Dua puluh

2.1K 157 11
                                    

"Jadi kau kembali karena ingin bertemu dengan Kapten Pasukan Khusus itu?" Tanya Pyo Ji Soo tidak percaya.

"Itu bukanlah alasan yang buruk."

"Tentu saja itu alasan yang buruk. Kau sudah mencampakannya." Sindir Pyo Ji Soo.

"Aku baru mengetahui alasannya."

"Kenapa kau tidak mendengar alasannya dari dulu?"

"Ah. Aku tahu." Kang Mo Yeon mengacak rambutnya pelan."

"Lalu kau sudah tahu keberadaannya?"

"Aku sudah berusaha bertemu dengan atasannya. Tapi dia tidak memberitahuku apapun."

Pyo Ji Soo tertawa. "Tentu saja dia tidak memberitahumu. Menurutmu mereka akan memberitahukan dimana mereka ditugaskan."

"Kau membela siapa?"

Pyo Ji Soo menghembuskan napas kasar.

"Jika kau tahu, kau akan menyusulnya?"

"Tentu." Angguk Kang Mo Yeon. "Aku akan berjuang kali ini." Senyumnya.

"Aku tahu dia dimana sekarang."

"Kau tahu? Bagaimana bisa?"

"Kau meremehkanku?"

"Tidak. Maksudku bagimana kau tahu?"

"Lihatlah ini." Pyo Ji Soo menyalakan televisi yang berada di meja ruang kerjanya. Kang Mo Yeon mengamati saluran tv yang dinyalakan oleh Pyo Ji Soo.

***

"Kita belum mengoperasi anak ini."

"Apa? Kita juga akan memindahkan dia." Ucap tentara Amerika itu tidak percaya.

"Saat dia dipindahkan, ada kemungkinan dia akan mati karena hypovolemic shock. Aku akan memgoperasinya." Tatap Yoon Myeong Ju pada tentara Amerika itu.

"Apa yang kalian lakukan? Kita harus segera pergi." Suaranya agak meninggi.

"Tinggalkan mobil untukku. Aku akan pergi segera setelah anak ini dioperasi. Jika perlu aku akan mengoperasinya sendiri." Yakin Yoon Myeong Ju

"Kau tidak mungkin mengoperasinya tanpa asisten dan anestesi." Ucap Ri Ye Hwa.

"Apa kau sudah gila? para pemberontak tidak pandang bulu pada siapa pun.."

"Cukup! Kau pergi saja." Tegas Yoon Myeong Ju.

"Baiklah. Itu pilihanmu." Marah tentara Amerika.

"Kau sebaiknya juga segera pergi. Aku akan menemani Letnan Yoon untuk mengoperasinya. Kau bantulah mereka."

Dengan berat hati Ri Ye Hwa mengangguk menuruti ucapan. Belum Ri Ye Hwa pergi, Kim Ki Bum datang dengan kepanikan. "Kau sungguh tidak akan pergi?"

"Jangan menatapmu seakan aku akan mati. Pergilah."

"Kau yakin?" Ulang Kim Ki Bum yang seakan hampir mengelurkan air mata. Berat.

DOTS 2: Everytime Is You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang