pun anak buah King menyadarinya.

Ada sebuah pintu kecil di ujung.

"Sial."

Terkunci. Gembok besi bertengger di gagang pintu. Yoon Myeong Ju mengepalkan tangan kirinya dan memukul-mukulkannya lirih pada mulutnya, berpikir. Matanya melihat loring yang baru saja ia lewati. Masih sepi. Dia harus mencari cara. Tangannya berhenti. Sebuah potongan besi berukuran lebih kurang 50 cm. Jika dia merusak paksa pintu itu, kemungkinan mereka bisa megetahui keberadaan Yoon Myeong Ju saat ini. Tapi dengan tidak mencoba dia hanya akan terjebak di sana.

Pilihan pertama dia ambil. Yoon Myeong Ju mengambil besi itu dan memukulkannya keras pada gembok. Tidak berhasil, dia membuka sedikit celah untuk memasukkan ujung besi dan mendongkelnya untuk melepaskan baut - baut yang terpasang pada pintu.

Bukan lari. Suara langkah tegas nampak terdengar dari lorong. Bukan satu orang atau dua orang. Yoon Myeong Ju mendengar lebih dari lima pasang langkah.

DOTS 2: Everytime Is You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang